1.

996 124 4
                                    

⊱ ──────ஓ๑∗๑ஓ ────── ⊰

Mata sipit milik Rintarou perlahan terbuka. Menampilkan pupil mata tajamnya. Dirinya melirik jam sekaligus kalender.

"31 Februari?" gumamnya berdiri dari tempat tidur. Rintarou mendekatkan wajah ke kalender. Memastikan dirinya tak salah baca/lihat.

"Oh bener, hari ini 15 Maret." Dirinya mengangguk, berjalan kekamar mandi. "Karna terlalu dingin jadi ga usah mandi," gumamnya mencuci muka.

Ting
Ting
Ohayo Onii-chan

Suara ponsel menarik perhatian Rintarou. Dirinya melihat satu persatu pesan. "Eh mama?" gumamnya melihat nama kontak tersebut. "Mama pulang hari ini," gumamnya.

Rintarou sudah tinggal sendirian 2 tahun kurang lebih. Kedua orang tua harus bekerja diluar kota. Karna dirinya yang terlalu mager akhirnya dirinya memilih untuk menetap dirumah lama.

"Bersih-bersih rumah dulu," ucap Rintarou mengambil sapu. Dirinya langsung membersihkan setiap inci rumah. Rumah kini seperti hotel bintang lima.

Sudah bersih rapi, makanan tertata. Suna bisa masak? Oh tentu tidak. Dirinya memesan lewat online.

Pernah dirinya belajar memasak dirumah Miya twins namun pada akhirnya, dirinya meledakkan setengah rumah.

•❅───✧❅✦❅✧───❅•

Kini Rintarou hanya rebahan santai diruang tamu. "Encok badanku," ucap Rintarou sedikit meregangkan otot-otot tubuh.

Saat ingin terlelap tidur ketukan pintu membuat dirinya harus beranjak dari sofa.

Ceklek

Suara pintu terbuka.

"Rin?" Mata Rintarou melebar dan memeluk wanita didepannya.

"Mama," ucapnya belum melepas pelukan.

"Hm pelukan terus, yang disini gimana?" Dibelakang terdapat sang ayah yang sedang menggendong adiknya yang terlelap tidur.

Rintarou dan sang mama terkekeh. Dirinya segera memeluk dengan hati-hati takut membangunkan sang adik.

"Udah lama ga ketemu Rin. Tambah besar aja kamu," ucap sang ayah menyenggol lengan Rintarou.

"Ayo masuk mah pah," ucapnya membantu membawakan barang-barang.

"Sini [name] biar sama aku." Rintarou segera mengambil tubuh [name] dengan hati-hati.

"[Name] udah tidur dari tadi?" tanya Rintarou memandang wajah mamanya.

"Iya, kecapean mungkin," ucap sang mama duduk di sofa. Rintarou mengangguk dan membawa [name] kekamarnya.

Dirinya tersenyum melihat wajah manis [name] tertidur damai. Tak ingin melewatkan kesempatan dirinya langsung memotret [name]. Beberapa foto kini tersimpan rapi didalam handphonenya.

"Rin makan dulu," ucap sang mama dari dapur.

Rintarou segera keluar dan berjalan turun dari tangga ke dapur. Kedua orang tuanya tersebut terlihat saling berbincang mengenai banyak hal.

"Mama nanti aku pergi sekolah," ucap Rintarou mengambil nasi.

"Eh? Hari ini liburkan?" tanya sang mama menatap Rintarou.

"Aku ikut voli, katanya mau lomba jadi sering latihan," ucapnya duduk disampingnya ayahnya.

Mereka saling bertukar cerita dan kejadian selama mereka berpisah. Sesekali mereka melontarkan candaan dan beberapa pertanyaan.

"Eh Rin, kau udah punya pacar?" tanya sang ayah membuat Rintarou terkejut dan tersedak.

"Ya ampun pa, kenapa nanya begituan?" Beruntung sang mamah segera memberi Rintarou air, jika tidak mungkin dirinya sudah logout dari bumi dan book ini langsung selesai.

"Rin itu belum mau punya pacar, ribet. Mending main sama [name]," ucapnya meledek ke arah ayahnya.

"Rin coba kamu lihat [name], udah bangun belum dia." Rintarou mengangguk dan segera pergi.

Dirinya membuka pintu kamar. Terlihat [name] menggeliat tak nyaman. Mungkin anak manis tersebut akan segera bangun.
Rintarou duduk disebelah [name]. Ingin sekali dirinya menarik pipi tembem milik [name].

Dirinya menghela nafas dan memainkan rambut panjang milik [name].

'Sabar jangan ditarik nanti melar,' batin Rintarou mengelus pipi gembul [name]. Dirinya mengamati pergerakan yang di hasilkan oleh [name].

"Mama," gumam [name] masih menutup mata.

Panah imajiner langsung menembus hari Rintarou. Tak hanya itu, hidungnya pun mengeluarkan darah. Rintarou memekik atas kelucuan sang adik.

'Ga baik ni adek untuk gw,' batinnya berusaha menahan tangan agar tak mengunyel-unyel pipi.

"Rin kamu kenapa?" Tak ada hujan badai angin ribut, tiba-tiba sang ayah muncul. Sontak Rintarou gelagapan sendiri.

"Engga ko pah, Rin-"

"Mama? Pa?" Pandangan kedua lelaki tersebut langsung mengarah ke [name] yang baru bangun, mengucek mata.

"[NAME]!" Teriak Rintarou langsung memeluk sang adik. Seakan sudah terasa bertahun-tahun dirinya tak memeluk [name].

"Itu yang meluk [name] siapa?" tanya sang ayah iseng.

"..." [Name] diam tak menjawab dan menggeleng dengan polos.

"Aduh sakit hari Abang dek," ucap Rintarou memegang dadanya.

"Ayolah Rin, maklum dulu [name] umur 2 Tahuan. Dia jadi ga inget kamu," sahut sang ayah berusaha mengembalikan mood Rintarou.

"Iya si, tapi tetap saja. Kit hati," ucap Rintarou dengan panah imajiner menusuk hatinya.

"[Name] panggil aku, nii-chan. Onii-chan," ucap Rintarou menatap [name] penuh harap.

"Papa," ucap [name] menatap pria dibelakang Rintarou.

Rintarou menghela nafas, menatap pasrah sang ayah. "Keknya aku butuh pendekatan deh," ucapnya menyembunyikan wajah ke bantal.

"Seng sabar."

⊱ ──────ஓ๑∗๑ஓ ────── ⊰

𝐎𝐧𝐢𝐢-𝐜𝐡𝐚𝐧 | S. 𝐑𝐢𝐧𝐭𝐚𝐫𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang