Lembar Tujuhbelas

11.6K 2.1K 362
                                    

Helow ngap, kita bertemu lagi bersama Mak Lala tercantekk menawan nan baik ranjin menabung 🤗

Jangan lupa boom komen sama vote ygy. Biar Mak Lala menjadi strong untuk update buat kalian 💪🔥🔥

Yang gak vote sama komen hamil!

.

HAPPY READING ANAK MAK LALA!

『••✎••

Sudah terhitung 3 jam lamanya Jeno duduk dengan kepala yang menunduk, membiarkan sudut matanya yang penuh sebab air mata yang dengan brengseknya mengalir tiada henti, setelah pertemuan-nya dengan salah satu Dokter yang menangani teman sekamar Haechan tersebut beberapa saat lalu.

Cowok yang tadi tumbang itu belum juga sadar, masih berkutat dengan mimpi panjangnya yang mungkin jauh lebih indah dari pada sebuah kenyataan yang akan ia terima setelah terbangun. Kenyataan yang mungkin akan membuat seluruh dunia milik cowok itu runtuh seketika.

"Jen, kita dimana?"

Suara itu berhasil membuat kepala Jeno yang menunduk sontak naik, dengan helaan nafas yang mulai terdengar sedikit lebih teratur sebab rasanya cukup melegakan, sebab setidaknya Renjun akhirnya bangun dari mimpi panjangnya tadi.

"Warung nasi padang." jawab Jeno di iringi dengan kekehan. Namun untuk saat ini hal itu cukup terkesan terpaksa.

Tangan Jeno bergerak guna menarik kembali selimut yang Renjun mulai sontakkan beberapa saat lalu.

Tubuh Renjun mulai bergerak, berusaha melepas infus yang berada dipunggung tangan sebelah kirinya.

"Balik yuk, Jen. Ngapain disini?"

"Gak bisa, Njun. Istirahat aja dulu disini, ya?"

"Gue gak kenapa-kenapa, Jen. Besok gue harus ngisi kelas, dan besok gue harus kerja."

"Ayo balik aja, Jen."

"Ren, jangan paksain diri lo, gue mohon."

Jeno berdiri dari duduknya, tak lupa membawa senyum yang mati-matian ia usahakan tercipta. Senyum yang sengaja ia ciptakan agar Renjun tidak menyadari matanya yang memerah, serta suaranya yang mulai berubah.

Beberapa menit berlalu diantara keduanya akhirnya membuat Renjun tersadar. Suara Jeno, tatapan milik Jeno kali ini jauh lebih sendu dari pada biasanya. Tatapan yang berhasil membuat jantung Renjun berdegup dengan kencang, memikirkan segala kemungkinan yang membuatnya harus menyiapkan seluruh hatinya dengan jawaban Jeno nantinya.

Jeno menarik nafasnya dalam-dalam, dan mehembuskannya secara perlahan. Dan itu membuat dirinya sedikit lebih tenang.

"Lo mau nitip sesuatu, gak?"

"Ada."

"Apa?"

"Apapun penyakit brengsek yang gue punya, tolong jangan kasih tau siapapun dulu, Jen. Bisa?"

Kepala Jeno mengangguk beberapa kali. Jeno menghela nafasnya kasar, kemudian mulai bergerak ke arah pintu yang akan menjadi kamar milik Renjun beberapa hari ke depan.

Jeno kembali menyeret kakinya menyusuri lorong rumah sakit, dengan perasaan yang berkalut.

"Beliau sudah lama ngidap penyakit tumor otak."

Jeno kembali mengingat ucapan Dokter yang menjadi lawan bicaranya tadi. Ia menghentikan langkahnya, menyandarkan punggungnya di dinding.

Tubuh Jeno meluruh, membiarkan seluruh air matanya habis membasahi pipi guna meluapkan semua sakit yang ia rasakan saat ini. Tak lupa meninggalkan Renjun dengan kekalutan dan penuh ketakutan.

『••✎••』

"LO GAK ADA MAINAN LAIN APA SELAIN TIKUS JELEK ITU?!" pekik Jaemin saat melihat Jisung menggendong seekor tikus mungil itu.

"Tikusnya imut, Kak. Jisung suka." balas Jisung sambil mengelus sayang tikus itu.

Jaemin langsung melongo saat mendengar Jisung bilang tikus jelek itu imut.

"Buka mata lo, Sung. Itu tikus lo yang lo bilang imut." kata Jaemin tidak bisa berkata-kata lagi.

"Kak Jaemin mau gendong." Jisung menyodorkan tikus itu kearah Jaemin.

"OGAH GUE!" Jaemin menepis kasar tangan Jisung, membuat tikus yang di pegang cowok itu jatuh.

Jisung menurunkan bibirnya sedih, matanya mulai berkaca-kaca, dan mungkin sebentar lagi cowok itu akan menangis.

"Tikusnya jatuh, huwaaaa!" tangisan Jisung pecah seketika saat kehilangan tikusnya karena Jaemin.

Jaemin mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Masa ia harus mencari tikus itu tadi?

"Nanti kita minta ke warung mang Kun, ya? Di sono tikusnya lebih gede-gede, pasti lo suka. Nanti suruh mang Kun nangkepin tikusnya satu-satu." tutur Jaemin mencoba menenangkan Jisung yang menangis sesegukan.

"Jeno!" Jeno menghentikan langkahnya, lalu sorot matanya melihat kearah Jaemin dan Jisung.

"Kenapa?" tanya Jeno terdengar datar.

"Si Renjun kemana? Kok lo pulang sendirian?" Jaemin kembali bertanya.

Jeno tak menjawab, ia memilih diam dan melanjutkan langkahnya masuk kedalam kamar. Jaemin memasang muka kesal saat pertanyaannya tidak di jawab oleh cowok itu.

"Tikus Jisung, kak." Jisung kembali merengek kepada Jaemin.

"Dasar anak Shindong. Iya, nanti kita cari di warung mang Kun, gak usah nangis." Jaemin mengusap kasar air mata Jisung menggunakan kain bekas lap panci.

T_T

Segitu dulu aja ygy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segitu dulu aja ygy.
Maaf karena ceritanya penuh ke prikan mereka.

Jadi silahkan tinggalkan jejak.

Masih mau Lanjut gak nieh? Coba spam komen dulu kalau mau lanjut.

Maaf ya Mak lala upnya lama. Ya, biasa lagi insecure ma cerita sendiri...

Kalian beneran gak bosen kan sama cerita ini? Jujuly takut kalian jadi bosen :)

7 ANAK KOSAN [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang