𝗪𝗔𝗥𝗡𝗜𝗡𝗚, dirty thoughts.
𝗡𝗢𝗧𝗘, gue mau nyoba sesuatu yang baru, gebrakkan smut bahasa Indonesia yang bikin kalian wondering gue nyimeng apa sampe bikin smut sejorok itu LOLSeharian setelah kamu kepergok hampir telanjang di apartemen Aizawa, kamu sempat memutuskan buat nggak pernah keluar dari kamarnya lagi tanpa memastikan terlebih dahulu keberadaan Aizawa di seluruh ruangan apartemennya itu.
Sore yang cerah itu kamu sedang bergumul di ruangan dapur, mencoba mengisi perut namun kamu nggak menemukan bahan masakan yang membuat kamu selera makan, dengan helaan nafas kamu meraih sebutir telur dari kulkas.
Bunyi pintu terbuka, yang menandakan Aizawa udah pulang, membuat kamu merasa panik. Seketika kamu meletakkan telur kembali ke dalam kulkas dan dengan rusuhnya kamu berlari ke arah kamar kamu lagi sebelum laki-laki itu melihat kamu.
Menutup pintu dengan jantung berdebar, kamu merutuk diri sendiri di dalam hati. Brengsek, jadi canggung begini ‘kan, bego sih!
Aizawa melangkah masuk setelah menutup pintu apartemen, dia dengan samar bisa melihat kamu yang ngacir ke kamar ketika dia datang. Aizawa mati-matian menahan tawa menyaksikan kejadian tersebut.
Yang nggak kamu sangka adalah di detik selanjutnya, kamu mendengar Aizawa yang mengetuk pintu kamar kamu, dan memanggil dengan pelan. Untuk sepersekian detik nafas kamu tercekat.
“Buka dulu sebentar,” Ujar Aizawa dengan suara serak dan kasar khas miliknya.
Kamu mengambil nafas lalu menghembuskannya pelan sebelum akhirnya memutar knop pintu dan mendorongnya terbuka, menemukan Aizawa yang berdiri tepat di depan pintu kamar, dengan paperbag coklat besar di tangan kirinya.
Berlagak acuh tak acuh, kamu memberikan senyuman tipis yang terkesan polos. “Udah pulang, Aizawa-san?”
Aizawa tertawa dalam hatinya, meskipun kini raut wajahnya tetap datar dan terlihat nggak begitu peduli. “Saya liat kamu lari ke kamar gara-gara saya datang.”
Tertangkap basah, kamu bagaikan rusa diterkam singa. Pipi memerah dan pandangan segera berpaling ke lain arah, menghindari iris merah tajam milik laki-laki paruh baya di hadapan kamu itu.
Oh, betapa rona merah di pipi kamu itu bagaikan undangan hangat bagi bibir Aizawa yang berkedut dengan semangat ingin membelai dara muda yang kini berdiri terlalu dekat dengannya. Dia harus selalu mengingatkan dirinya kalau kamu ini bagaikan buah khuldi yang sangat terlarang untuk dia sentuh sekalipun.
Menepis pikiran nakal itu, Aizawa teringat dengan tujuan awalnya menghampiri kamu, dia melirik sekilas ke arah paperbag di tangannya sebelum kembali menatap kamu yang sedang mencoba menerka apa yang hendak dia lakukan.
Kamu punya asumsi kalau Aizawa mau membahas hal memalukan kemarin yang udah bikin kalian berdua canggung bukan main, tapi Aizawa punya niatan lain, dia sendiri gak mau terlalu larut dengan kecanggungan tersebut dan sebagai pihak yang udah lebih dewasa, Aizawa memutuskan untuk mengambil langkah damai untuk mencairkan suasana kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗞𝗥𝗔𝗦𝗜𝗔, aizawa shouta.
Fanfiction𝗮𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶𝗮. ( ✦. ) ── 𝘭𝘢𝘤𝘬 𝘰𝘧 𝘴𝘦𝘭𝘧-𝘤𝘰𝘯𝘵𝘳𝘰𝘭; 𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘵𝘢𝘵𝘦 𝘰𝘧 𝘮𝘪𝘯𝘥 𝘪𝘯 𝘸𝘩𝘪𝘤𝘩 𝘴𝘰𝘮𝘦𝘰𝘯𝘦 𝘢𝘤𝘵𝘴 𝘢𝘨𝘢𝘪𝘯𝘴𝘵 𝘵𝘩𝘦𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘵𝘵𝘦𝘳 𝘫𝘶𝘥𝘨𝘮𝘦𝘯𝘵 𝘵𝘩𝘳𝘰𝘶𝘨𝘩 𝘸𝘦𝘢𝘬𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘰𝘧 𝘸𝘪𝘭𝘭. ...