11. Count on me

780 114 48
                                    

Grandis pov
Disinilah gue, mendadak beli alat pel bareng guru asing yang gak terlalu suka kelas gue, karena walikelas ajaib gue tiba-tiba aja nyuruh. Bener-bener random gitu. Sepanjang perjalanan ke toko ini aja kami saling diam. Gue juga gak tau kudu ngomong apa ke Miss Elena.

"Ayo" Ajak Miss Elena keluar dari toko setelah kami membayar ke kasir.

Lagi-lagi kami saling diam dalam mobil. Miss Elena menyetir pelan seolah mengulur waktu. Sesampainya kami di parkiran sekolah pun dia memberi isyarat untuk tetap di dalam mobil.

"Kenapa gak langsung ke kelas?" Tanya gue heran.

"Nanti aja" Jawabnya dengan bahasa indonesia yang sangat fasih. Gue mengeluarkan hape gue karena bete.

"Well, kelas kalian jadi bikin haunted house?" Tanya Miss Elena. Tumben care.

"Jadi Miss, tapi Anna belum ada kabar" Jawab gue.

"Emang ada apa dengan Anna?" Tanyanya heran. Bisa kepo juga ini orang.

"Kata Miss Sacha, Anna itu perannya penting banget buat Rumah Hantu kami, dan ada beberapa properti yang mau dipinjem Miss Sacha dari rumah Anna, cuman dia sejak libur kemaren susah banget dihubungin, ini aja dia gak tau kalo kami hari ini ke sekolah buat bersih-bersih" Jelas gue panjang lebar.

"Oh pantesan" Jawabnya pendek.

"Pantesan apa?" Tanya gue heran.

***

Sacha emang bener-bener kampret. Malem minggu ini harus gue isi dengan nemenin dia dan Irza nyari rumah Anna. Sacha bersama Kak Shasenka menjemput gue di rumah dan janjian ketemu sama Irza di deket sekolah.

Dari sekolah kami berkendara sekitar 15 menit masuk ke jalan aspal yang agak kecil. Menurut Irza, Anna tinggal di deket sini. Mobil Sacha berhenti di depan gerbang beton besar dengan pagar besi tinggi di bagian gerbangnya.

"Nah di dalam sana Miss rumahnya Anna" Ujar Irza.

"Di kuburan?" Tanya Kak Shasenka mewakilkan kebingungan gue.

"Iya gue baca di file siswa, emang usaha keluarga Anna tuh pemakaman" Jawab Sacha santai sedangkan adiknya Kak Shasenka keliatan agak gentar.

"Gue  beli mekdi gue bayar sendiri deh, gak jadi gue nemenin lo kalo ke kuburan gitu" Kata Kak Shasenka.

"Terus lo mau nunggu sendirian disini? Apa gak lebih serem?" Goda Sacha.

"Hiiii, gak deh gue ikut aja. Terus harus parkir disini? Gak bisa masuk?" Tanya Kak Shasenka.

"Yah gak bisa lah, itu orang bobo pada mau lo lindes?" Sacha bertanya balik.

"Hiii yah gak lah" Sahut Kak Shasenka.

"Yaudah kalo gitu ayo biar cepet kelar urusan" Ajak Sacha.

Kami pun keluar dari mobil lalu mengikuti Sacha dan Irza menyusup di celah gerbang pemakaman yang agak terbuka sedikit. Pintu gerbang ini keliatan kokoh dan berat. Besi-besinya udah pada karatan. Lima menit kami berjalan kaki dengan cuma bermodal cahaya bulan sama senter dari hape masing-masing. Sacha berhenti dan menyenter sekeliling.

"Za, ini bener gak sih jalannya?" Tanya Sacha. Dih gimana sih kan dia yang mimpin jalan.

"Kayaknya cuman ini deh Miss jalan menuju ke rumah Anna" Jawab Irza.

"Grandis sama Shasenka kalo liat orang tanya-tanya ya, kali aja tau rumah Anna" Ujar Sacha.

"Iya kalo orang yang papasan sama kita, kalo bukan gimana?" Sahut gue. Jujur disini emang serem banget.

Swagger Teacher Season 2Where stories live. Discover now