Ekstra Part: Rivan dan Rina

25 2 0
                                    

Kayzan mengerut kesal tak kala Mirla memaksanya untuk ikut ke acara yang begitu dibencinya. Ya, bazar sekolah. Acara yang menjadi puncak kegiatan akhir kelas yang di adakan pihak sekolah.

Dengan tatapan malas. Kayzan melihat puluhan pasang mata menatap canggung dirinya. Senyum-senyum gak jelas, atau sesekali mengedipkan mata menggoda.

"Kak kayzan...," Sapa seorang gadis.

"Sini kak. Mampir ke kedai aku. Barang kali kakak suka," sahut gadis lain.

Puh! Kayzan menghela napas. Menjadi tampan ternyata cukup menyiksa.

"Para fans mu tuh? Samperin kek. Barang kali mereka minta tanda tangan," sahut Arfi.

"Enggak. Kau saja lah. Fans mu kan juga banyak," balas Kayzan, memandang Mirla berjalan di sisi Arfi.

Gadis itu tampak cemberut, menatap ke sembarang arah.

"Hei Mir. Kita mau kemana sih? Bukannya jaga lapak? Eh, malah merayap gak jelas," tanya Arfi. "Apa kamu mau nambah followers dengan caper di depan cowok ?"

Mirla meninju lengan Arfi. "Enak aja. Aku ingin datang ke lapak temanku. Sekalian aku ajak kalian agar dia ramai pembeli. Barang kali bisa membantunya gitu."

Arfi ber-oh pelan. Kayzan masih terdiam dengan menaruh kedua tangan di dalam saku. Semenjak kembali dari masa lalu, sifat cuek Kayzan semakin menjadi. Mungkin aja pemuda ini masih terngiang dengan Danemon. Murung atau mengerut sedih.

Lapak yang dimaksud Mirla ada di depan sana. Terlihat empat orang menunggu di lapak tersebut.

"Hei Rina!" sapa Mirla.

"Mirla," balas seorang gadis cantik berambut panjang bergelombang. Bola matanya tampak begitu lembut.

Kayzan menghela napas. Untung aja dia anti dengan pesona gadis.

Berbeda jauh dengan Kayzan. Arfi melongo, melihat gadis itu dengan gemetaran.

Rina tersenyum ramah memandang mereka.

"Kalian mau beli ke lapak kami. Kebetulan kami menjual makanan fresh dan enak. Dijamin rasanya membuat kalian mau nambah lagi," sahut seorang pemuda. Wajahnya gak berbeda jauh sama Rina. Tampan dan kalem. Senyum sopan mengembang jelas di bibirnya.

"Iya. Kebetulan juga aku ngajak temen-temenku nih. Barang kali mereka suka," kata Mirla, tersenyum senang.

Arfi seketika melihat dagangan yang dijual di lapak itu. Sesekali melirik Rina yang kini berbicara akrab sama Mirla.

Kayzan sedikit heran, sejak kapan Mirla punya kawan baru.

"Kamu temennya Rina," sapa pemuda yang mirip seperti Rina.

"Ya," jawab Kayzan ringkas.

Pemuda itu ber-oh pelan. "Namaku Rivan. Aku kakaknya Rina."

"Aku Kayzan," Kayzan menyahut, menghela napas panjang.

Rivan tersenyum, menepuk bahunya. "Dari tadi aku lihat kamu murung seperti memikirkan sesuatu? Apa kamu baru saja kehilangan seseorang berarti bagimu?"

Ya, orang itu adalah Danemon. Seekor naga yang tidak pernah ku lupakan, batin Kayzan.

"Enggak juga sih. Aku cuma keinget sama Kakekku yang sudah lama meninggal. Kenangan beliau sulit sekali dilupakan," jawab Kayzan.

"Tidak usah dipikirkan. Aku tahu, bagaimana rasanya kehilangan? Terutama kehilangan orang-orang yang berarti dalam hidup kita?" jelas Rivan.

"Emang kamu pernah kehilangan siapa?" tanya Kayzan.

"Nenekku.., dan Kedua orang tuaku." Rivan menunduk, kemudian menengadah. "Sejak usiaku dan Rina tujuh tahun, orang tua kami harus pergi meninggalkan kami. Entah masih hidup atau tidak."

THE DRAGON ELEMENT (End)Kde žijí příběhy. Začni objevovat