Chapter 28 || Fanmeeting Akash

6.5K 544 529
                                    

Kira-kira Nuan lagi liatin apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira Nuan lagi liatin apa?

Follow Unianhar lebih dulu sebelum lanjut membaca, vote di pojok kiri bawah, dan komentar bila perlu disetiap paragrafnya biar lebih rame. 😎

Udah?

_____________

Buggy car berhenti di depan Inezha yang menunggu giliran diantar ke rumah. Menjadi penumpang terakhir keuntungan baginya, ia tidak perlu berdesak-desakan dengan ibu-ibu komplek. Inez naik ke depan memainkan ponsel. Sopir turun dari buggy car digantikan oleh Sagarha yang menekan pedal gas dan memutar stir.

Inez curi-curi pandang menyadari sopirnya bukan sopir biasa. Kendati tahu itu Sagarha tidak membuatnya mengalihkan fokus dari ponsel. Tidak, lebih tepatnya pura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Turunin hp-mu."

"Nggak."

"Nas."

"Nyetir aja deh, sopir harus tahu diri."

Buggy car tiba-tiba berhenti di tengah jalan. Mau tidak mau Inez menurunkan ponsel ke pangkuan, gerbang masih jauh. Jalanan sepi karena jauh dari gerbang dan rumah Thomas. Hanya ada pepohonan di pinggir jalan dan lahan luas layaknya lapangan golf. Inez menoleh pada Sagarha yang mematikan mesin mobil.

Sagarha melayangkan tatapan datar. "Mulutmu kurang kasar, Nas."

"Aku bisa ngomong lebih kasar lagi." Alih-alih meminta maaf, egonya begitu tinggi mengaku salah karena bicara kasar.

Sagarha menyeringai sinis, menarik pandangan dari wanita itu menatap ke depan. "Nas....setertarik apa pun aku ke kamu bukan berarti aku bisa menolerir sikap kurang ajarmu."

"Ku-kurang ajar?!" ulang Inez syok.

"Aku bisa nyerah kalau kamu begini terus, aku juga butuh orang yang menghargaiku."

Sesuka apa pun Sagarha pada seseorang kalau dia tidak menunjukkan effort yang sama, atau minimal menyambut ia akan menyerah. Bukan karena tidak ingin berjuang. Hubungan dijalani oleh dua orang. Mereka harus memberi effort yang sama agar tujuan mereka tercapai. Kalau PDKT saja salah satunya enggan mendekat kenapa harus memaksa? Sagarha akan berhenti saat ini juga. Bukan baper, Sagarha merasa value-nya cukup tinggi untuk tidak diperlakukan demikian.

"Sejak kapan mulai sampai mau nyerah?" tanya Inez sebal.

Cengkraman Sagarha pada stir mengeras. Inez mendengkus melipat kedua tangan di dada menatap jauh ke depan. Dadanya kembang kempis, bahunya naik-turun. Ia memang salah karena bicara kasar, tapi apa Sagarha harus mengatakan itu? Bukannya dia mendekati karena merasa bersalah?

POSITIONS (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang