Part 36

10 2 0
                                    

Irgina menatap Zyara dengan serius. "Jadi, apakah sebenarnya hantu berwajah gosong itu adalah ibumu?"

Zyara tidak langsung menjawab. Ia juga menatap pada Irgina.

"Kau bilang, ibumu menghilang dan tidak pernah kembali setelah beberapa bulan yang lalu. Apakah ibumu dibunuh?" tanya Irgina lagi.

Zyara masih diam tidak memberikan jawaban.

"Mungkinkah? Kau membiarkan arwah ibumu itu tetap berada di rumahmu, karena kau merasa nyaman bersamanya? Kau tidak bisa melepaskan kepergiannya?" Irgina menatap Zyara dengan penuh selidik.

Zyara menunduk.

Irgina menyentuh bahu Zyara. "Apakah kakakmu yang melakukannya?"

Zyara mendongkak menatap Irgina lalu menggeleng. "Tidak, sebenarnya...."

"Resa?"

Zyara tidak melanjutkan kata-katanya. Ia dan Irgina menoleh ke sumber suara, ternyata Rina yang datang.

Wajah Zyara berubah menjadi pucat saat melihat keberadaan kakaknya. Irgina menyadarinya. Ia kembali menoleh pada Rina.

"Kau sudah pulang? Natalia juga sudah pulang?" tanya Irgina.

Rina menoleh pada Irgina. "Sepertinya aku meninggalkannya, aku lupa tadi datang bersamanya."

Mereka pun pulang lewat jalan lain. Saat Zyara dan Irgina datang tadi, mereka melewati gang kemudian turun ke persawahan.

Sementara kali ini, mereka melewati hutan. Karena jalanan setapak, maka mereka betiga harus berjalan berbenjer ke belakang. Rina berjalan lebih dulu di depan, lalu diikuti oleh Zyara, dan Irgina yang paling belakang.

"Oh? Ada jalan lain rupanya?" tanya Irgina.

"Iya, ini jalan yang lebih cepat menuju ke rumah, tapi aku tidak suka lewat sini," kata Zyara.

"Kenapa?"

"Banyak nyamuk."

"Benar juga," ucap Irgina sambil menepuk lengannya yang digigit nyamuk.

Pandangan Irgina tertuju ke pohon besar di dataran rendah yang mereka lewati. Pohon tersebut menjulang tinggi sendirian di antara pohon-pohon lain di sekitarnya.

Padahal pohon-pohon lain pun sudah cukup besar, tapi pohon itu yang paling menonjol.

"Pohon itu besar sekali."

Perhatian Zyara juga teralihkan ke arah pandang Irgina. "Ada saung kecil di depan sana, aku pernah duduk di sana dan menulis cerita. Ide muncul begitu saja saat berada di sana. Mungkin karena suasananya tenang dan sejuk."

"Benarkah? Mana saungnya? Aku tidak melihatnya," tanya Irgina.

Rina menoleh pada Irgina dan Zyara dengan tatapan tak terbaca.

"Ada di sana, tertutup pohon. Kalau kita turun dan pergi ke sana, kita akan melihatnya," ucap Zyara.

"Oh, begitu."

"Cepat jalannya," kata Rina.

Irgina dan Zyara berhenti bicara. Mereka pun mempercepat langkah kaki mengikuti Rina.

Mereka pun sampai di rumah. Jalan hutan langsung menuju ke halaman belakang rumah Zyara.

"Kita sampai," kata Zyara.

Rina dan Zyara masuk ke rumah, sementara Irgina melihat ke bak pembakaran sampah. Ia mengernyit melihat cairan hitam yang mengering dan sedikit menggumpal di dalam bak sampah tersebut.

MISANTHROPEWhere stories live. Discover now