11. Fear

218 26 65
                                    

🌻 JohnYu 🌻

.

.

.

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Yuta betul-betul meninggalkan sekolah siang itu. Setelah sekian lama tak pernah lagi membolos, dia akhirnya melakukan pelanggaran tersebut. Dia berdalih pada dirinya sendiri bahwa dia tidak punya pilihan, dia butuh waktu untuk merenung, sedangkan sekolah sudah pasti bukan tempat yang tepat untuk hal itu.

Sesudah melompati tembok belakang sekolah—meninggalkan Johnny di baliknya—Yuta akhirnya berlari menyusuri gang dan keluar ke jalanan. Namun, saat itu orang lain ternyata sudah mencegatnya.

Terbebas dari Johnny Seo, sekarang Yuta mesti berhadapan dengan Dong Sicheng. Sial, pikir Yuta. Dia bertanya-tanya mungkinkah Sicheng punya indera ke enam atau kemampuan berteleportasi, sebab baru lima belas menit yang lalu dia melihat anak lelaki tersebut di lobi, dan sekarang mereka sudah berpapasan di sini—seolah pertemuan ini sudah dirancang oleh sutradara dalam skenario drama.

“Yuta Hyung,” anak lelaki itu berkata.

Dari semua orang yang ada di sekolah, Sicheng adalah yang paling ingin dihindari Yuta saat ini. “Kau sedang apa di sini?” Yuta bertanya.

Tampak Sicheng memandang Yuta cemas-cemas. “Aku mencari Yuta Hyung,” katanya.

Itulah yang Yuta takutkan. Kini dia tahu pasti bahwa Sicheng memang sudah mendengar apa-apa saja yang sedang beredar di sekolah tentang dirinya. Bagaimana dia akan menjelaskan situasi ini pada Sicheng?

“Winwinie,” kata Yuta—mendadak saja panggilan ini tak terdengar menggemaskan lagi akibat diucapkan dalam suasana yang suram. “Apa ... kau sudah dengar?” dia bertanya ragu-ragu dan cemas.

Sicheng mendekat pada Yuta. “Aku tahu dan aku dengar semuanya,” dia berkata, “tapi aku menemui Yuta Hyung bukan untuk menanyakan itu.”

“Maaf,” kata Yuta kemudian, “bisa kita bicara nanti saja? Aku janji aku akan menghubungimu secepatnya—tapi tidak sekarang.”

Sekarang ini Yuta belum siap memandang Sicheng.

Namun Sicheng tetap melangkah hingga berdiri tepat di hadapan Yuta.

Yuta terkesiap saat Sicheng mengulurkan tangan padannya dan menyentuh wajahnya. “Aku hanya ingin bertemu denganmu,” ucap anak lelaki tersebut sembari mengusap pipi Yuta.

Untuk sesaat Yuta dibuat kehilangan kata-kata. Dia tidak tahu harus menanggapi bagaimana perlakuan lembut Sicheng, sedangkan dirinya mulai tenggelam selagi mendalami tatapan di depannya itu. Sorot mata Sicheng tampak sedih, cemas, tapi juga menenangkan di waktu yang bersamaan.

Story Written by You & The Sun | NCT JohnYu [COMPLETE]Where stories live. Discover now