Your Side?

403 48 9
                                    

Bel pertanda istirahat telah berbunyi dan siswa-siswi pun berhamburan keluar dari ruang kelasnya masing-masing. Ada yang pergi ke kantin untuk membeli makanan, ada yang pergi ke toilet, ada yang pergi untuk bermain, dan lain-lainnya. Jam istirahat merupakan waktu emas bagi mereka karena setidaknya bisa terbebas dari pelajaran yang membuat sakit kepala.

Namun beda halnya dengan si surai merah yang memilih berdiam diri di dalam kelas. Ia tidak ingin membuang tenaga sia-sia hanya untuk berjalan. Dirinya merasa lebih aman jika sendirian.

Ruang kelas yang begitu sunyi karena hanya tersisa Nanase Riku di dalamnya. Dengan manik crimsonnya yang tak lagi indah, si surai merah memangkuk wajahnya dan menatap pemandangan dari kaca jendela yang berada di dekatnya. Menyaksikan para siswa yang saling bercanda gurau di luar.

Ia hanya sedikit meregangkan tubuhnya namun itu saja sudah terasa sakit. Mana mungkin tidak? Sekujur tubuhnya saja dipenuhi oleh memar-memar terkecuali wajahnya yang merupakan aset penting. 'Sakit, sakit dan sakit,' batinnya kapan pun saat ia merasa rasa sakitnya bertambah. Hebatnya ia tidak meringis sedikit pun meskipun sedang kesakitan.

Kepala ia sanggah menggunakan tangan kanannya sembari memijat pelipisnya sebagai upaya untuk menghilangkan nyeri pada kepalanya. Pandangannya saja tidak mampu menangkap visual objek dengan jelas dan nampak blur. Bahkan ia merasa suhu tubuhnya meningkat. Dengusan kecil lolos dari bibirnya. 'Lelah'

Terlebih di otaknya terngiang-ngiang kalimat, 'Jadilah iblis berkedok malaikat' Dia sungguh tidak mengerti jalan pikir pria tua yang mendidiknya selama ini. Bukankah dirinya disuruh menjadi orang tak berperasaan? Kenapa sekarang malah menyuruhnya bertingkah manis dan menunjukkan emosi?

Singkatnya kalimat itu bisa diartikan menjadi, berwajah manis tetapi hatinya jahat. Dengan kata lain, ia harus bersikap baik dan menipu orang-orang di sekitar dengan wajah polosnya. Ini seperti memanfaatkan pion-pion itu. Mencari belas kasih dan membuat mereka merasa kasihan lalu membuangnya jika sudah tidak berguna.

Orang bodoh sekalipun akan sadar jika dirinya diperalat apalagi secara tidak langsung merusaknya sedikit demi sedikit. Tetapi dalam kasus Nanase Riku, ia tidak hanya diperalat. Melainkan menjadi samsak pelampiasan dendam dari seseorang.

Dan Riku sadar akan fakta itu. Namun mau bagaimana lagi? Meski ia tau, tidak ada satu hal pun yang bisa dilakukannya.

Ia tidak punya alasan untuk menentang Kujo Takamasa.

Tekanan dari trauma yang diterimanya, membuat Riku tidak berani melawan dan hanya menurut selama ini. Toh, buat apa juga ia melawan tuannya? Ia hanya menurut ketika menjadi pion yang dipermainkan oleh Kujo. Bahkan kondisi mentalnya saja tidak bisa dibilang baik. 'Tidak peduli'

"Pfftt--" Menutupi mulutnya menggunakan satu tangan, si surai merah ini perlahan mengangkat kepalanya. Menyibakkan poninya ke samping sembari menampilkan cengiran lebarnya. "Hahahahaha" Ia tertawa terpingkal-pingkal secara tiba-tiba, hingga air mata pun terbentuk dan bersarang di sana. "Payah sekali," monolognya setelah puas tertawa.

═•°• ! INFO ! •°•═

╰► Italic : karakter sedang membatin, kata yang menggunakan bahasa luar (Inggris, Jepang, Korea).

╰► Bold : dialog / kata yang bermakna penting dalam cerita.

╰► Bold Italic : Sound effect, tanggal + jumlah word.

◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤

⋘ 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑡𝑎... ⋙

IN ANOTHER LIFEWhere stories live. Discover now