kecupan pertama

121 30 0
                                    

"Pagi yang suram." Lusy terbangun dari tidurnya. Mencoba mengumpulkan nyawa untuk menjalankan hari yang melelahkan.

Mengambil handuk berwarna pink, lalu berjalan ke bawah menuju kamar mandi.

"Ayah dulu!"

"Gak! Leo dulu, ayah!"

"Ayah udah kasiangan, Leo!"

"Leo udah gak tahan ayah, pantat Leo sudah tidak mampu untuk menahan!"

Lusy menghela napas, rutinitas pagi yang selalu begini. Kenapa keluarga nya berbeda?

"BUNDA CEPET, AIRNYA UDAH MENYUSUT." Ucap Tedi dan Leo bersamaan. Saat teko di atas kompor berbunyi.

"KENAPA? KALIAN TAK BISA DIAM SEBENTAR?" Lusy sudah lelah, keluarga nya diam hanya sedang tidur saja. Selebihnya kalian tahu sendiri.

Saat sang bunda keluar, akhirnya Tedi dan Leo masuk bersamaan. Sang ayah mandi, sedangkan Leo BAB sambil menutup mata agar tak melihat aurat ayahnya. Meski sesekali mengintip.

Suasana sarapan yang tenang, setelah kejadian tadi semuanya kembali normal lagi.

"Ekhem! Jadi ayah berencana untuk menambah kamar mandi di kamar masing-masing." Akhirnya si kepala keluarga bersuara.

"Dari dulu harusnya!" Protes Leo.

"Dulu ayah sama bunda cuma niat punya anak satu." Dea menyuap nasi ke mulut nya.

"Cihh, kenapa sampe muncul si jamur? Mana ga tumbuh-tumbuh lagi tuh badan." Leo menatap sinis adiknya.

Lusy yang merasa namanya tersangkut, mengacungkan garpu ke wajah Leo, "mau ku colok matamu?"

Leo nyengir kuda, "dokter tapi psikopat."

Lusy berangkat ke Rumah sakit bersama sang ayah. Karena hanya memiliki dua mobil, mobil yang satunya di pakai oleh Leo, dan satunya lagi di pakai oleh ayahnya.

"Semoga salah satu pasien mu adalah jodoh Lusy nanti!" Ujar Tedi penuh semangat.

"Ayah, Rata-rata pasien ku perempuan." Lusy tersenyum miris.

"Ah iya, ayah lupa." Tedi menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.

Lusy berpamitan, lalu keluar dari mobil.
Memasuki Aula rumah sakit yang sedang ramai, dan tak lupa bau obat di mana-mana.

Pekerjaan yang tak mudah bagi Lusy, yang sebisa mungkin harus menyelamatkan nyawa ibu ataupun bayinya.

"Pagi, buk Dokter." Sapa para perawat.

Lusy tersenyum lalu mengangguk. Sepertinya hari ini tidak ada yang bersalin, jadi dia hanya menerima beberapa pasien untuk pengecekan.

"Suram banget mukanya?" Juno, temannya yang sebagai perawat mendekat.

"Biasanya juga begini bukan?" Tanya Lusy malas.

"Kayaknya kamu butuh liburan, mau berlibur bareng?" Tanya Juno antusias.

"Terus kalo ada yang mau lahiran siapa yang nanganin? Pak jamal? Lili aja belum balik dari urusan nya, boro-boro bisa libur." Lusy memutar bola matanya malas.

"Hem.. Sangat membosankan, semoga harimu sibuk terus!" Juno berlari sambil tertawa.

Lusy mengangkat bahunya acuh, sangat tidak mood menanggapi lelucon yang menjengkelkan. Segera dia memasuki ruangan nya.

"Permisi, buk Dokter." Seorang wanita dengan perut buncit memasuki ruangan nya.

"Yang kemarin ya?" Lusy menyapa sehangat mungkin.

HAPPINESSWhere stories live. Discover now