.𝘗𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦 𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘊𝘰𝘱𝘺 𝘔𝘺 𝘚𝘵𝘰𝘳𝘺.
...
Anindira Rayline, Adalah gadis baik, dan pendiam. Tapi sayangnya tidak mempunyai seorang teman, sekali punya teman, ia justru hanya di manfaatkan saja oleh temannya itu, contohnya saat ia di aja...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
~•~
***
Sudah menggelar party hampir empat jam, tak membuat Puput, Alex, Bimo, Vino dan Maya puas, terbukti, saat ini mereka masih ingin mengajak Juan dan Anin bermain game.
Para tamu sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu, tempat yang tadinya begitu ramai, kini tinggal mereka yang masih betah duduk di salah satu meja.
"Kalian ini, punya tenaga berapa sih? Perasaan seharian kita sudah sibuk, malah ngajakin main game," dumel Anin yang tak habis pikir dengan para sahabatnya.
"Dari pada main game, mending kita tidur lah." balas Juan tampak malas ikut.
"Halah! Bilang aja, lo mau gituan kan sama Anin." ledek Vino.
"Gituan, dalam arti apaan tuh?" Juan pura pura tidak paham, sementara Anin pipinya sudah memerah melirik sinis ke Vino.
"Ck! Dasar sok polos, gue lempar juga nih pakai botol!" sungut Vino.
"Sst_ lo nggak boleh dengar, ini pembicaraan tujuh belas plus-plus," saut Alex menutup kedua telinga Puput.
"Ihh_ apaan sih! Gue udah tujuh belas tau!" menepis kedua tangan Alex yang berada di kedua telinganya.
"Masa? Tapi kok pendek?" Puput makin geram, gadis itu memukul secara brutal tubuh Alex bahkan kuku panjangnya pun mengenai beberapa lengan cowok itu.
"STOP! Lo manusia atau gorila sih?! Tajam banget kuku lo, lihat luka kan?" tunjuk Alex pada beberapa garis panjang di lengannya.
"Bodo! Siapa suruh main fisik, ledeknya. Nggak suka gue!"
"Ya ya, Maaf, nggak lagi dah." ucap Alex tulus, mengusap usap ujung kepala gadis itu.
"Mau main? Apa lihatin kalian berantem?" sarkas Juan jengkel.
"Memangnya mau main apa sih?"
Puput, Maya dan yang lainnya saling pandang dengan senyum jailnya. "Truth or Dare," jawab Puput.
"Nggak!" tolak Anin begitu keras. "Gue nggak mau main game kayak gitu," tentu saja Anin masih trauma pada game itu, yang tadinya iseng ingin ikut bermain, malah punya masalah, Mana mau Anin masuk ke lubang yang sama.
"Ayolah Nin, gue janji. Nggak ada permainan yang kayak waktu itu, ini beneran kita main game. Kalau waktu itu kan, gue memang sengaja pengin ngerjain lo." mohon Maya memelaskan wajahnya.
"Benar yang di bilang Maya, gue janji nggak akan ngerjain lo lagi." saut Puput.
Anin masih ragu, ia sempat menoleh meminta dukungan dari Juan agar tidak usah bermain game Truth or Dare, tapi. Lelaki itu hanya menaikkan bahu, yang artinya tidak tau dan terserah saja.