🔹42.2🔹Pihak Semu

141 10 6
                                    

🔹42.2🔹

Pihak Semu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Pihak Semu

.
.
.

22.53.

Tidak ada yang Ara lebihkan atau kurangkan kala ia menjelaskan kronologi kemarin pada Gavi.

Saat menghilang, ia hanya butuh waktu tanpa adanya orang asing. Dan tentang surat izin latihan kenapa harus ke Keenan, karena lelaki itu yang paling tepat. Lagipula hari ini Gavi bisa bertemu Ara. Lalu apa yang harus dicurigai?

Meski Gavi sempat mendebatkan itu, tapi jangan berharap banyak jika bicara dengan Ara. Kalau judulnya debat, maka ujungnya antara dikacangin, dapat quotes sepedas cabai India, atau ya skak mati alias kalah telak.

Sampai waktu besuk habis dan hari mulai gelap, maka Precious pun pergi.

Termasuk Gavi, malamnya ia ada tugas pengantaran obat ke suatu rumah sakit. Sebenarnya jadwal Gavi hanya ada di weekend, tapi karena petugas lain sedang berhalangan hadir, jadi digantikan oleh Gavi.

Saat malamnya, setelah pulang ke apartemen hanya untuk menyegarkan tubuh, lalu Gavi kembali lagi ke Adhara. Perihal aturan masuk bukan hal sulit baginya yang memang memiliki akses di rumah saki ini.

Maka kini tibalah Gavi di sana. Namun ia hanya menemukan kesunyian. Penghuni kamar rawat inap ini sepertinya sudah terlelap, sama halnya dengan dua pemuda yang menemani Ara.

Gavi duduk di kursi yang tersedia di samping hospital bed. Ia bisa merasakan kedamaian hanya dari terpejamnya kelopak mata Ara dengan raut tenang dan napas teraturnya.

Tangan Gavi lalu terulur hendak menyentuh helai poni gadis itu. Namun belum sempat merambah, ucapan Ara lebih dulu menginterupsi.

"Disini ga ada king size bed." Katanya dengan mata terpejam. Maksud Ara jelas menyindir Gavi yang malam malam begini kembali ke rumah sakit. Padahal Gavi juga lelah dan lebih baik istirahat di apartemennya.

Gavi tarik lagi tangannya sebelum kena tegur. Ia kira Ara sudah tidur.

"Tapi disini ada Ara."

"Pulang Vi." Titah Ara terbilang ramah.

"Gua gapunya rumah." Aku Gavi dengan sorot mata setengah kosong.

"Balik ke apart. Lo bukan anak ilang."

"Lo keberatan gue di sini?"

Mata Ara terbuka. Ia menoleh ke letak dua sofa panjang di kamar rawat inap VIP itu yang keduanya terisi oleh Yudi dan Rei. Kelopak matanya lalu tertutup lagi.

"Balik Vi. Ga ada tempat layak buat lo." Usirnya halus. Jika Gavi tidur di sini maka yang tersisa tinggal sebuah kursi.

"Lo nyuruh gue pulang karna gamau ada gue, atau khawatir gue tidur di tempat ga layak dan berakhir sakit?"

QUEEN-ZAOnde histórias criam vida. Descubra agora