🔹03🔹 Fans Baru

951 65 7
                                    

🔹03🔹
Fans Baru
.
.
.

"Gue mau dilayanin sama dia." Pintanya mutlak. Ini rencana Gavi, bermain dengan gadis itu, atau lebih tepatnya merendahkan. Ia ingin Ara malu.

"Maaf kak, tidak bisa." Tolak halus waiters bernama Fidel itu.

"Kenapa? Kerja disini juga kan?"

"Tapi kak-"

"Pembeli adalah?"

"Manusia." Fidel tak sadar menyeletuk dalam tunduknya yang berakibat mendapat tilikan tajam.Gavi.

"Raja, kak. Iyah." Ralatnya terbata.

"Gua rasa tempat ternama ini pasti menjunjung tinggi kepuasan pelanggan. Terlebih gue sebagai tamu undangan." Angkuhnya sombong.

Fidel hanya menunduk kaku. Ia dongkol dengan permintaan aneh tamu satu ini yang begitu keras kepala. Ia keluarkan alasan apapun pasti tidak akan diterima.

"Kenapa Fi?"

Suara lembut itu menghampiri Fidel dari belakangnya. Balutan jumpsuit hitam dengan rambut tergerai, dan Sneakers putih yang baginya lebih nyaman daripada heels tinggi. Ia tampak elegan sekaligus natural.

Ya, perempuan itu Ara. Ia termasuk bagian dari kafe ini, namun tak ada apron tersemat di tubuhnya seperti pegawai lain, karena tujuan Ara kesini hanya untuk memeriksa laporan keuangan kafenya.

 Ia termasuk bagian dari kafe ini, namun tak ada apron tersemat di tubuhnya seperti pegawai lain, karena tujuan Ara kesini hanya untuk memeriksa laporan keuangan kafenya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Kakak yang ini mau dilayanin sama elo Sel. Batu banget tauk," Keluhnya berbisik.

Ini yang membuat Ara tidak fokus saat tadi bicara dengan Koh Abi. Ia kira awalnya hanya pelanggan yang pesanannya banyak atau agak ribet. Tapi ternyata sahabat Ara ini kian lama berdiam di sini, dan itu tandanya ada yang tidak beres.

Ara menoleh pada manusia yang Fidel keluhkan. Tubuhnya sedikit berputar agar bisa tertuju penuh pada si tamu.

'Fans baru gue makhluk mana lagi nih? Punya hobi ko cari masalah.' Gumam Ara dalam hati.

Ara menarik nafas dan menghelanya pelan, berusaha tetap tenang, lalu mulai bertanya;

"Apa ada perlu lain sampai anda ingin dilayani oleh saya?"

"Pelanggan––dengan pelayan." Jawab Gavi dengan sorot merendahkan. Kedua tangannya bersedekap dada dan satu kaki terbuka menumpang di atas lutut. Ia bersandar di punggung sofa merah layaknya penguasa angkuh tanpa menatap lawan bicara.

"Tapi dia inj-" Ucapan Fidel terhenti karna lirikan Ara yang mengkode agar jangan meneruskan bicaranya.

"Selly.." Lirih Fidel khawatir.

"Gapapa, lo ke yang lain aja. Itu tadi di depan ada yang baru dateng." Tutur Ara tenang bersama senyum tipis sambil melirik arah pintu masuk.

"Oke," Dengan berat hati Fidel pergi meninggalkan Ara bersama 4 tamu undangan itu.

QUEEN-ZADonde viven las historias. Descúbrelo ahora