👑{CHAPTER 17}👑

110 58 22
                                    

Happy Reading ❤

👑

Lio baru bisa pulang ke rumah saat menjelang malam, hari ini ia menghabiskan waktunya sepenuhnya dengan Clarissa karena Clarissa tidak mau melepaskan borgolnya.

Clarissa menyuruh Lio berjanji untuk tidak menjauhinya, kalau tidak, Clarissa tidak akan melepaskan borgol itu. Akhirnya dengan terpaksa Lio menuruti permintaan Clarissa.

Lio memasuki rumah yang tampak sepi karena tidak terdengar suara apapun di dalam, tapi saat ia sampai ruang tamu sebuah buku melayang lalu mengenai wajahnya.

"ANAK BODOH!" suara Petra menggema di rumah sampai Lio terdiam dibuatnya.

Petra mendekati Lio dengan emosi yang menyelimutinya. "DASAR BODOH! KAMU TERUS SAJA BUAT SAYA MALU!" urat-urat di leher Petra tampak menegang.

"Kenapa Pa?" tanya Lio, bingung. Lio tidak mengerti kenapa Petra tiba-tiba bersikap seperti ini padanya.

Petra menarik kerah seragam Lio lalu menampar-nampar pipi kanan kiri Lio secara bergantian. "Kenapa kamu gak ikut mati aja sih sama Mama kamu yang jalang itu?! Kenapa saya harus punya anak bodoh seperti kamu?!"

Lio tidak membalas pukulan ataupun tamparan Petra, ia hanya diam, ia menerima apapun yang akan dilakukan Petra padanya. Termasuk jika Petra sampai membunuhnya. 

"Pa! Udah cukup Pa, kasian Lio," Rina berusaha menjauhkan Petra dari Lio.

"Bisa-bisanya kamu masih nolongin anak bodoh ini," ucap Petra sambil menunjuk Lio.

Lio mengusap darah yang berada di ujung bibirnya. "Ada apa Pa? Aku salah apa?" tanya Lio, lembut.

Lio tidak pernah bisa membenci Petra karena yang ia miliki di dunia ini hanya Petra, dan Ibunya berpesan agar jangan pernah melawan Petra. Lio hanya berharap suatu hari nanti Tuhan berbaik hati membuat Petra menyayanginya.

"Jadi gini Lio, orang tua dari Rendy tadi telpon Mama, mereka protes gara-gara kamu bully Rendy. Mereka pengen agar kamu dikeluarkan dari sekolah," jelas Rina.

Lio terkekeh mendengar penjelasan Rina. "Terus lo malah ngadu gitu ke Papa gue? Dan habis ngadu bisa-bisanya lo seakan-akan nolongin gue tadi. Sungguh luar biasa ya jalang satu ini," ketus Lio, menatap sinis ke arah Rina.

Amarah Petra semakin memuncak saat Rina dipanggil jalang oleh Lio, ia mengambil vas bunga kaca yang ada di atas meja ruang tamu lalu langsung memukulkan vas kaca bunga itu ke kepala Lio. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. "BRENGSEK!"

"Kenapa Papa marah saat dia dipanggil jalang? Kenapa Papa gak marah saat Mama yang dipanggil jalang?" pandangan Lio mulai kabur, ia tidak bisa melihat Petra dengan jelas.

"KARENA MAMA KAMU ITU EMANG JALANG, TOLOL!" Petra menarik paksa Lio ke arah kamar mandi lalu menenggelamkan kepala Lio ke dalam bathtub yang berisi air.

"MATI AJA KAMU! ANAK GAK GUNA! BODOH! TOLOL! NYESEL SAYA PUNYA ANAK KAYA KAMU!" geram Petra.

Rina yang melihat itu tidak dapat lagi menyembunyikan senyumnya. "Semoga beneran mati deh," batin Rina.

Lio kesulitan bernapas, ia terima jika akhirnya ia mati seperti ini. Sudah ia bilang, ia tidak akan melawan Petra walaupun Petra berniat membunuhnya.

Akhirnya beberapa menit kemudian Petra mengeluarkan kepala Lio dari bathtub, saat itu juga Lio terbatuk-batuk lalu pingsan.

Petra memandangi Lio dengan wajah datarnya, ia menyiramkan air ke seluruh tubuh Lio lalu menendang-nendang perut Lio. "Anak gak tau diri, bukannya banggain orang tua ini malah malu-maluin orang tua! Dasar anak gak guna! Najis Papa punya anak kaya kamu!"

Setelah emosi Petra mereda ia berhenti menendang-nendang perut Lio lalu keluar dari kamar mandi, tak lupa ia juga mengunci kamar mandi dari luar agar Lio tidak bisa keluar.

"Pa, kok dikunci? Gimana nanti Lio bisa keluar kalau dikunci?" tanya Rina.

"Biarin aja, anak itu kalau gak dikasih pelajaran gak akan pernah menyesal atas perbuatannya selama ini," jawab Petra, dengan perasaan tenang ia kembali ke dalam ruang kerjanya.

Beberapa jam kemudian Lio terbangun lalu memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. "Sakit Ma, dingin Ma," rintih Lio.

"Papa gak sayang sama aku Ma, Papa jahat. Apa Mama bisa bawa aku pergi dari dunia ini? Aku pengen ikut Mama, pengen sama Mama.  Aku capek Ma," gumam Lio, tanpa sadar air matanya menetes begitu saja.

Di sisi lain Clarissa terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk yang menghampirinya, ia melirik jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 12 malam.

Clarissa menyalakan lampu kamarnya lalu mengambil cutter di laci kamarnya. Clarissa duduk di atas kasurnya, ia kembali mengingat kejadian yang sangat mengerikan baginya, tanpa ia sadari air matanya menetes begitu saja.

Clarissa mulai menyayat tangannya sendiri menggunakan cutter, ia mencakar-cakar semua bagian tubuhnya. "Aku kotor, kotor, kotor," gumam Clarissa terus menerus.

👑

Gimana part ini menurut kalian? Semoga feel-nya dapat ya😁❤

20 JULI 2022

AdelioWhere stories live. Discover now