Part 6

3.3K 506 17
                                    

Semuanya berjalan seperti air mengalir mengikuti alur sungai. Hyunsuk berhenti memberontak, ia mulai mencoba untuk terima, perlahan memberikan kepercayaan pada Jihoon dan berharap semoga ini memang jalannya.

Tidak banyak yang terjadi, semuanya seperti biasa selain dari Jihoon yang mengalami morningsickness yang semakin parah. Si brengsek itu bahkan pernah masuk rumah sakit dan harus diinfus karena kurangnya cairan yang masuk.

Bukan hanya itu,

Jihoon semakin parah dalam kehadiran, dia bahkan sudah tidak masuk sekolah selama empat hari terakhir. Hyunsuk tidak yakin apa yang terjadi, ia memang bertemu dengan Jihoon hampir setiap hari, Jihoon datang memberikan uang padanya, tapi setelah itu dia kembali pergi, tanpa menjelaskan kemana atau akan melakukan apa.

Hyunsuk harus terus mencari alasan untuk menjawab pertanyaan para guru tentang kemana perginya si bajingan tidak masuk akal yang sangat beruntung itu.

Tapi pada hari kelima Jihoon tidak masuk sekolah, Hyunsuk tidak lagi harus berbohong.

Siang itu matahari tengah bersinar begitu terik, sangat menyengat kulit setiap murid yang kini berbaris di tengah lapangan, tengah mendengarkan pidato yang entah apa mereka semua sudah tidak peduli, mereka hanya ingin ini cepat berlalu dan mereka bisa duduk atau setidaknya berteduh.

Termasuk Hyunsuk, pemuda mungil itu sedikit menggerakkan kakinya yang kebas karena sudah berdiri hampir tiga puluh menit.

Kepalanya mulai berputar, pun dengan penglihatannya yang sedikit mengabur. Keringat terus saja bercucuran dari tubuhnya, semuanya terasa berat bahkan untuk bernafas.

Ia menjilat bibirnya yang kering, mencoba untuk tetap berdiri meski kini lututnya mulai bergetar. Perasaan tidak enak mulai menyapa, Hyunsuk menoleh ke samping, pada Felix yang menggerutu karena lelah berdiri.

Tanpa sadar Hyunsuk berharap akan keberadaan Jihoon yang membuat keributan bersama Felix untuk memberinya alasan agar bisa pergi dari kegiatan melelahkan ini.

Tapi si brengsek itu bahkan tidak memunculkan wajahnya sejak berhari-hari yang lalu. Dan entah mengapa Hyunsuk merasa sangat kecewa.

Satu gelengan kepala ia lakukan, berusaha tetap sadar ketika darahnya terus turun menuju kaki, kini kepalanya terasa semakin berat dengan telinga berdenging keras.

Nafas Hyunsuk hampir habis, ia lagi-lagi melirik Felix dan suara seseorang memanggil namanya terdengar sebelum akhirnya pandangan Hyunsuk menggelap. Ia menutup matanya dan limbung pada entah siapa.

***

Hal terakhir yang diingat Hyunsuk adalah, dia pingsan karena kelelahan. Ia diminta pulang dengan bantuan Renjun yang mengantarnya, kemudian Hyunsuk istirahat.

Keesokan paginya, ketika ia sampai di sekolah, pada jam pelajaran kedua, Hyunsuk dipanggil kepala sekolah. Ia tiba-tiba diberi surat pernyataan bahwa dia dikeluarkan.

Belum sempat bertanya, Hyunsuk kembali diberi sepucuk kertas. Hyunsuk membukanya dan ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk mendebat apapun keputusan sekolah.

Karena cepat atau lambat sekolah akan melakukan ini.

Itu hari terakhir Hyunsuk berada di sekolah, hari terakhir ia mengenakan seragam dan hari terakhir ia bisa bertemu dengan seluruh teman satu kelasnya.

"Aku—aku minta maaf karena tidak bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian." ucap Hyunsuk ketika ia hendak melangkah keluar kelas. Yah, seluruh kelas tahu, Hyunsuk sendiri yang memutuskan untuk memberi tahunya. Tidak ada lagi alasan untuk merahasiakan ini. Dia sudah dikeluarkan.

Truly Madly Deeply [✓]Where stories live. Discover now