26

6.9K 722 5
                                    

"Sudah kubilang, Jangan merepotkan." Luke telah maju, melindungi Amaira dengan tameng pertahanannya, bewarna hijau terang. Sedetik kemudian Luke memegang tangan Amaira, membawanya berpindah lumayan jauh dari arena pertarungan. Membiarkan para pemuda itu menangani para laba-laba.

"Siapa yang meminta kau menolongku hah?" Amaira berseru marah, melepaskan tangannya.

"Seharusnya kau membiarkanku mati tadi.." mata Amaira mulai berkaca-kaca.
"Aku tahu ini semua salahku bukan? Monster-monster ini menyerang karenaku bukan!? .."

Teriakan juga tangisan warga memenuhi kepala Amaira. Seorang anak yang kehilangan orang tuanya... tangisan sang ibu atas anaknya...rintihan warga yang terluka.. semua itu satu per satu mengikis hatinya, membuat pedih. Rasa bersalah membuatnya ingin melarikan diri dari semuanya.

"Semuanya...aku yang membunuh para warga.. membuat mereka kehilangan keluarga mereka, orang yang menyayangi mereka.. aku yang menyebabkan ini semua.. aku.."
"Aku tak pantas untuk hidup."

"Dasar bodoh!" Luke menatap Amaira datar.

"Lantas jika kau mati sekarang, apa itu akan mengubah sesuatu?" Luke bertanya datar.

"Korban memang selalu ada, itu memang takdir mereka. Tapi apa kau akan diam saja heh? Membuat semua semakin buruk?"

"Setidaknya bangunlah, berusahalah agar tak ada lagi korban yang jatuh. Kematianmu takkan mengubah apapun dalam situasi ini. Selain menambah luka keluargamu."

"Setidaknya hiduplah untuk orang yang menyayangimu." Nada Luke berubah, sedikit lebih lembut.

Amaira terdiam. Wajah ibunya terlintas dibenaknya, kemudian Kaila, lantas Fred, Elios dan Maverick.. juga teman-temanya.

Lengang, masih terdengar seruan panik dari kejauhan, juga suara kayu yang terbakar.

Amaira bangkit berdiri, menyeka kedua matanya. Sejenak ia ingin menyerah. Ingin keluar dari semua ini, ingin melarikan diri.

Tapi perkataan Luke menyadarkanya. Hidup memanglah seperti itu, terkadang terasa berat. Membuat seseorang ingin menyerah, tapi lihatlah kesekeliling kalian. Orang-orang yang disekitar kalian, mereka juga punya kehidupan masing-masing, cobaan masing-masing. Tapi mereka memilih untuk kuat. Mengubah itu menjadi pelajaran. Menerima semua kenyataan, bahwa hal itu memanglah takdir.

Amaira menatap Luke. Jelas sekali dari tampang Luke, pria ini pasti pernah mengalami kejadian buruk. Kejadian yang membuatnya ingin menyerah, tapi karna dukungan orang sekitarnya, ia berhasil kembali mendapat semangat hidup.

" Terima kasih." Ucap Amaira, setelah lengang beberapa saat. Hanya terdengar suara para pemuda yang bersusah payah menghadapi gelombang monster berikutnya.
"Terima kasih untuk apa?" Luke masih setia dengan nada datar menyebalkannya.

"Semuanya, terimakasih..." ucap Amaira tulus.

Luke mengerdikan bahu." Yeah, sama-sama."

"Oh iya Luke, kata-katamu tadi indah sekali... aku jadi ingin menangis lagi nih.." Amaira menyeringai.

Luke mendengus, berbalik badan.
"Bersiaplah, aku tak mau melindungimu terus." Luke melangkah meninggalkan Amaira. Kembali ke arena pertarungan. Sepertinya para pemuda itu berhasil menghadapi para monster dengan baik.

"Heh! Bantu aku dulu..." Amaira berseru kesal. Berusaha mengangkat pedang.

Luke sambil melangkah, tertawa kecil. "Yah, setidaknya dia tak terpuruk lagi.."

***

Semua monster laba-laba telah disapu habis saat Amaira kembali diarena pertarungan itu--sambil menyeret pedang beratnya. Para pemuda--yang nampak seumuran Luke cukup tangguh. Walau beberapa dari mereka terlihat terluka di beberapa bagian tubuh.

Takdir Sang AntagonisWhere stories live. Discover now