berakhir

6.6K 550 31
                                    

•••

Jaehyun, melirik sekilas dari ekor matanya sembari menuang air ke dalam gelas, melihat Jeno tengah membetulkan kaosnya.

pria itu tak terlihat peduli, suasana canggung menyelimuti, semakin lama, Jaehyun semakin kebingungan dengan semua yang terjadi, awal ia dan Jeno bertemu adalah beberapa waktu ketika ia menerima tawaran dari rekan bisnisnya, yang tak lain adalah Ayah dari Jeno.

awalnya Jaehyun tertarik dengan tawaran Donghae untuk berkenalan dengan putranya, dia mulai berekspektasi akan pemikiran pemikiran indahnya, merasa bahwa Donghae adalah dewa yang membantunya.

karna kesempatan tidak mungkin datang dua kali, lagi pula dia telah lama melajang, mungkin sudah waktunya membangun rumah tangga,

Tetapi ekspektasi tidak seindah realita, tak seperti yang dia harapakan. rasanya seperti di hantam ke tanah setelah di buat melayang di udara, Jaehyun rasa semangatnya untuk menjalin suatu hubungan kandas di tengah jalan.

pupus sudah rasanya. ketika ia bertemu dengan pemuda berperawakan tegap itu.

Jeno,

bukanlah seseorang yang dia butuhkan.

"apa yang kau pikirkan?" Jaehyun tersentak, mendengar suara familiar dari belakang tubuhnya, dia baru sadar jika gelasnya sudah terisi penuh, bahkan air meluber kemana mana akibat fokus Jaehyun melayang layang tidak karuan, semuanya basah.

Jaehyun meletakkan teko air kembali ke tempatnya, lalu mengusap wajah melihat kekacauan yang dia perbuat.

"astaga banjir, basah semua" gumam Jaehyun, dia mengacak surainya sendiri dan terdengar mendesah lelah.

Jeno memperhatikan dari belakang gelagat kebingungan Jaehyun, bukannya mengambil kain lap atau apapun untuk mengeringkan, Jaehyun malah berdecak terus menerus.

"kau butuh kain pel. untuk menggeringkanya" sahut seseorang, membuyarkan kebingungan Jaehyun.

"Ah iya!" pria itu berseru, ia baru kepikiran, Jaehyun berbalik badan untuk mengambil kain pel, namun malang, ternyata tubuh Jeno menghalangi sehingga dia menabraknya.

hingga Jeno terdorong beberapa langkah, dan dengan sigap memegang kedua siku Jaehyun karna mereka berdua hampir jatuh bersamaan jika saja keseimbangan Jeno buruk, betapa cerobohnya pria ini.

"apa yang kau pikirkan sedari tadi? ceroboh sekali" tanya Jeno.

Jaehyun melepaskan dirinya dari Jeno, dalam hati dia menggerang, apa yang terjadi. otaknya mulai tidak bisa diajak bekerja sama,

"oh itu-- emh aku ingin minum, tapi terlalu banyak pikiran jadi tidak fokus sampai airnya kepenuhan" jawabnya.

Jeno mengerenyit "benarkah?" Jaehyun mengangguk, dia memang sedang banyak pikiran, sangking banyaknya Jaehyun hampir gila seperti ini.

Jeno menatap pria februari itu dengan dalam, sebenarnya ada yang ingin dia bicarakan.

"aku ingin berbicara denganmu, sebentar"

"huh?" Jaehyun meremat tangannya, tidak bisakkah jantungnya diam, Jaehyun asing jika melihat Jeno dalam mode serius seperti ini, pandangan tajam tanpa raut ekspresi itu membuatnya seperti orang aneh.

"apa?" tanya Jaehyun kembali, menatap Jeno.

"bisakkah pernikahan kita dipercepat?" tanya Jeno, Jaehyun tersedak salivanya sendiri, bahkan dia tidak berfikiran untuk mempercepat pernikahan mereka, pasalnya sekarang Jaehyun di rundung keraguan.

Apa seharusnya dia mengatakannya yang sebenarnya jika hubungan tidak jelas ini harus berakhir, sebab Jaehyun tidak ingin melanjutkannya lagi, apalagi jika sampai berjalan ke jenjang yang lebih serius.

"bisakkah kau dengarkan aku dulu, sebenarnya aku ingin membicarakan sesuatu denganmu?" kini Jaehyun buka suara, sepertinya sudah saatnya dia berbicara tentang hal ini.

jika terlalu lama di tunda, Jaehyun tidak ingin terlibat dengan kekonyolan yang di perbuatnya.

Jeno tidak merespon apapun, oke bagi Jaehyun diamnya Jeno adalah tanda setuju untuk mendengarkan pembicaraan yang akan Jaehyun katakan.

"lebih baik ku katakan sekarang, aku tidak mau kita terlibat sampai sejauh itu,

Jaehyun menatap Jeno, raut wajah pria itu tidak berubah sama sekali, bahkan membuat raut terkejut saja tidak "aku ingin menyudahi ini, maaf aku tidak bisa denganmu. aku akan mengatakan ini pada Ayahmu, jika pernikahan diantara kita tidak akan pernah terjadi" jelas Jaehyun dengan sungguh sungguh tanpa keraguan.

namun Jeno masih tetap pada diamnya.

Jaehyun melepas cincin yang Jeno berikan, lalu memegang dengan jarinya, mengangkat cincin itu di depan wajah Jeno "ku kembalikan lagi" Jaehyun meraih telapak tangan Jeno, dan meletakkan cincin perak itu.

Jeno melirik cincin di telapak tangannya "kau tidak menyukai cincin dariku?" Pemuda itu membuka suaranya setelah sekian lama diam "karna cincin ini tidak pantas untukmu karna harganya?" tanya Jeno lagi, Jaehyun mengerjap bingung.

Apa Jeno tersinggung?

pria februari itu menggelengkan kepalanya cepat, dia menyukainya dan menghargai usaha Jeno untuk mendapatkan cincin itu, hanya saja mereka sudah berakhir.

"tidak, tidak. itu bagus, aku menyukai. hanya saja maaf aku tidak bisa terima, berikan saja pada orang yang akan menemani kehidupanmu nanti"

"kau idiot" ujar Jeno, nadanya merendah.

Jeno melempar cincin itu sembarangan, lalu mencengkram dagu Jaehyun, Jaehyun menggerang, kedua telapak tangannya segera bergerak untuk melepaskan cengkraman telapak tangan Jeno.

"Apa kau mulai amnesia hyung? kau yang memulai tapi kau yang mengakhirinya. apa semuanya bisa kau permainkan?!" rahang Jeno mengetat.

"Lepashhh jeno, daguku sakithh" ringis Jaehyun dengan segala upayanya, namun Jeno malah menguatkan cengkramannya geram.

"setelah semua ini kau akan mengakhirinya!" Jeno tersenyum miring "memangnya aku akan membiarkanmu pergi, hm?" bisik Jeno, hidung bangir itu mendekati sisi wajah Jaehyun, menggusak ngusak disana bak anak kucing yang mencari kehangatan induknya sambil menggerang rendah.

Jaehyun meringis jijik, kedua bahu Jeno ia coba untuk di dorong, namun Jeno menahan pinggangnya dengan sebelah tangan.

"Kau bisa mendominasi orang lain? tapi tidak denganku."

Jaehyun membulatkan matanya ketika tubuhnya di dorong begitu saja hingga tersungkur ke belakang, pria itu jatuh terduduk dengan perasaan was was, manik bambinya menatap sosok Jeno dengan tatapan tidak percaya.

Jaehyun menggerang sakit.

tubuhnya sakit sekali, jika saja dibelakangnya dekat dengan meja mungkin saja kepalanya akan terhantuk.

"kau milikku. hyung"

tekan Jeno.

obsidian coklat itu menatapnya dengan tajam.

•••



Jaehyun hyung [Nohyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang