Chapter 10. Mediasi 2

3.3K 388 119
                                    

Selamat malam, emot buat cerita ini, dong? 🤤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam, emot buat cerita ini, dong? 🤤

Sebenarnya minggu ini aku ga ada persiapan update. Tapi karena aku ga ada kegiatan hari ini maka aku nulis part ini seharian. Huuhuhu alhmdulillah otak lagi jalan dan rasa malasnya ga ada 🤣

Follow Unianhar dulu yuk yang belum follow, tekan tanda bintang di pojok kiri bawah lalu koment supaya tambah semangat lanjutin cerita ini. Terima kasih 🥰

________

Seminggu sebelum persidangan pihak Nuan dan Shavana bertemu untuk membicarakan jalan tengah kasus mereka. Berbagai upaya dilakukan Pak Trijuda mempertahankan hak asuh tetap pada client-nya.

Pihak lawan juga kukuh ingin merebut kembali hak asuh yang sempat dia berikan pada mantan suami. Seorang anak berhak ikut orangtua kandungnya. Kuasa hukum Shavana berdalih client-nya akan menjaga anaknya dengan baik, berbeda dengan seorang tante yang masih berstatus sendiri. Tak ada yang menjamin anak itu tidak akan terlantar kelak.

Kurang lebih tiga jam duduk di meja bundar membicarakan topik yang sama, sampai sekarang tidak ada titik terang. Keduanya sama-sama kukuh dengan pendapat masing-masing. Shavana didampingi seorang pengacara dan menejernya, sementara Nuan didampingi Trijuda, Satya dan Sabda.

Pembicaraan mereka makin berjalan alot. Nuan sudah mengeluarkan sanggahan atas tuduhan yang dilayangkan padanya. Bukti telah dikantongi dari wali kelas Gaza. Namun, statusnya masih jadi batu sandungan.

Shavana takut Nuan menelantarkan Gaza jika sibuk berhubungan dengan pria, terlebih lagi belum tentu suami Nuan kelak menerima putranya. Nuan berusaha meyakinkan Shavana kekhawatirannya tidak akan terjadi. Namun upayanya tidak membuat Shavana bergeming. Status Nuan belum memiliki pendamping menjadi
keuntungan baginya demi hak asuh Gaza. Tak ada cara lain sebab mereka punya surat putusan pengadilan sewaktu bercerai dengan Ringgo.

"Client Anda berdalih jika client saya akan menelantarkan anak itu jika sibuk dengan urusan percintaannya, jika Anda lupa saya akan ingatkan kembali jika client Anda pernah melakukan hal yang sama. Menelantarkan anak lebih tidak menusiawi daripada menelantarkan keponakan, meski keduanya sama-sama buruk," ungkap Trijuda mulai jengah. Pembicaraan mereka stuck, tak ada perkembangan.

"Client saya sudah menyesalinya, iya, kan?" Rivaldo--kuasa hukum Shavana--menoleh pada client-nya.

Shavana terkesiap setelah terhenyak beberapa detik mendengar lontaran kuasa hukum Nuan. Kesalahannya terlalu besar untuk memperebutkan hak asuh anaknya, tapi sebagai ibu ia ingin hidup bersama. Membayar semua kesalahan dan berjanji akan membesarkan Gaza dengan baik. Setidaknya bisa menjamin Gaza baik-baik jika bersamanya.

"Ya." Shavana mengangguk, sedikit gugup ketika melihat ketiga orang di hadapannya. Sorot mereka memaksa Shavana untuk mengingat kesalahannya.

Tanpa sadar Nuan berjengit. Kenapa tidak ada gelas atau apa pun di atas meja? Tangannya gatal sekali ingin melempar wajah Shavana. Wajahnya sudah tebal, pasti tidak sakit jika ia melakukannya.

POSITIONS (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang