Chapter 22 - Pulang

65.2K 4.9K 71
                                    

Makasih banget banget yang masih setia baca cerita ini, jangan lupa follow akun aku, terus vote dan comment juga di cerita ini! Terimakasih luv <33
.
.
.
.
.

***
Chayyara langsung di sambut hangat oleh Kate dan Silva. Mereka memeluk Chayyara sambil menangis bersama. Chayyara merasa terharu karena ada Kate dan Silva yang selama ini selalu mengerti dirinya. Sedangkan Javier tersenyum saat pandangan Chayyara terarah kepadanya, sebagai papa mertua, ia menghampiri Chayyara, menarik menantu kecilnya itu ke dalam pelukannya.

"Maafkan Papa, Kay."

Chayyara menggeleng di dalam pelukan Javier. Jangan lupakan Javier. Pria paruh baya itu juga sudah ia anggap seperti papanya sendiri, meski terkadang sikapnya dingin, tetapi Javier sangatlah perhatian pada Chayyara.

"Tidak apa-apa, Pa. Lagipula Kay baik-baik saja." Chayyara melepas pelukannya lalu melihat wajah Javier yang tersenyum lembut kepadanya. Javier mengusap pelan kepala Chayyara, "Bagaimana kondisimu di sana?"

Chayyara tersenyum manis, "Kay dan baby-baby baik-baik saja, Pa. Hen juga sudah menjaga Kay dengan baik."

Javier mengangguk lantas tersenyum. Cukup lama pria itu terdiam hingga akhirnya ia pun kembali memanggil Chayyara. "Kay..."

Chayyara menoleh, "Iya, Pa?"

"Armor sedang tidak sehat, kemarin setelah pulang kerja, dia demam tinggi. Apa kamu berniat melihat kondisinya? Papa rasa dia membutuhkanmu."

Chayyara langsung membulatkan matanya terkejut, selama tiga bulan mereka menikah, belum pernah sekalipun Chayyara melihat Armor sakit. Pria itu selalu menjaga kesehatannya, lalu mengapa Armor tiba-tiba sakit?

Chayyara mengangguk dengan wajah cemasnya, "Kalau begitu Kay ingin melihat kondisi Kak Armor dulu ya Pa, Mama, Oma," ujar Chayyara yang diangguki Javier. Kate dan Silva pun ikut mengangguk.

***

Chayyara membuka pintu kamar yang sudah ia tinggalkan selama seminggu lamanya, Chayyara menutupnya dengan gerakan pelan.

"Kenapa pulang?" Suara berat seseorang langsung menginterupsi Chayyara.

Chayyara membalikkan tubuhnya, terlihat Armor tengah berdiri di dekat jendela dengan bertelanjang dada. Pria itu menatap tajam ke arah Chayyara.

"Kay...Ka—"

"Saya tahu kamu marah, tapi saya lebih marah karena belum ada penjelasan apapun dari saya, kamu memutuskan pergi begitu saja,"

"Apa itu sikap yang baik untuk menyelesaikan masalah?" Armor berujar dengan nada dinginnya. Suara Armor terdengar berat membuat Chayyara merasa takut pada suaminya itu. Ekspresi Armor jelas menunjukan kemarahan. "Kamu pikir saya tidak merasa bersalah atas semua kejadian yang menimpa kamu, Chayyara?!"

Chayyara menundukan kepalanya ketika Armor sedikit meninggikan nada suaranya. Air mata mulai menetes membasahi pipi Chayyara.

Hal itu membuat Armor menghembuskan nafas kasar, pria itu membalikkan tubuhnya ke arah jendela. Armor menyadari sikapnya dan berusaha menahan kembali emosi dalam dirinya.

"Maaf." Armor berujar, kali ini dengan nada rendahnya. "Beristirahatlah, saya akan tidur di kamar atas." Armor berjalan melewati Chayyara, keluar dari kamar yang biasa mereka pakai untuk tidur bersama.

Sejujurnya ia ingin merengkuh Chayyara ke dalam pelukannya karena rasa rindunya, tetapi Armor menahan dirinya. Armor membutuhkan waktu untuk mengendalikan emosinya, juga menyusun banyak kalimat untuk ia jelaskan nanti mengenai masalah mereka yang sebisa mungkin tidak menyakiti Chayyara.

ChayyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang