71

1.9K 151 2
                                    

"Anda baik-baik saja, nona?" Aria bertanya, saat ini ia bersama Amaira di kereta kuda, menuju istana.

Amaira segera tersadar dari lamunannya, menggeleng. "Tentu saja," Amaira kembali menatap lantai kereta, dia hanya sedang mengingat-ingat apa yang terjadi saat pertama kali mengunjungi pesta teh. Seingatnya, semua berjalan normal, nona-nona bangsawan yang lain sangat akrab dan menerima Amaira-karena bantuan Julianne.

Amaira menghela nafas, dia teringat saat pesta teh pertamanya itu tidak berjalan baik. Bukan karena apa-apa, melainkan dari titik itulah Amaira mulai 'teracuni' oleh Julianne. Adelia yang ikut diundang saat itu sempurna menjadi bahan ejekan oleh Julianne juga teman-temannya itu.

"Aku harap dia tidak diundang," Amaira bergumam pelan, menatap keluar jendela, istana besar nan megah itu semakin dekat. Meski Adelia diundangpun, semoga dia tidak datang.

"Omong-omong nona," Aria ikut melongok keluar jendela. "Jalannya mulus sekali, perasaan baru kemarin masih rusak." Ocehnya.

Amaira menanggapi itu dengan tertawa kecil, tentu saja jalannya mulus, Amaira kan bakal sering lewat sana. Tidak mungkin Maverick membiarkannya melewati jalan yang rusak.

***

Tiba di pelataran dengan marmer mahal itu, Amaira segera di arahkan menuju rumah kaca. Tempat itu berada di dalam istana, ada taman luas di sayap kiri, dekat dengan kamar Julianne. Amaira segera mengikuti utusan Julianne-seorang wanita paruh baya. Sebenarnya Amaira sudah hafal denah istana ini-dikarenakan ingatan Amaira yang dulu, tapi tidak mungkin dia akan menerobos rumah orang sembarangan.

Tiba di rumah kaca yang besarnya tiga kali lipat dari rumah kaca Ravens, ada meja besar ditengahnya. Beberapa nona bangsawan nampak asyik mengobrol, begitu juga Julianne, nampaknya dia tokoh utama di acara itu.

"Maaf membuat anda sekalian menunggu," Amaira segera menjadi pusat perhatian para nona yang jumlahnya lebih dari sepuluh itu. "Saya Amaira Ravens, senang bertemu kalian semua.."

"Oh, silahkan duduk, Amaira," Julianne segera menyambut ramah, mempersilahkan Amaira duduk.

"Nah, inilah tokoh utama kita hari ini. Amaira, putri bungsu Grand Duke Ravens yang baru saja melakukan debutnya kemarin. Bagaimana, apa kalian diundang?" Julianne, seperti di novel, dia selalu menjadi pengarah pembicaraan, tidak ada yang akan menyela apalagi membantah, dia memiliki kharisma untuk selalu didengarkan.

"Astaga, saya sangat bersyukur diundang oleh anda!"

"Benar, itu pesta terbaik yang pernah aku datangi."

"Pesta anda sedang menjadi trending topik di pergaulan kelas atas, semua orang membicarakannya."

Amaira hanya mengangguk, sedikit menyesal dengan semua kemewahan itu, membuatnya menjadi terkenal. Dibanding itu, dia cukup lega karena tidak ada Adelia disana.

"Pesta anda bahkan lebih baik dari pesta debut tuan putri dua tahun yang lalu," ucap salah seorang, membuat Julianne tersenyum kaku. Entah kenapa, Amaira merinding melihatnya.

"Tentu saja, Amaira memang sangat di istimewakan ayahnya." Ujar Julianne. "Bukan cuma itu, kakak kakaknya juga sangat dekat dengannya."

"Oh, maksudmu kapten Frederick? Dan Tuan muda Elios, astaga, aku lupa kalau mereka bersaudara.."

"Anda sangat beruntung," meja itu segera bising oleh celoteh ria nona-nona bangsawan itu.  Mereka berbondong-bondong mengajak Amaira mengobrol, membuatnya kewalahan.

"Kalau begitu, anda pasti tahu kan tipe yang disukai kapten Fred?" Nona berambut oranye bertanya.

"Aish, kau ini apa-apaan. Kapten Fred itu hanya untuk tuan putri seorang!" Teman di sampingnya menyikut kesal. "Bukan begitu, tuan putri Julianne?"

Takdir Sang AntagonisWhere stories live. Discover now