👑{CHAPTER 16}👑

2.8K 126 31
                                    

Happy Reading ❤

👑

Lio mengajak Clarissa untuk ke taman belakang sekolah, di sana mereka bisa bercerita dengan bebas tanpa takut ada orang yang akan mendengar pembicaraan mereka.

Taman belakang sekolah adalah salah satu tempat yang dijauhi siswa maupun guru di sekolah itu karena terdapat rumor kalau banyak penampakan muncul di taman itu.

Lio mengajak Clarissa duduk di bawah pohon rimbun yang ada di taman itu.

"Lo gak mau lepasin borgol ini?" tanya Lio sambil menunjuk salah satu tangannya yang diborgol.

"Nggak. Gue lebih nyaman kek gini, seakan-akan lo milik gue dan gak bisa kabur dari gue," jawab Clarissa sambil terkekeh pelan.

"Oh ya, gue minta maaf ya tadi ngomong kalau gue sayang sama lo di depan yang lainnya kaya gitu, padahal kan kenyataannya gak kaya gitu," ucap Clarissa.

"Iya, gue tau kok lo gak sayang sama gue, gak usah diperjelas kek gitu," balas Lio, memang tidak mungkin jika Clarissa mencintainya.

"Tapi kan gara-gara gue ngomong gitu mereka jadi takut, setelah ini mereka pasti nggak berani ngomongin hal buruk tentang lo lagi, gue yakin itu. Sekarang, ayo ceritain semuanya sama gue, dari sudut pandang lo pasti lebih menarik," ucap Clarissa merasa tidak sabar mendengar semuanya dari sudut pandang Lio.

Memang bukan penderitaan Lio yang ingin ia dengar. Penderitaan? Lio tidak punya hal semacam itu. Clarissa sangat mengenal Lio.

"Tunggu," Lio mengulurkan tangannya menyelipkan anak rambut Clarissa ke belakang telinga agar tidak menghalangi wajah Clarissa. "Nah gini kan enak, muka cantik lo keliatan," ucap Lio sungguh-sungguh.

Clarissa tersenyum tipis. "Ternyata masih sama," batinnya.

Masih sama, jantung Clarissa masih berdegup kencang saat Lio berada di dekatnya.

"Setiap 3 bulan selalu ada anak dari kelas lain yang ngaku kalau dibully sama gue, padahal gue gak tau siapa mereka. Pasti ada yang nyuruh mereka, tapi gue belum tau itu siapa. Selama kesabaran gue belum abis gue gak masalah difitnah kaya gitu," cerita Lio sambil terus menatap wajah Clarissa.

"Kalau soal Adelia gimana?" tanya Clarissa.

Lio tertawa pelan saat Clarissa menanyakan itu. "Dari awal gue tahu ada orang yang nyuruh Adelia buat deketin gue, dan gue ngikutin permainannya. Padahal niatnya gue mau buat Adelia jatuh cinta sama gue, tapi kayanya gue gagal, gue emang nggak ahli buat orang jatuh cinta sama gue."

Clarissa menaikkan sebelah alisnya karena merasa heran. "Gimana lo bisa tau kalau ada yang nyuruh Adelia buat deketin lo?"

"Karena dia ke arah gue pas dia dikejar preman, dia sengaja nabrakin diri dia ke gue, dia sengaja minta gue anterin dia pulang. Terus diwaktu yang berbeda gue dipukulin dan dibegal di tempat yang sama, dan Adelia yang nolong gue. Gue gak percaya kalau itu semua hanya kebetulan, semua itu pasti udah direncanain," jelas Lio panjang lebar.

"Semua momen gue sama dia cuma sandiwara, kita saling memainkan peran masing-masing untuk saling mempermainkan," lanjut Lio, ia tersenyum puas karena merasa berhasil menipu Adelia kalau seakan-akan ia menderita, padahal biasa saja.

Clarissa tertawa kencang, sudah ia duga akan semenarik ini dari sudut pandang Lio. "Lo gak pernah berubah ya Lio, sayang banget cuma gue yang tau sifat asli lo yang kaya gini," ucap Clarissa.

Lio tersenyum tipis, tangannya terulur mengambil daun yang berada di rambut Clarissa. "Lo spesial, jadi lo pantes tau gue kek gimana," gumam Lio.

Clarissa tidak mendengar gumaman Lio, ia sedang memikirkan apa yang harus ia tanyakan lagi pada Lio. "Oh ya, apa lo tau siapa yang nyuruh Adelia buat deketin lo?"

"Tau, gue pernah nguping dia lagi telpon sama orang itu waktu gue nginep di rumah dia, orang itu nyuruh Adelia buat terus deketin gue, terus Adelia ngomong iya dan nyebut nama orang itu," terang Lio.

"Siapa orang itu Lio?! Langsung sebut kek namanya!" kesal Clarissa yang sudah merasa sangat penasaran.

Lio tertawa pelan saat Clarissa menggembungkan pipinya dengan ekspresi marah, karena tidak tega Lio jadi membisikkan nama orang itu pada Clarissa.

"Kurang ajar! Apa lo mau gue kasih pelajaran ke dia? Gue bisa hajar atau patahin tulangnya," tawar Clarissa.

"Nggak usah, gue bakal bunuh dia kalau kesabaran gue udah abis," balas Lio.

Clarissa melihat keseriusan di wajah Lio saat mengatakan itu. Clarissa jadi kasihan pada orang itu karena telah salah dalam memilih musuh.

"Saat ini gue cuma pengen jadi anak baik seperti permintaan Mama gue Sa," ucap Lio.

Clarissa tersentak saat tiba-tiba Lio menarik ia ke dalam pelukannya. "Dan mulai sekarang lo harus jauhin gue Sa, gue mau lo tetap aman, gue gak mau lo terluka. Jangan pernah terlibat lagi sama masalah gue Sa, gue bisa beneran jadi pembunuh kalau sampe lo terluka," ucap Lio, lembut.

Terlalu bahaya jika Clarissa terus terlibat dalam masalahnya, orang itu pasti tidak akan segan-segan untuk menyakiti Clarissa.

Ucapan Adelia yang menyebutnya pembawa sial bukanlah omong kosong belaka. Lio merasa ia memang pembawa sial karena Adelia terluka karena dekat dengannya.

👑

Gimana part ini menurut kalian? Komen ya 😁

19 JULI 2022

AdelioOnde histórias criam vida. Descubra agora