ring

6.9K 569 25
                                    

•••

sekitar satu jam yang lalu, Jeno dan Jaehyun sudah kembali ke penthouse, acara makan mereka gagal, akibat perbuatan lancang Taeyong yang bisa masuk kedalam ruang makan private mereka.

mengandalkan chat lama Jeno, dan juga foto mereka,

waktu itu, sebelum Jeno mengajak Taeyong untuk melakukan sex, pria itu menyempatkan diri untuk mengajak partner sexnya makan di restaurant tersebut, tapi Jeno tidak berfikiran jika Taeyong mengejarnya terus menerus.

lelah dengan dirinya, Taeyong sepertinya mendapatkan mangsa baru sehingga kini pria itu tidak lagi menargetkan Jeno, Taeyong mendapatkan yang baru, siapa lagi jika bukan pria yang katanya dewasa namun mau mau saja bertukar nomer ponsel dengan orang asing.

tidak menaruh curiga sama sekali, walaupun saat itu Jaehyun pernah bertemu Taeyong.

sepanjang perjalanan Jaehyun hanya diam, membiarkan Jeno untuk menyetir, pria Jung itu merasa seolah dia sedang tidak berminat untuk menggendarai mobilnya.

lagi pula Jeno memaksanya, meminta kunci mobilnya agar dia yang membawa mobil tersebut.

Jaehyun menatap Jeno tengah meletakkan kunci mobil "aku ke kamar duluan" ucap Jaehyun, dia ingin berganti baju, sudah tidak nyaman. apalagi di bagian bawah tubuhnya, saat berjalan dia merasa liangnya bergesekan meninggalkan rasa sedikit perih dan mengganjal.

"tunggu sebentar" Jeno melangkahkan kakinya, mendekati Jaehyun. pria itu menatap Jaehyun dengan serius, dahi Jaehyun berkerut dengan tubuh yang reflek berjalan mundur ketika Jeno berdiri dengan jarak yang cukup refle dengannya.

matanya bergerak ke arah lain, menghindari kontak mata Jeno, Jeno diam diam tersenyum geli melihat Jaehyun terlalu kentara jika salah tingkah, ternyata pria seperti Jaehyun bisa salah tingkah juga.

"kau menghindari kontak mata dari ku?" goda Jeno, memajukan wajahnya dengan sengaja, kedua obsidian coklat itu mencoba untuk tetap fokus dengan manik hitam Jaehyun yang menatap kearah lain.

Jaehyun mengerjap, "tidak" elaknya, mata itu kini menatap mata Jeno, membuktikan jika dia tidak menghindari kontak mata dari Jeno.

Jeno tersenyum, hingga kedua matanya melengkung.

"apakah ini masih sakit?" Jeno menyentuh leher Jaehyun, menatap tanda merah yang terbentuk akibat remasan telapak tangannya, apakah sekuat itu sampai meninggalkan tanda gelap, Jaehyun menjauhkan dirinya.

dan menyentuh lehernya sendiri, tidak terlalu sakit untuk sekarang namun rasanya tenggorokannya seperti susah untuk menelan.

"sudah lebih baik, tidak se sakit tadi" balas Jaehyun,

Jeno terdiam, dan mengangguk. merasa bersalah karna telah berlaku kasar dengan pria itu, Jeno melakukan itu secara spontan, mengeluarkan sedikit rasa dongkolnya karna merasa di bohongi oleh Jaehyun.

"maaf"

Jaehyun berdeham, "tapi kau cukup seksi dengan lebam di leher mu" celetuk Jeno dengan senyuman miring menggoda itu. menatap lingkaran cetak tangannya di leher jenjang itu, Jaehyun melirik pemuda aneh tersebut dan menggelengkan kepalanya, apa Jeno sudah mulai gila lagi.

buru buru Jaehyun pergi, namun Jeno menahan lengannya sebelum Jaehyun melangkahkan kaki, menuju kamar.

lagi lagi, Jaehyun tertahan oleh Jeno, Jaehyun bingung apa yang Jeno lakukan sekarang "sebentar" ucap Jeno, melepaskan genggaman tangannya di lengan yang lebih tua, sebenarnya dia tidak ingin menganggu Jaehyun, namun seharusnya makan siang tadi adalah waktu yang tepat untuk Jeno memberikan barang ini pada Jaehyun.

tetapi semuanya harus rusak akibat perbuatan Taeyong yang tiba tiba datang dan mengacaukan semuanya, lagi pula semenjak Jeno meminta Jaehyun untuk bertemu dengannya di restaurant China hari itu, Jeno ingin memberikan sesuatu pada Jaehyun.

Jeno merogoh saku celanannya, mengeluarkan benda yang ia simpan di dalam sana,

di jari Jeno kini ada sebuah cincin perak, pria itu menjunjungnya, memperlihatkan pada Jaehyun "seharusnya aku memberimu ini tadi, tapi acara kita rusak"

"untuk?" alis Jaehyun terangkat sebelah.

"untuk apa kau ingin memberiku cincin" lanjut Jaehyun.

Jeno meraih telapam tangan Jaehyun, menatap jari jemari panjang ramping tersebut, melihat ukuran cincin yang dia punya sepertinya pas di pakai oleh Jaehyun.

"hm?" Jeno bergumam geli, mengelus jari jemari lembut berwarna putih sedikit kemerahan tersebut, lalu memasangkan cincin yang dia pegang di jari manis Jaehyun tanpa perizinin dari sang empunya.

Jeno rasa itu tidak perlu.

jika dia harus meminta izin terlebih dahulu, sudah pasti Jaehyun akan menolaknya, jadi segeralah dia begerak duluan.

cincin perak itu kini sudah terpasang dengan apik di jari manis Jaehyun, Jeno menggembangkan senyum, menatap jari panjang itu sudah di hiasi oleh cincin pilihannya, walaupun Jaehyun pasti tau cincin tersebut tidak lah berharga fantastis tapi Jeno sudah berusaha untuk memilihnya.

Jeno bekerja sendiri hanya untuk membelikan itu, kalau ingin tau "cantik."

pandangannya beralih pada wajah Jaehyun yang menunduk, menatap cincin yang baru terpasang di jarinya dengan pandangan bingung.

"cantik, karna milikku."

kepala Jaehyun terangkat, melihat pada Jeno.

tertegun atas kalimat yang baru saja terucap,

"maksudmu?" tanya Jaehyun.

Jeno berdenging "maksudmu? oh. maksudku, kau milikku. begitu" setelah itu Jeno menyudahinya, mengusap pipi Jaehyun lembut lalu melangkahkan kakinya pergi dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celana.

pria februari itu, berdiam diri di tempatnya, menyentuh cincin perak dari Jeno.

Blush.

pipinya terasa panas sekarang, tetapi ia tidak bisa berkata kata, apalagi untuk mengekspresikan dirinya, Jaehyun merasa kaget, bingung, heran sekaligus aneh.

sifat Jeno seperti bunglon, suka berubah ubah, apakah ini benar benar inisiatif Jeno, tapi apa maksudnya memberikan cincin seperti ini.

"aku harus buru buru mandi, panas sekali" gumamnya.

•••

Yoit.

Jaehyun hyung [Nohyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang