ㅡ seratus tujuh

1.1K 203 13
                                    

nyonya Kim menyuruh irene untuk kabur duluan bahkan ngasih kunci mobilnya buat irene, sementara dia akan nahan mantan suaminya itu.

"oh lihat siapa yang ada disini" tuan Bae bertepuk tangan melihat mantan istrinya itu yang menatapnya dingin.

"dimana irene? kemana kamu sembunyiin dia?" tanya nyonya Kim berpura-pura membuat tuan Bae tertawa.

"Tiffany, meskipun kita udah berpisah cukup lama. tapi saya mengenal kamu" katanya rendah lalu menatap tajam nyonya Kim

"dimana irene?" tanya tuan Bae membuat nyonya Kim sedikit tersentak.

"gak usah pura-pura taeyeon, kamu pasti berencana buat maksa dia kan?"

"selagi saya baik, dimana Irene, Tiffany Hwang!" teriak tuan Bae membuat nyonya Kim menutup matanya. saat ini, dia berharap kalo irene udah berhasil kabur.

"ah udah lama aku gak denger kamu manggil aku dengan nama lengkap"

nyonya Kim terkejut saat tuan Bae tiba-tiba mendekatinya dan meraih lehernya.

"saya bisa habisin kamu disini kalo kamu gak ngasih tau dimana irene" ancamnya dengan mata memerah. nyonya Kim tersenyum lebar melihatnya.

"benarkah? kamu akan habisin aku?"

"saya gak main-main!" bentaknya mengeratkan tangannya dileher nyonya Kim.

"lepasin!" teriak irene membuat mereka menatap kesamping dimana irene berdiri di pinggir dinding yang terbuka membuat mereka panik. tuan Bae langsung melepaskan nyonya Kim dan berlarian mendekati irene yang entah gimana bisa ada pisau di tangannya.

"irene" panggilnya mencoba mendekat tapi Irene semakin mundur.

"jangan mendekat" ancamnya mengarahkan pisau itu ke lehernya membuat nyonya Kim menjerit.

irene tersenyum kecil melihat ekspresi ketakutan dan khawatir kedua orang tuanya ini. setelah sekian lama, akhirnya dia bisa melihat mereka bersama lagi membuat air matanya mengalir deras.

untuk pertama kalinya juga, irene melihat ekspresi takut dan khawatir dalam hidupnya.

"tau begitu, dari dulu aja saya mencoba untuk mengakhiri hidup biar kalian bisa ngeliat saya dengan tatapan seperti itu " kata Irene semakin mendekatkan pisau itu di lehernya saat salah satu bodyguard tuan Bae ingin mendekatinya.

"Menjauh!" bentak tuan Bae marah lalu menatap Irene memohon, "Irene mendekat kesini, disana bahaya" bujuknya membuat Irene tertawa kecil.

"akan lebih bahaya jika saya mendekat ke anda, tuan Bae" cibirnya

"oke, saya gak akan ngapain-ngapain kamu lagi. jadi tolong mendekat kesini" tuan Bae mengulurkan tangannya berharap irene menerimanya.

"anda juga mengatakan itu sebelumnya tapi sekarang apa, anda membawa saya kesini" tolak irene kembali mundur saat tuan Bae nekat untuk mendekatinya.

"apa yang kamu lakuin? dia bisa jatuh!" marah nyonya Kim menahan tangan tuan Bae membuat irene tersenyum sedih.

"ada apa dengan anda nyonya kim, kenapa sekarang jadi khawatir saya akan terjatuh dari lantai ini? kemana aja selama ini? kenapa baru sekarang khawatir?" tanya irene menatap keduanya.

"kemana aja saat saya kesepian, saat saya merindukan kalian? kenapa baru sekarang saya melihat wajah khawatir kalian?" tanya irene menangis.

"taukah kalian? saya selalu iri dengan anak-anak lain yang mempunyai orang tua harmonis, orang tua yang selalu bersama mereka, membuatkan mereka cemilan, menemani mereka bersepeda, camping atau mengantar mereka ke sekolah. tapi saya, anda bahkan melarang saya untuk memanggil anda dengan sebutan mama" lirih irene menatap nyonya Kim terluka. wanita itu menundukkan kepalanya bersalah atas apa yang dilakukannya.

ㅡ HER ㅡ ✓Where stories live. Discover now