Bab 12. Freedom

3.2K 123 3
                                    

Jangan lupa vote n komen ya. Terimakasih.

Bella POV.

Sudah seminggu aku keluar dari rumah sakit dan kondisiku semakin membaik. Aku bersyukur, Alex tidak pernah menyakitiku lagi dan ia selalu bersikap baik kepadaku.
Ia juga selalu mengabulkan segala permintaanku, dan seperti hari ini, Alex mengijinkan aku keluar menghirup udara segar. Aku ingin menyusuri taman di belakang kediaman Alex yang sungguh luas dan indah dihiasi berbagai macam bunga mawar dan anggrek.

 Aku ingin menyusuri taman di belakang kediaman Alex yang sungguh luas dan indah dihiasi berbagai macam bunga mawar dan anggrek

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Aku mengambil sekuntum bunga mawar dan menghirup aromanya yang wangi.

"Do you feel happy?" tanya Alex seraya tersenyum manis, ia terlihat lebih tampan ketika tersenyum.

"Yes, i am very happy now," ucapku seraya melangkahkan kaki menuju kolam air mancur.

Sungguh indah pemandangan taman ini, namun sayang aku tidak bisa mengabadikan momen ini karena aku tidak memiliki ponsel lagi. Aku hanya bisa mengumpat pelan sambil menendang bebatuan.

"Ada apa, honey? Apa kau mulai bosan disini?" tanya Alex sambil meraih tanganku.

Aku bisa merasakan pipiku merona setiap ia memanggilku honey. Oh tidak, aku harus melenyapkan segala perasaan aneh ini kepadanya, ia bukan kekasihku dan kami akan segera berpisah. Aku harus menentukan jalan hidupku dan meninggalkan semua omong kosong ini. Kami bukan sepasang kekasih, dan aku muak dengan hubungan tanpa status ini. Lagipula aku sama sekali tidak mencintainya, dan aku hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk kabur.

"Aku bosan, aku ingin jalan-jalan ke Mall," ucapku lirih.

"Boleh, kan?" ujarku lagi.

Semoga ia berbaik hati kali ini, dan jika ada kesempatan, aku akan kabur darinya.

"Tentu saja boleh, honey," ucap Alex sambil menangkup wajahku dan mencium kedua pipiku.

Hati kecilku mengumpat kesal, sebenarnya aku hanya ingin pergi seorang diri atau paling tidak hanya ditemani oleh seorang pengawal. Aku hanya ingin melewati hari bahagiaku tanpa kehadiran lelaki menyebalkan ini, namun sepertinya itu mustahil.

"Benarkah?" Aku membulatkan mataku sumringah. Ia mengangguk dan tersenyum manis.

"Tentu saja. Kita akan pergi sekarang," ujarnya lagi.

"Terimakasih, Alex."

"Terimakasih kembali, honey."

Aku langsung berlari secepatnya ke dalam mansion karena sudah tidak sabar ingin segera pergi, namun Alex mengejarku dan ia menarikku hingga aku jatuh dalam dekapannya. Kami saling memandang cukup lama hingga bibir kami bersentuhan dan ia melumat bibirku dengan liar.

"Aku selalu bertanya-tanya, siapa dirimu sebenarnya? Mengapa kau bisa merubah segala sifatku? Apa kau adalah seorang penyihir yang diutus oleh iblis?" geram Alex dengan nada rendah. Napasnya memburu ketika melihat kedua pipiku merona.

My Psychopath HusbandWo Geschichten leben. Entdecke jetzt