20. Final

46 14 0
                                    

Lapangan luas yang lebih mirip landasan pesawat, membuat Alvia terpukau. Ia tengah berada di tempat penonton. Tidak sendirian, ada keempat temannya yang lain juga.

Hari ini mereka akan melakukan ujian terakhir. Dimana ini akan menjadi penentuan mereka akan lulus atau tidak.

"Aku yakin kau akan lulus." Kata Ben pada gadis bersurai hitam itu. Kebetulan dia duduk tepat di sebelah Alvia.

Alvia tersenyum miring, "Tentu saja, kau lihat bukan, aku memiliki tameng sekuat hewan buas." Bangganya.

Tak!

"Aww" Ringisnya tepat ketika dahinya di sentil oleh pemuda lainnya yang duduk di sisi yang lainnya. Ia menampar kuat bahu pemuda dengan surai pirang tersebut. "Kenapa kau menyentil dahiku?!"

"Diam, tikus pengecut." Kata Leo dengan datar, dia kembali fokus ke arah lapangan di bawah sana.

Sudah jelas jika ujian akhir mereka akan segera di mulai. Pembukaan di mulai dengan peraturan-peraturan dasar untuk ujian kali ini.

Seperti; tidak boleh melukai lawan yang sudah pingsan, melakukan penyerangan sesudah ujian selesai, dan juga menggunakan spesialisasi mereka.

Untuk peraturan terakhir, itu hanya dilarang bagi mereka yang berada di tingkat warior, karena bisa saja pemula yang memakai spesialis itu tidak bisa mengontrolnya dengan benar.

Leo sendiri sudah diberi peringatan dari Mr. Kenan, sang kepala sekolah, dia dilarang mengeluarkan spesialis anti lukanya.

Jadi, sepanjang ujian nanti, dia akan memendam spesialisnya untuk sementara, dia juga baru melatih ini dua minggu yang lalu dan ia langsung terbiasa dengan itu.

"Zoe semangat!" Leo menoleh ketika suara Alvia begitu kencang karena berteriak tepat di telinganya.

"Dia hanya akan melakukan ujian, kenapa kau sangat berlebihan?" Tanya Leo tak habis pikir, dia mendorong wajah gadis itu agar menjauh dari telinganya.

Alvia berdecih. "Terserah aku, memangnya ada yang melarang? Kau sibuk sekali mengomentariku terus!"

"Aku? Hey, ini semua karena suaramu yang terlalu berisik dan memekakan telinga, Al." Balas Leo tak mau kalah.

Baru saja Alvia ingin membalas lagi, mulutnya malah langsung di tutup dengan sapu tangan. Dia menoleh ke arah pemuda berkacamata yang sudah mengayunkan tongkat sihir ke arahnya.

Hey, apa lagi ini? Dia kembali di ikat oleh Ben.

"HMPHHH!!" Teriak Alvia tertahan, mulutnya tertutup oleh sapu tangan dan dia tak bisa melepaskannya karena kedua tangannya di ikat dengan tali.

"Itu lebih baik." Kata Ben dengan tersenyum.

Akhirnya Alvia hanya pasrah, dan memilih menatap ke bawah lapangan. Di sana, Zoe sudah berdiri di sisi kanan bersama dengan Rion.

Sungguh, Zoe terlihat sangat menakjubkan! Wah, temannya itu ternyata memiliki aura sekeren itu ya.

Di sisi kiri, ada tim lawan. Mereka berasal dari kelas lain, bukan kelasnya. Meski begitu tingkatannya masih sama. Sama-sama warior, tingkat dasar.

Suara gong dibunyikan. Serangan langsung diberikan oleh tim lawan ke Zoe dan Rion. Keduanya saling menghindar dengan cepat.

Mereka terus menyerang dengan tongkat yang mengeluarkan petir. Zoe sampai kelelahan karena terus menghindar.

Dia harus balik menyerang jika ingin menang. Dia belum berpengalaman, tapi Rion, pria itu pasti sudah mengerti ini semua.

Mengingat pria itu mengulang ke warior karena kemauannya sendiri, sebelumnya Rion berada di tingkatan master, tapi pria dengan surai biru itu memilih mengulang lagi agar lebih baik untuk ke depannya.

Zoe memberanikan diri, membaca mantra untuk menggerakkan air yang berada di sisi lapangan dan langsung menjadikannya seperti ombak, lalu mengarahkannya pada sang lawan.

Ia tersenyum, ketika sihirnya berhasil. Kini giliran Rion yang mengambil alih dengan menyambar ombak itu dengan sebuah petir yang cukup besar.

Hingga suara gong yang menyatakan pertandingan berakhir terdengar. Pengawas ujian langsung menyatakan jika Zoe dan Rion yang lulus.

Zoe memekik senang, dia langsung berlari ke arah Rion karena refleks. Dia juga tanpa sadar memeluk pria dengan surai biru itu.

Ketika sadar, Zoe menjauh dengan kikuk. "M-maaf aku reflek tadi."

Rion hanya mengangguk singkat, sebelum akhirnya pergi meninggalkan arena ujian dengan lubang hitamnya.

Ujian kembali dilanjutkan setelah mengangkat kedua tubuh murid yang tersambar petir tadi dan mengobatinya.

Mereka baik-baik saja tentunya, hanya aliran sihir mereka yang sedikit terputus dan energi yang berkurang, tidak ada yang mati, karena sebelum pertarungan mereka sudah lebih dulu di berikan bubuk peri agar tak terbunuh.

"Selamat untukmu, Zoe." Ucap Ben memberi selamat.

Bukan hanya Ben. Doyun dan Leo pun ikut memberi selamat. Zoe berterima kasih untuk itu, tapi dia malah bingung dengan Alvia.

Ia menatap Ben dengan tanda tanya, "Kenapa Al ditutup mulutnya? Dan juga... tangannya diikat?" Kata Zoe tak habis pikir.

Ben tersenyum, "Aku lupa." Dengan sekali membaca mantra ikatan pada kedua tangan Alvia pun terlepas.

Gadis itu dengan terburu-buru membuka sapu tangan yang menutup mulutnya, dia menatap tajam ke arah Ben yang terlihat santai.

Alvia menoleh ke arah Zoe yang duduk di sebelah Leo, ia tersenyum manis. "Aku bangga padamu, ombak tadi itu luar biasa Zoe!" Pujinya dengan semangat.

"Terima kasih, aku yakin kau juga akan lulus nanti, semangat!" Balas Zoe tak kalah semangat.

Keduanya tidak tahu saja jika Leo sedang menahan diri untuk tidak melempar kedua gadis itu ke tengah lapangan karena terlalu berisik.

Zoe mengalihkan pandangannya ketika pemuda yang memakai kacamata itu berdiri. Dia juga merasakan jika kursi sebelahnya bergerak.

Ternyata kini giliran Ben dan Doyun. Mereka memang satu tim, jadi kemistri mereka sudah terbentuk sebagai tim yang cukup hebat.

Suara gong sudah terdengar, pertandingan dimulai. Ketiganya kembali fokus ke tengah lapangan. Baru dua menit gong dibunyikan suara gong tanda pertandingan berakhir terdengar.

Alvia dan Zoe tidak bisa untuk tidak terkejut. Keduanya berekspresi sama, mulut mereka terbuka lebar.

Apa-apaan tadi? Mereka bahkan tak sempat berkedip hanya karena pertandingan yang selesai dalam sekejap mata itu.

Bukan hanya keduanya, semua orang yang menonton pun sama terkejutnya. Bahkan pria yang menjadi pengawas tak kalah terkejut.

Mungkin ini adalah ujian tercepat yang pernah tercatat di Sandara School. Ben dan Doyun tampak bangga dengan apa yang mereka lakukan.

Keduanya kembali ke tempat penonton, Ben duduk dengan tenang lagi di sebelah Alvia. Gadis itu mengguncang tubuhnya secara tiba-tiba.

"I-itu?! Bagaimana bisa?! Ini tidak mungkin, kalian hanya mengeluarkan angin kecil dan mereka langsung tumbang? Hey, hey kalian ini pesulap ya?" Tanya Alvia berturut-turut.

Ben memegang kedua tangan gadis itu, astaga guncangannya tak main-main, dia hampir pusing karenanya. "Satu-satu Alvia. Lagi pula kenapa kau berpikir kami pesulap? Padahal kita semua sama-sama memiliki sihir loh."

Mendengar itu Alvia merengut tanpa sadar. Ia menampakkan sisi lainnya yang sedikit kekanakan, membuat Ben tertawa dan mengusak surai gadis itu gemas.

Tidak tahu saja, ada banyak pasang mata yang melihat kedekatan keduanya.

"Kami akan memberi jeda lima menit sebelum akhirnya Tim Leo-Alvia melawan Zyra-Chris dilanjutkan."

--

Tbc

a/n : hai?

Oke, cuma book ini doang yang masih aktif, sisanya mati kayaknya haha

Sorry for typo's

See you!

ALVIA SANDARA [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora