8. Broken

67 8 0
                                    

"I don't mind, as long as kamu happy," jawab Ares.

Monik mengangguk, bersamaan dengan itu, terdengar salam dari arah pintu dapur. Si Mbok datang membawa tas belanjaan dari pasar, dan langsung berpamitan untuk membersihkan lantai tiga setelah menata bahan makanan yang telah dibelinya. Sesaat kemudian, suara sebuah mobil terdengar dari arah carport dan disusul oleh Edna masuk ke dalam rumah, diikuti Catur yang memilih duduk di ruang tamu.

Edna meletakkan kotak berisi brownies yang langsung dicomot oleh Ares, kemudian menoleh ke arah Monik. "De, ini adeknya kamu apain sampek nangis begini??" tuduh Edna.

"Bukan Ade, Mam. Sumpah," kilah Ares sebelum mengambil seporsi bubur di dalam mangkuk dan membawanya masuk ke dalam kamar, meninggalkan mereka.

Edna duduk di samping Monik dan memeluknya. Entah mengapa air
matanya tumpah begitu saja, dan dia mulai mencurahkan perasaannya. Hati Catur tak baik mendengar tangisan Monik, inginnya memeluk dan menghibur gadis itu, tapi dia khawatir akan membuat Monik semakin membencinya.

Terlalu fokus dengan insting keibuannya dan berusaha menenangkan Monik, Edna cukup terkejut mendapati Catur sudah berada di sampingnya. "Apaan sih, Tur?! Kaget, tau!" omelnya.

Catur hanya mencebik. "Let me ...," lirihnya. Maksudnya adalah ingin menggantikan Edna untuk memeluk Monik.

Monik meliriknya sebal. "Ada Mama, Mas! Jangan gila, deh!" bentaknya sambil terisak, membuat Edna terpingkal.

"Moniknya gak mau, Catur," ucap Edna geli.

"Please, Raven ...."

Monik menoleh ke arah Edna, yang mengangkat alisnya bingung. "Kenapa?" Barulah kemudian Edna mengerti apa yang Monik pikirkan. "Oh, don't worry about me, Nik. He's practically my ex and now best friend, but you are my daughter, so if he makes you cry ... I'll kill him for you," ucap Edna tak acuh sambil ngeloyor ke kamar Ares untuk membesuk putrinya. [Gak usah khawatirin aku. Dia mantanku, sekarang sahabat, tapi kamu putriku, jadi kalau dia macam-macam sama kamu, aku akan bunuh dia.]

Monik tak menolak kala Catur mulai merangkulnya, dan malah bersandar ke bahu pria tersebut.

"Sorry for being pushy ... aku benar-benar gak tau cara PDKT yang bener. [Maaf, sudah terlalu memaksa.]

Monik mengangguk. "Sorry juga, kemaren aku throwing tantrum kaya balita, Mas pasti malu."

"I have three kids, Raven. I can handle that," balasnya geli. [Aku punya tiga anak, Raven. Udah biasa.]

Monik tertawa kecil dan mulai nyaman berada di pelukan Catur, dia menghirup aroma parfum yang melekat di tubuhnya. "You smell so good ...." [Wanginya ....]

"I love being smell good," jawab Catur yang memang pecinta parfum bermerek. [Aku suka jadi wangi.]

Monik meletakkan tangannya di dada Catur, dan menggeserkannya ke perutnya dengan maksud membalas pelukannya. Namun, sentuhan itu malah membuat Catur berpikiran mesum. Maklum saja, dia sudah lima tahun tak sedekat ini dengan wanita.

Dia berusaha menetralkan pikirannya. "Boleh gak, aku coba deketin kamu lagi?"

"Mas masih mau sama aku, setelah lihat aku tantrum kaya kemaren itu?" tanya Monik heran.

"Mau," jawabnya yakin.

"Okay," balas Monik ragu.

"Aku tau kamu belum pernah punya hubungan spesial sama laki-laki, jadi pasti belum ngerti, kalau dielusin kaya gini bisa bikin horny."

Mendengar perkataan Catur, Monik menarik tangannya seketika. "Sorry."

"Gakpapa. You know what, lima tahun kemaren, aku bener-bener nggak kepikiran untuk naksir dan deketin cewek lagi. Aku pikir udah cukup lah, toh udah umur segini. Tapi pas lihat kamu, gak tau lagi, rasanya aku gak pengen nyerah gitu aja."

"You know what ... seumur hidup, aku gak nyangka bisa suka sama lawan jenis," jawab Monik, membuat Catur tersenyum.

___HEXA_LIEM___

Ares mengelus kepala istrinya. "Sayang, ayok bangun bentar, makan dulu biar cepet baikan ...."

Mariska membuka matanya dan duduk dengan dibantu oleh Ares. "Makasih, Mas Suami ...," jawabnya pelan.

"Duduk aja, aku suapin," pinta Ares, tapi Mariska malah menggeleng. Tangannya terulur untuk meminta mangkuk bubur yang kemudian diberikan oleh Ares.

Baru saja Ares akan menyerahkan sendok padanya, saat dilihatnya Mariska mendekatkan bibir mangkuk ke mulutnya dan meneguk buburnya langsung dari mangkuk, membuatnya melotot heran.

'Okay, Res. Get used to this. Ini Chika yang ajaib, bukannya Mariska yang kalem,' batinnya berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Beberapa detik kemudian, Mariska menyerahkan mangkuk yang sudah kosong ke tangan Ares. "Mau lagi?" tanya Ares, dan Mariska menggeleng.

Ares menyerahkan segelas air putih yang langsung dihabiskan oleh Mariska. Entah kenapa dia lapar sekali.

"Di depan ada mama sama papa," ucap Ares. "Gak usah bangun dulu, badanmu masih panas."

"Aku mau pipis ...."

"Sini aku gendong-"

"Aku punya kaki, Bang Ade ...," rengek Mariska.

"Kamu sakit, nanti jatoh," Ares ngeyel. Ujung-ujungnya Mariska mengalah saat Ares tetap bersikukuh, walaupun wajahnya cemberut.

Edna masuk ke kamar mereka saat Mariska baru saja berbaring kembali di tempat tidur. "Chika udah baikan? mau muffin atau browny?" tanyanya sambil mengelus kening putrinya.

Mariska mengangguk. "Chika gakpapa, nanti aja mau muffin, barusan makan bubur bikinan suami Chika yang paaaling ganteng."

Ares senyam-senyum tak jelas dan Edna terpingkal melihat mereka berdua. "Ya udah, cepet sembuh, jangan capek-capek, kamu kalo kecapekan badan pasti demam."

Edna tetap berada di sana sambil mengelus kepala Mariska hingga dia terlelap kembali, dan menemaninya beberapa saat selama Ares sibuk dengan laptopnya. Beberapa saat kemudian, dia berpamitan pada Ares, dan mengatakan padanya akan minta tolong pada Monik untuk mengunci pagar setelah mereka pulang supaya Chika tak ditinggalkan sendirian.

Monik dan Catur masih saja saling lengket saat dia kembali ke dapur. "Cieee, yang lagi PDKT ...," ledeknya.

Dia duduk di hadapan mereka dengan berbagai pertanyaan di kepalanya. "Emang si Ade udah tau, kalian lagi deket?" tanyanya. Monik menggeleng. "Kalau belum pengen terbuka sama yang lain, mending kalian pacaran di apartemen aja," usulnya tak acuh sambil memakan camilan yang tersedia di atas meja pantry.

"Thanks, Ed," ucap Catur, yang dibalas dengan gedikan bahu Edna, sementara wajah Monik memerah.

"Aku belum bilang mau pacaran sama Mas lho, ya?" seloroh Monik.

Catur sontak melepas pelukannya. "Oh, come on," balasnya sebal.

"Ih, gak seneng aku bilang gitu? Gak mau usaha ih, mending aku cari orang lain yang mau perjuangin aku, kaya Bang Ares ke Chika," ucapnya lagi, membuat Edna terkikik.

"Aku setuju banget, cewek emang harus pasang harga diri tinggi biar dapet pasangan yang baik," saur Edna, membuat wajah Catur makin cemberut.

"Iya, aku mau usaha kok, tenang aja."

"Pulang, yuk," ajak Edna pada Catur, yang mengangguki ajakan tersebut.

"Yuk. See you later, Raven," pamit Catur sambil mengecup tangan Monik.

Om Kos 2Where stories live. Discover now