Oyasuminasai

273 43 17
                                    

"Ohayouu Rikkun!!" sapaan penuh semangat terdengar dari si siswa bongsor bersurai biru muda itu. Semangat? Bukankah biasanya si Yotsuba Tamaki ini selalu terlihat malas di sekolah?

Dua pasang kaki yang berjalan beriringan itu pun terhenti, si surai merah menolehkan kepalanya sedikit. 'Tamaki... dengan Iori,' batinnya ketika permata crimson redup itu mendapati sosok surai raven di belakang Tamaki.

"Mereka menyapamu." Si surai baby pink menegurnya dengan mendorong pelan sebelah bahu si surai merah. "Ah ohayou," balasnya datar. Ia menjadi linglung ketika memikirkan bagaimana cara menyapa sebenarnya.

"Rikkun ada apa? Kenapa Rikkun aneh?" tanya Tamaki, membuat Iori yang bersamanya sedikit tersentak dengan kelakuan temannya yang asal ceplos tanpa memikirkan situasi. "Yotsuba-san!" tegurnya. "Hah? Nande? Aku ini bodoh jadi tidak akan tau jika tidak diberi tau!" begitu balasnya.

'Tamaki mengkhawatirkanku.' Merapatkan bibirnya sesaat, seulas senyum pun ditunjukkannya. "Aku baik-baik saja Tamaki," kata Riku dengan senyum khas miliknya. Dalam hati ia berpikir, 'Apa aku telah berbohong ya?'

"Sungguhan?" Tamaki masih terlihat cemas. Meskipun ia tidak pintar, tapi dirinya tidak sebodoh itu untuk menganggap perubahan ini sebagai sesuatu yang normal. Jelas ada yang tidak beres, pikirnya. "Aku akan mempercayaimu Rikkun. Tapi minna berharap Rikkun tidak memaksakan diri," ucapnya.

Kedua matanya sempat melebar kala mendengarnya, apakah ini perasaan senang atau sedih? Riku tidak mengerti semua ini, ia sudah terlalu kacau dan tidak bisa membedakannya. "Tamaki yang sama," gumamnya.

'Jadi tidak ada perbedaan antara masa kini dan sebelumnya,' pikirnya. Memutuskan untuk mengakhiri pembicaraann, si surai merah melesat pergi. "Aku duluan," pamitnya menuju kelas.

'Jika aku kembali, semuanya tetap akan sama saja kan?'

'Iya. Pilihan yang bagus, lalu aku akan menunggumu'

Melihat sang adik yang sudah berjalan mendahului, helaan nafas diambil oleh Tenn. Kacau sudah kehidupannya di masa ini. Tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencananya. Bahkan adiknya pun setengah rusak. "Dasar keras kepala...," celetuknya.

'Aku tidak bisa melihat *Izumi Iori sejak hari itu,' batinnya sembari memandang lekat visual sang adik yang perlahan menghilang. "Rupanya dia berhasil mengontolmu," gumam Tenn mengeratkan genggaman pada tali tas yang menyampir di pundaknya.

"Tenn-san." Si surai raven itu memanggil namanya, membuat atensinya beralih kepadanya.

"Nani?" balasnya menanggapinya dengan singkat. Memang ciri khas dari sosok bernama Tenn.

"Apa kau tidak bisa melihat itu?" tanya Iori. Izumi Iori di masa kini, hanya seorang siswa di bawah umur yang masih polos dan belum ternoda oleh kabut hitam. Manik obsidiannya memandang lurus sebelum sosok Nanase Riku menghilang seutuhnya. "Jiwa atau mungkin roh yang mirip denganku sedang mengikuti Nanase-san," ujarnya.

"Jangan bercanda," balasnya cukup terkejut. Ia sama sekali tidak bisa melihat apapun. Jadi yang kapan hari hanyalah sebuah kebetulan karena Izumi Iori ingin dilihat olehnya, oleh sebab itu Tenn mampu melihatnya. Tapi, saat ini hanya Riku yang bisa.

"I-Iorin... Ja-jangan dibicarakan lagi...," ucap Tamaki terlihat takut. Sebagai tambahan, Tamaki sudah bersembunyi di belakang Iori. Dirinya sendiri tidak dapat melihat sesuatu yang dimaksut Iori.

"Yotsuba-san aku harus membicarakan ini dan aku juga tidak bercanda," balas Iori kembali. Ia tidak cukup bodoh untuk mengambil kesimpulan, terlebih ia sempat terlibat walaupun secara tidak langsung. "Aku seharusnya tidak dapat melihat, jadi aku yakin ini bukanlah kebetulan. Lalu Izumi Iori yang itu mengerikan," jelasnya.

IN ANOTHER LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang