𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚. none. (edited chapter).
𝗡𝗢𝗧𝗘. gue juga agak heran cerita ini setiap chapternya aman, gak ada warning apa-apa :'D“Oh,...” Hembusan napas pasrah adalah reaksi pertama kamu ketika melihat seisi kamar mandi yang gosong dan beberapa reruntuhan dari langit-langit di lantai atas mengisi bathtub.
Aizawa berdiri di belakang kamu yang berdiri di ambang pintu kamar mandi, dia melihat ke sekeliling ruangan yang terbakar itu dan menyayangkannya, tapi kemudian dia ikut bersimpati.
Laki-laki itu berbalik ke arah ruangan tengah kamu, dekorasi yang cukup simpel, serba putih dan abu-abu, dua rak buku tinggi menutup dinding, meja belajar, tempat tidur, dan beneran ada tiga selimut yang menumpuk di atasnya—Aizawa menyeringai kecil.
“Untung cuma kamar mandi aja, gak nyampe ke ruangan yang lain.” Ujarnya, menoleh melirik kamu yang baru keluar dari area kamar mandi.
Kamu berdeham pelan, menyetujui Aizawa.
“Aku harus beli perlengkapan mandi yang baru.” Gumam kamu, lebih ke mengingatkan diri sendiri, berjalan menyusul Aizawa yang memeriksa ruangan tengah.
Aizawa nggak menjawab, dia melipir ke arah dapur, meninggalkan kamu yang mulai mengemasi beberapa barang yang kamu perlukan untuk tinggal sementara di apartemen Aizawa selama sebulan.
Satu koper ukuran kecil cukup menampung, dan ketika kamu beres, Aizawa keluar dari dapur, lengan bajunya digulung dan rambutnya diikat manbun. Jantung kamu mau loncat dari tempat rasanya melihat pemandangan tersebut.
Menemukan kamu yang berdiri di ambang sekat dinding dapur, Aizawa kemudian bicara, “Kran air wastafel kamu gak nyala, udah saya benerin.”
“Oh, iya, aku sempet mau manggil tukang buat benerin kran itu.” Ujar kamu teringat, sambil mendorong koper ke arah pintu. “Makasih banyak, Aizawa-san.”
Aizawa cuma menggumam pelan sebagai tanggapan, berjalan ke arah kamu dan melihat koper kecil itu, lalu menukas, “Ini aja?”
“Iya, kalo ada apa-apa aku tinggal ke sini lagi sih.” Sahut kamu, berniat buat membawa koper itu, tapi tangan Aizawa mendahului kamu dan mengangkat koper tersebut.
Kamu merengut nggak setuju, kemudian mencoba meraih koper dari tangan Aizawa, “Sini aku bisa bawa sendiri.”
“I know.” Sahutnya, kemudian memindahkan koper itu ke tangannya yang sebelah lagi, supaya jauh dari jangkauan kamu. Mengabaikan protes dari kamu yang jelas gak akan mengubah keputusan dia buat bawain barang kamu.
Aizawa merupakan sosok pria sejati yang begitu hati-hati dengan sikapnya terhadap perempuan, jadi kamu membiarkan Aizawa membawakan koper itu, karena jelas kamu tau dia berpikiran bahwa laki-laki macam apa yang ngebiarin anak gadis bawa koper, sekecil apapun itu.
“Selimut kamu nggak ketinggalan?” Tanya Aizawa dengan nada yang datar tapi kamu tau kalau dia meledek.
Kamu mengerang dengan nada malas kemudian melancarkan protes, menahan malu, “Aizawa-san!”
VOUS LISEZ
𝗔𝗞𝗥𝗔𝗦𝗜𝗔, aizawa shouta.
Fanfiction𝗮𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶𝗮. ( ✦. ) ── 𝘭𝘢𝘤𝘬 𝘰𝘧 𝘴𝘦𝘭𝘧-𝘤𝘰𝘯𝘵𝘳𝘰𝘭; 𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘦 𝘰𝘧 𝘮𝘪𝘯𝘥 𝘪𝘯 𝘸𝘩𝘪𝘤𝘩 𝘴𝘰𝘮𝘦𝘰𝘯𝘦 𝘢𝘤𝘵𝘴 𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯𝘴𝘵 𝘵𝘩𝘦𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘵𝘵𝘦𝘳 𝘫𝘶𝘥𝘨𝘮𝘦𝘯𝘵 𝘵𝘩𝘳𝘰𝘶𝘨𝘩 𝘸𝘦𝘢𝘬𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘰𝘧 𝘸𝘪𝘭𝘭. ...