Part 21

10 2 0
                                    

"Ini strategi pemasaran yang bagus! Kita bisa menggunakan novel Dia Datang karya Zyara Andaressa untuk menarik minat para pemburu novel horror! Perusahaan kita akan terkenal. Siapa tahu tahun depan kita menjadi penerbit mayor," kata Tino.

Eldo tampak berpikir.

"Pak Eldo, persaingan di dunia penerbitan lumayan berat. Para penulis berbakat lebih suka menerbitkan novelnya di penerbit mayor. Kita hanya penerbit indie, menerima naskah dari penulis biasa yang sedikit beruntung memiliki penggemar novel mereka," sambung Tino.

"Apa Irgina dan Natalia masih di Desa Limus?" tanya Eldo.

"Huh?" Tino memajukan wajahnya. "Iya, mereka masih cuti. Tapi, Natalia masih melakukan tugasnya sebagai karyawan magang."

"Suruh mereka kembali, aku akan menelepon Yuda," kata Eldo.

"Tapi, Pak, bagaimana dengan teknik dan strategi pemasaran kita. Ini kesempatan kita untuk menjadi penerbit besar. Kita bisa menjadi penerbit khusus novel horror dan thriller berkat novel dia Datang...."

"Pak Tino." Eldo menatap Tino.

"I-iya, Pak Eldo?"

"Cepat hubungi Irgina dan Natalia agar segera kembali. Mereka bisa berada dalam bahaya," suruh Eldo kemudian berlalu.

Tino menghela napas berat.

Malam hari di Desa Limus.

Irgina yang duduk di sofa tampak berpikir keras sambil menggenggam ponselnya di tangan.

Terdengar suara pintu diketuk. Ia pun membuka pintu. Ternyata Natalia yang datang.

"Aku sudah mendengar semuanya," kata Natalia. "Buku itu sudah beredar dan membuat kekhawatiran. Bahkan memakan korban jiwa."

Irgina terdiam untuk sesaat lalu ia kembali duduk di sofa. "Pak Tino menelepon. Pak Eldo menyuruh kita segera kembali ke kota."

"Apa kita akan pulang sekarang?" tanya Natalia.

"Entahlah, sebenarnya tujuan kita ke sini hanya untuk liburan. Dan kurasa semuanya sudah terpenuhi. Kalau begitu, kita kembali saja. Mungkin Pak Eldo sudah menghubungi Mas Yuda," ucap Irgina.

Natalia duduk di samping Irgina. "Apa sebaiknya kita pulang besok saja? Ini terlalu larut. Kita pulang ke kota melewati hutan yang rimbun. Bagaimana kalau tiba-tiba mobilnya mogok di tengah jalan hutan?"

Irgina mengangguk.

Perut Natalia berbunyi. Irgina menoleh pada Natalia yang tersenyum malu. Tiba-tiba perut Irgina juga berbunyi.

"Ah, persediaan makanan yang kita bawa sudah habis," kata Irgina.

"Kan, masih ada makanan punya Zyara dari Pak Eldo," bisik Natalia.

"Itu 'kan punya Zyara," gerutu Irgina.

"Tapi, dia juga makan makanan kita," celetuk Natalia.

"Natalia," gerutu Irgina.

"Iya, iya." Natalia cemberut sambil mengalihkan pandangannya.

"Kau masih kesal padanya gara-gara tadi?" tanya Irgina.

Natalia mengalihkan pandangannya. "Tidak juga, aku sudah melupakan kejadian tadi."

Irgina beranjak dari tempat duduknya. "Pasti ada toko atau warung di sekitar sini. Ayo, kita cari makan."

Kedua gadis itu pun pergi.

Setelah sedikit berkeliling, akhirnya mereka menemukan warung kecil. Irgina dan Natalia membeli nasi uduk dan gorengan.

MISANTHROPEWhere stories live. Discover now