40. Village

134 17 3
                                    

Hari sudah menjelang sore, dia baru saja kembali dari mengantarkan Zyra dan Chris ke goa suci. Yup, pada akhirnya mereka harus ke sana lagi.

Dan yang mengantarkan mereka berdua adalah Doyun. Dia kembali di tugaskan oleh sang ayah. Lagi pula di masa depan dia harus bisa lebih sering membantu ayahnya itu.

Niat Doyun dia akan langsung kembali ke sekolahnya dan istirahat. Tapi, melihat dua siluet yang dia kenali tengah berjalan di depannya membuat ia urung.

Baru ingin memanggil dua orang tadi, bahunya justru sudah lebih dulu ditepuk, ia pun langsung menoleh. Dan Doyun tak bisa untuk tidak terkejut.

"Kak Al? Kakak sedang apa di luar hutan... bersama kak Leo pula." Bingungnya.

Dibanding menjawab, gadis yang lebih tua darinya itu mendadak malah canggung dengan pertanyaannya. Setelah di teliti lagi, dia akhirnya paham.

"Aku tidak terkejut sih kalau kalian jalan berdua dan sedang berkencan. Tapi, ada pasangan lain yang membuatku heran." Tuturnya dengan raut penuh selidik.

Mendengar itu Leo dan Alvia saling berpandangan dengan tanda tanya besar. Apa ada orang lain yang dilihat oleh Doyun selain mereka berdua?

Untuk menjawab raut dari kedua orang yang lebih tua, Doyun langsung mengarahkan jari telunjuknya ke arah depan. "Itu kak Zoe dan kak Ben kan?"

Keduanya langsung mengikuti arah jari telunjuk Doyun dengan seksama. Lalu raut wajah Alvia yang tak terkontrol, antara; bingung dan terkejut, terlihat jelas.

"Sejak kapan mereka sedekat itu?"

Doyun mengangkat kedua bahunya, tanda tidak tahu. Sedangkan Leo hanya tersenyum tipis menanggapinya, dia dengan santai menggenggam tangan kekasihnya yang bebas.

Alvia menoleh, sedikit terkejut, tapi dia tetap membiarkannya, dan memilih kembali fokus pada kedua orang yang terlihat dekat sekali di depannya.

"Sudahlah, selagi mereka bahagia, itu bagus kan." Ujar Leo memecah keheningan kedua orang yang fokus ke arah Ben dan Zoe itu.

Karena sudah terlanjur berada di depan desa Elve, ketiganya pun ikut masuk ke sana. Mereka melewati papan nama yang terbuat dari ukiran kayu itu.

Beberapa warga terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tapi, mereka terlihat menyempatkan diri untuk saling menyapa pada ketiga orang yang baru saja memasuki desa mereka.

Ini perbedaan besar dari sebelum dan sesudah terhapusnya sihir buruk yang membuat warga di sana membenci hal-hal berbau magis.

Awalnya warga terlihat abai ketika ada orang yang datang ke desa mereka. Tapi, sekarang mereka terlihat lebih ramah dan juga terbuka.

"KAK ZOE!" Teriak Doyun memanggil gadis dengan surai cokelat itu. Tepat ketika Zoe menoleh, pria di sebelahnya juga ikut menoleh.

Dengan riang khas anak remaja, Doyun langsung menghampiri sang kakaknua itu. Dia menyenggol tubuh yang lebih tua dengan kedua alis naik turun, menggoda.

"Sepertinya ada yang habis berkencan ya?" Sudutnya sambil menatap kakaknya itu dengan penuh selidik. "Ini kalau ayah tahu, pasti kakak akan di sidang dan berakhir di suruh menjauh dengan kak Ben!"

"Kenapa kami harus saling menjauh? Lagi pula aku berkencan dengan Ben atau tidak itu bukan urusan anak kecil tau." Sahut Zoe dengan menyentil dahi adiknya itu.

"Cih, aku bukan anak kecil tau!"

Keduanya pun berakhir saling beradu argumen dan saling mengejek. Mereka memang sering seperti ini, walau pun keduanya akan saling tertawa setelahnya karena tingkah mereka yang kekanak-kanakan.

ALVIA SANDARA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang