23. Mengungkap

17 3 0
                                    

Empasan angin tornado terasa kuat, menyeret Mirla hingga nyaris masuk ke pusaran angin. Gadis itu berteriak kencang, berusaha menjauhi. Sia-sia. Serigala salju dan Burung Phoenix juga ikut terseret. Kedua hewan itu berteriak meronta-ronta. Perlahan Mirla berserta kedua hewan itu tertelan tornado. Hilang dalam pusaran.

Abbey menyeringai senang, lawannya telah kalah dan semudah yang dibayangkan.

BLAR! Tiba-tiba muncul empasan kencang dari dalam pusaran tornado, spontan meluluhlantakkan pusaran angin tersebut.

Abbey tercengang kaget. Bagaimana bisa tornado nya lenyap? Bukankah kekuatan Pengendali hewan tidak bisa menghancurkan angin?

Dari tempat bekas tornado. Mirla bangkit tertatih, menyeka debu di wajah. Kedua hewannya terkapar dan berubah kembali menjadi gulungan, mirip saat sebelum mereka dibangkitkan. Mirla terengah-engah, nyaris saja dia dikalahkan oleh teknik tadi. Jika saja tidak dengan kekuatan Magna keduanya, dia pasti sudah terkapar dan terluka. 

"Si Pengguna Energi Magna ganda. Aku baru menyadari nya," kata Abbey, sedikit geram.

Sama seperti Abbey, Mirla juga memiliki kemampuan telekinesis, walau tidak sekuat dan terbilang cukup lemah.

Mirla menghampiri Griffer yang terkapar tak jauh. Griffin merah itu baik-baik saja. Serangan petir merah tidak terlalu melukai tubuhnya.

Lawan kita terlalu kuat, Nona. Sudah saatnya kita mengaktifkan ikatan partner, Griffer mengerung, memberi saran.

"Benar. Ayo kita tunjukkan!" Mirla memandang tajam Griffer, pun sebaliknya Griffer juga menatap tajam Mirla.

Cahaya temaram keluar dari tubuh Griffer, meluncur memasuki tubuh Mirla. Mirla memejamkan mata, hawa panas menjalar di sekujur tubuh, walau tidak menimbulkan rasa sakit. Mirla membuka mata, bola matanya tampak bercahaya. Ikatan Partner telah terbentuk.

Abbey kembali melanjutkan serangan. Bebatuan lapangan latih-tanding terangkat, membentuk gumpalan tanah tajam, berukuran besar dan mengacung ke arah mereka berdua.

Abbey berteriak, melempar gumpalan tanah itu.

"Gunakan petirmu untuk memotong gumpalan tanah, Griffer," ucap Mirla dalam pikiran.

Griffer mengerung, Sambaran petir keluar dari tubuh, menghantam gumpalan tanah, mengarah tepat ke tengah gumpalan dan menghancurkannya. Mirla merogoh tas pinggang mengeluarkan sebuah gulungan berwarna kuning, kemudian membukanya.

Gulungan itu memajang, membentuk sebuah cambuk kain. Mirla memegang ujung cambuk. Senjata ini bukan senjata biasa. Cambuk ini memiliki pikiran sendiri, layak makhluk hidup dan hanya patuh pada tuannya. Butuh berhari-hari Mirla mengendalikan cambuk ini, hingga dia mau menerimanya sebagai tuan. Cambuk ini merupakan hadiah terbaik dari gurunya.

Abbey mengepal tangan, lantas berlari sambil mengangkat tinggi kepalan tinju. Buk! Pukulan itu menghantam tanah kosong, meninggalkan bekas tinju. Mirla telah menghindar. Plak! Gilirannya mengayunkan cambuk kain dan menampar Abbey hingga terdorong ke belakang. Crssk! Di susul sambaran petir dari Griffer, menambah serangan, meruntuhkan beberapa batu yang membentuk Zirah di tubuh Abbey. Gadis pengendali telekinesis itu berdecak kesal. Kedua serangan itu tidak menyakiti, Zirah bebatuan melindungi fisik tubuhnya.

Abbey berteriak marah. Kali ini dia mengerahkan segenap kekuatan, tanah di sekitar Mirla bergetar lantas terangkat menuju langit-langit stadion. Mirla juga ikut terangkat, sepertinya Abbey hendak mengubur hidup-hidup dirinya di udara.

"Formasi Bayangan tunggal. Kita serang dari dua arah," kata Mirla dalam pikiran.

Griffer mengerung, bergegas menuju ke tempat formasinya.

THE DRAGON ELEMENT (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang