Ch. 06

72 6 0
                                    

Kuletakan sebuket mawar putih kesukaan Lia ditempat biasa kunyalakan lilin didepan gereja ketika malam menjelang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kuletakan sebuket mawar putih kesukaan Lia ditempat biasa kunyalakan lilin didepan gereja ketika malam menjelang. Merekatkan kedua tanganku. Berdoa sebisaku, berharap siapapun mau mendengar doa yang kupanjatkan agar Lia bisa segera kembali. Entah dewa atau tuhan, siapapun karena pada dasarnya aku tidak benar-benar mempercayai keduanya.

Jika bukan karena Lia aku tak akan pernah menginjakkan kakiku kemari.
Aku hanya mengikuti dan tidak benar-benar melakukan apa yang diajarkan. Menurutku bukan tidak bagus mengikuti sebuah keyakinan hanya saja itu bukan aku. Selama aku tidak melukai atau merugikan orang lain dan menjalani hidup dengan baik rasanya itu sudah cukup.

"Hey kau !"

Kubalikan badanku ketika suara seseorang yang sangat kukenali terdengar dibelakang tubuhku. Mendapati Yeji yang kini dengan tiba-tiba menarik bajuku, mengangkatku yang sebelumnya terjongkok di bawah.

"Apa yang kau lakukan!" Tanyaku ketus. mengeryitkan dahiku. Terkejut sekaligus kesal. Apakah dia tidak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tuanya? bisa-bisanya Yeji datang dan tanpa mengatakan apapun tiba-tiba dia menarikku begini.

Yeji tidak menjawab dan menyeretku kebelakang gereja. Dari tatapan matanya aku tau Yeji sedang marah tapi apa yang telah kuperbuat hingga ia bisa semarah ini?

Aku terpekik ketika dengan tiba-tiba Yeji mendorongku kebawah dan membuatku terjatuh ditanah berlumpur sisa hujan semalam. Mengotori tubuhku yang sebelumnya terlihat bersih dan rapi.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?!!" Aku bangkit. Mendorong tubuh Yeji kebelakang sembari berteriak. Tak terima atas kelakuan Yeji yang sudah kelewat batas. Ini bukan cara yang pantas untuk menegur seseorang, jika aku memang melakukan kesalahan seharusnya dia bisa lebih mengontrol emosi dan tidak berbuat seenaknya.

"Dimana Lia !! Kembalikan dia padaku !!" Yeji membalas teriakanku dengan lebih keras. Kembali menanyaiku tentang Lia. Seperti tetap tak yakin jika bukan aku penyebab Lia menghilang.

"kau menarikku seperti anjing liar, mendorongku kedalam kubangan lumpur hanya untuk menanyakan tentang Lia?! Apakah kemarin kau belum cukup paham apa yang kukatakan hingga hari ini kau datang lagi padaku?!" kataku sama kerasnya. Begitu geram pada Yeji yang tak berhenti dan terus saja menuduhku telah menyembunyikan Lia darinya.

"Katakan dimana dia !" Yeji tidak mendengarku. Kembali menanyaiku tentang Lia lagi dan lagi. Seperti tak mengerti bahasa yang kugunakan dan menanyakan berulang kali.

"Sudah kukatakan padamu jika aku tidak tau kemana Lia ! Kenapa kau terus mendesakku mengatakan hal yang bahkan tak kuketahui !"

"Aku tau kau berbohong ! aku yakin kau menyembunyikan Lia disuatu tempat agar aku tak dapat menemukannya kan !" Yeji memandangku sinis. Memfitnahku yang benar-benar tidak tau keberadaan Lia namun dengan percaya diri dia menyakini seolah benar aku yang telah menyembunyikan Lia darinya.

"Kenapa kau sangat yakin aku menyembunyikan Lia darimu huh? Apakah kau memiliki bukti? Jika iya tunjukan padaku !" kataku tidak ingin terus disudutkan oleh pemikiran Yeji yang tidak benar.

LOSE (JINLIA & YEJISU)Where stories live. Discover now