Truth or Dare || 85.

2.7K 153 6
                                    

𓆩♡𓆪

𓆩♡𓆪

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

~•~

***

Seminggu kemudian...

"Kak kira-kira ini ada yang kurang atau ketinggalan nggak?" tanya Anin ketika wanita itu kini tengah berjongkok di depan koper, merapikan sekaligus memastikan jika tidak ada lagi yang ketinggalan.

"Nggak ada, kita bawa itu aja. Yang lain biar di tinggal,"

"Oke," jawab Anin tanpa melihat kearah suaminya yang tengah duduk di tepi kasur.

"Sayang, sudah dong. Masa dari tadi beres-beres mulu, aku sampai di cuekin, lagian dari tadi belum istirahat lho." Anin menoleh, ia tersenyum geli sembari menutup koper besar berwarna biru dongker tersebut.

"Ya ampun Kak, iya ya. Gitu aja ngambek, kerja itu jangan setengah-setengah harus sekalian di selesaikan." Juan menghela napas beratnya, mengayunkan tangannya untuk memberi kode pada Anin agar mendekat.

Anin menurut, ia menghampiri Juan yang sudah merentangkan kedua tangannya, lelaki itu menarik tubuh mungil istrinya agar duduk di pangkuannya

"Sebentar lagi siap-siap ya, kita sudah di tungguin Oma sama Mama."

Wanita itu mengangguk. "Kak, beneran nggak apa-apa kalau kita kasih tau Oma secara mendadak kayak gini? Aku khawatir sama kesehatan Oma, kita kan tau Oma sudah berumur,"

"InshaAllah, Oma bakal baik-baik aja. Kita berdoa aja semoga semuanya lancar, dan Oma bisa menerima keputusan aku."

"Amin_ ya udah aku mandi dulu. Dari tadi aku juga di chat Mama terus, di suruh cepat katanya." Anin beranjak dari pangkuan Juan, namun seperti biasa.

Lelaki itu justru menahan hingga Anin tidak bisa keluar dari tangan kekar suaminya. "Ck. Kak ayo dong, lepasin aku. Ntar kita kena omel Mama, mereka kasian sudah nungguin kita." sewot Anin.

Jika sudah seperti itu, Juan tak bisa berkutik ataupun melawan, ia akhirnya melepaskan istrinya. "Padahal masih mau berduaan." gerutu Juan.

"Waktu kita berduaan banyak Kak, kalau sama mereka waktunya sedikit, jadi kita utamakan mereka." saut Anin melirik sinis kearah Juan.

"Iya nyonya Juandra, saya paham!" balas Juan dengan nada rendah.

Anin terkikik geli lalu berlari ke kamar mandi, sementara Juan berdiri membuka lemari memilih baju yang masih tersisa di dalam lemari tersebut.

Memilih kaos Abu-abu, celana hitam dan juga jaket berwarna senada, serta sepatu berwarna putih, yang sangat cocok dengan penampilannya.

Duduk di sofa ia memakai sepatu, baru terikat satu. Ia mendapatkan telepon dari sahabatnya "Halo," jawab Juan setelah meloudspeaker benda pipih tersebut.

Truth Or Dare (END) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora