Chapter 4.

320 36 5
                                    

Saat ini di ruang kerja presiden Ray bersama dua orang ajudannya sedang bermain PS2 yang mana hampir 3 jam mereka bermain game pes dan selama itu pula Ray hanya menang dua kali saja.

"Oi! Oper kesana lah! Anyink!"

"Yahahaha saya menang lagi pak hahaha!"

"Stik saya cacat nih gak bisa ngoper sama nendang ganti stik!"

Ray pun mencabut kabel stiknya dengan kesal dan menggantinya dengan yang lain tapi tetap saja dia tetap kalah dan menyalahkan stiknya lagi padahal dia yang cupu mainnya.

Ketika Ray dan kedua ajudannya sedang asik main ps2 Jessica pun masuk dan melihat atasannya malah sedang bermain-main, dengan langkah tegas ia mendekati Ray dan memukul kepalanya.

BUGH!

"Asw! Siapa yang berani mukul presiden hah?!"

Ray yang terkejut karena kepalanya dipukul pun berdiri dan melihat kearah belakang tapi setelah melihat siapa yang memukulnya dia langsung diam dan hanya tersenyum saja.

"Saya yang memukul Anda pak kenapa hah?!"

"E-eh tidak kok, hei kalian cepat pergi dari sini"

Kedua ajudannya pun langsung pergi dari ruangan presiden dan meninggalkan Ray bersama dengan asistennya yaitu Jessica.

"Bukankah anda harusnya menyelesaikan pekerjaan Anda pak? Masih banyak pekerjaan yang harus anda selesaikan."

"Santai aja akan kukerjakan kok sekarang ini saya mau refreshing otak sebentar."

Jessica hanya bisa menghela nafasnya karena tingkah laku atasannya yang mana atasannya yang sekarang ini sangat berbeda sekali dengan presiden sebelumnya.

Selama menjadi asisten presiden Jessica selalu membantu presiden yang terlihat tegas, berwibawa, cekatan dalam bekerja dan lainnya yang membuat Jessica merasa kagum dengan mereka. Tapi semenjak Ray Bastian menjabat sebagai presiden semuanya berubah.

Ray Bastian merupakan presiden yang sangat berbeda dari presiden sebelumnya, ia terlihat selalu santai, menyepelekan tugasnya dan tidak terlihat serius. Tapi yang membuat Jessica bingung adalah ketika Ray melakukan tugasnya dengan serius suasananya akan menjadi tegang dan cukup membuatnya merinding.

"Pak anda jangan lupa bahwa minggu depan anda akan ke Beijing untuk membahas kerjasama antara kedua negara."

"Santai saya tau itu lagipula setelah dari Beijing kita akan langsung ke Washington untuk memperbaiki dan memperjelas kenetralan Indonesia pada barat."

Ray pun duduk diatas mejanya sembari memakan bakwan yang tersedia diatas mejanya dengan kopi abc yang asapnya mengepul. Jessica yang melihat Ray makan diatas meja hanya bisa menghela nafasnya saja karena sudah terbiasa dengan tingkah atasannya itu.

"Tapi pak apa anda yakin ingin ke Beijing? Anda tidak lupa kan."

"Lupa apaan emangnya?"

"Anak pemimpin negara itu kan mantan Anda pak."

Ray yang mendengar itu pun terkejut dan terdiam ketika mendengar perkataan dari Jessica sampai bakwan yang dipegangnya pun terlepas dari tangannya.

"Hah?!!! Mantan?!"

"Benar, anak perempuan presiden China yaitu Li Mei adalah mantan pacar anda."

"......oh iya aku ingat tapi yaudahlah mantan ini lagian kan demi negara saya akan tetap kesana walaupun itu adalah tempat mantan saya berada."

Jessica hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kembali duduk ketempat meja kerjanya untuk menyelesaikan sisa pekerjaan yang belum diurus, sedang Ray ia memikirkan sesuatu hal yang lainnya dan tak lama ia tersenyum kecil.

Become PresidentWhere stories live. Discover now