Part 4

4.2K 562 33
                                    

Sekitar pukul satu dini hari Hyunsuk terbangun karena merasa lapar. Tapi tidak ada makanan di sana yang bisa ia makan, pun Hyunsuk tidak mungkin keluar di tengah malam begini untuk mencari makanan, selain karena Hyunsuk takut dan berbahaya, ia juga tidak tahu tempat ini dengan baik.

Maka, Hyunsuk berujung kelaparan dan tidak bisa melanjutkan tidurnya. Belum lagi pikirannya melayang memikirkan nasibnya selanjutnya.

Tentang sekolahnya, tentang betapa banyaknya biaya yang harus dia tanggung untuk menghidupi dirinya sendiri dan anaknya.

Yah, mungkin untuk bagian itu Hyunsuk bisa membaginya bersama Jihoon karena Jihoon berkata bahwa si brengsek itu akan bertanggung jawab, jadi Hyunsuk akan percaya padanya meski mungkin saja itu ide buruk.

"Haa~ Bagaimana jika Ayahmu berbohong? Bagaimana jika dia menelantarkan kita setelah ini? Bagaimana jika dia menyerah? Apa yang harus kita lakukan?"

Percuma saja, tidak ada yang menjawab pertanyaan Hyunsuk karena dia hanya sendiri.

Hyunsuk akhirnya kembali tertidur setelah dua jam bergumam dengan dirinya sendiri, memikirkan kehidupannya yang mengenaskan.

***

Pada kenyataannya, Jihoon tidak datang untuk menjemput Hyunsuk. Baiklah, si brengsek itu memang datang tapi pukul delapan lebih tiga puluh menit, dan mereka pasti terlambat.

"Maaf—" Jihoon menutup mulutnya, terlihat menahan muntahan. "Bayi itu selalu melakukan ini padaku."

Hyunsuk mengerutkan keningnya tak terima, dia mengusap perutnya dengan lembut dan menatap nyalang pada Jihoon.

"Dia tidak melakukan apapun!"

"Yah, tidak padamu, iya padaku."

Hyunsuk merengut kemudian menginjak kaki Jihoon keras sebelum mempercepat langkahnya menuju halte bis. Mereka kemudian duduk di halte, menunggu bis yang tak kunjung datang.

"Apa yang akan kita lakukan setelah ini?"

Jihoon menoleh sejenak, "apalagi? Kita akan membesarkannya, aku akan menjadi Ayah dan kau Ibu. Sudah."

"Setan..." bisik Hyunsuk pelan, sangat pelan tapi Jihoon tetap bisa mendengarnya. Karena itu dia tertawa, menyadarkannya punggungnya pada kaca di belakang tempat duduk.

"Ketika kau mengumpat, itu artinya kau baik-baik saja. Tidak ada yang aku harapkan selain kebaikanmu untuk saat ini."

Jihoon berucap serius, menatap langit dengan pandangan yang tidak bisa Hyunsuk baca.

"Aku tahu kau mencemaskan biaya hidup dan sekolahmu, dan aku akan mengatakan untuk tidak perlu cemas tentang itu semua. Aku akan benar-benar bertanggung jawab, percayalah padaku. Aku mungkin brengsek di matamu tapi aku tidak akan membuat bayi itu sengsara atau semacamnya."

Ada nada sedih pada ujung kalimat yang diucapkan Jihoon, nafasnya hampir tertelan. Hyunsuk hampir merasa Jihoon bukanlah seorang bajingan.

Tapi Jihoon tetaplah Jihoon.

"Dan untuk sekolahmu... Kau tahu, aku ini seorang genius, kau tidak perlu bersekolah lagi, aku bisa mengajarimu semua pelajaran bodoh itu."

Truly Madly Deeply [✓]Where stories live. Discover now