36. Soft

52 18 2
                                    

Terhitung sudah satu minggu semenjak kejadian terungkapnya fakta mengejutkan tentang Zoe dan juga Doyun. Kini sekolah juga berjalan normal seperti biasanya.

Mr. Kenan menggunakan spesialisnya untuk kembali mengendalikan dan menghapus beberapa memori tentang lima orang terpilih pada seluruh muridnya.

Tak semuanya sama, banyak perbedaan juga yang terjadi. Entah Zyra yang mendadak lebih sering berkunjung dan berbicara dengan Doyun atau pun sebaliknya.

Akan ada situasi canggung ketika Doyun dan Zoe bertemu. Atau mungkin kalau keduanya tanpa sengaja menjadi satu kelompok yang harus dilatih khusus dengan Mr. Kenan.

Ketiganya bahkan terkadang tak bicara sama sekali meskipun mereka harus berlatih. Kadang mereka hanya berbicara lewat tatapan mata atau mungkin isyarat yang membuat orang yang melihat mereka merasakan kecanggungan yang terjadi di sana.

Seperti sekarang, Alvia yang telah selesai dengan kelasnya menatap latihan ketiga orang itu dengan gemas. Kenapa mereka harus secanggung itu coba?

Ketika fokus menatap ketiganya, tiba-tiba bahunya ditepuk pelan, dia terlonjak kaget, dia segera menoleh. Ia kira siapa, ternyata hanya Ben. Untung saja hanya pria itu.

"Kenapa terkejut seperti itu?" Tanya Ben kebingungan.

"Bukan apa-apa, aku kira kau siapa."

"Apa kau mengira kalau itu aku?" Alvia terjengit ketika mendengar suara tepat di telinganya. Dia menatap sinis pria lain yang baru saja datang itu.

Leo tertawa pelan, dia mengusak pucuk kepala gadis yang lebih pendek darinya itu dengan gemas. Tapi, Alvia langsung menepisnya.

"Kau mau membuat rambutku rontok?!" Kesal Alvia, pasalnya pria itu kalau sudah mengacak surainya suka berlebihan, gila memang.

Ben memutar kedua bola matanya malas, pasangan disebelahnya sangat tidak jelas semenjak seminggu yang lalu. Keduanya mungkin terikat takdir untuk menjadi pasangan, namun Alvia dan Leo tak mencerminkan kalau mereka itu pasangan.

Malah lebih mirip kucing dan tikus.

"Aku rasa kita perlu membuat ketiganya berbicara dan melepas rasa canggung mereka." Cetus Ben pada kedua temannya. Ketika tak mendapat respons, dia menoleh ke arah Leo dan Alvia.

Melihat itu Ben langsung menghela nafas panjang, sepertinya yang waras hanya dirinya sekarang. Pasalnya Alvia tengah mencekik Leo dengan surainya yang terlihat acak-acakan.

Alvia buru-buru merapihkan surainya, dia berdehem pelan dan kini mulai menatap pria berkacamata yang mengajaknya berbicara tadi. "Baiklah, ayo buat mereka bertingkah layaknya sebuah keluarga!" Ujarnya dengan semangat.

Belum sempat menanyakan apa ide dari gadis itu, Ben malah dibuat terkejut ketika melihat Alvia yang sudah bergerak lebih dulu tanpa memberitahu rencananya.

Pemandangan selanjutnya adalah hal yang tak pernah Ben bayangkan seumur hidupnya. Segerombolan lebah tiba-tiba saja menyerang ketiga orang di sana.

Sedangkan si pelaku penyerangan lebah itu sudah berdiri di atas dahan pohon dengan santainya. Ben memijat pelipisnya, tiba-tiba dia sakit kepala melihat tingkah Alvia.

Berbeda dengan Ben yang sudah tak bisa berpikir jernih lagi, Leo justru tampak tersenyum gemas melihat segala tingkah gadisnya itu. Iya, gadisnya, tolong digaris bawahi fakta tersebut.

Zoe berteriak ketakutan melihat musuh bebuyutannya yang datang ke arahnya itu. Lebah, sialan, datang dari mana mereka semua?

"Mendekatlah ke ayah," Titah Kenan pada keduanya, dan tanpa sadar mengakui kalau Zoe juga putrinya. Ia menarik kedua anaknya itu untuk mendekat kemudian membuat pelindung untuk mereka.

ALVIA SANDARA [TAMAT]Where stories live. Discover now