Part 55

9 3 0
                                    

"Apa mungkin?" gumam Natalia. Ia mendongkak menatap sosok muka gosong itu yang masih menunjuk ke tumpukan sampah.

Natalia melihat ada sekop di dekat kandang ayam. Ia segera mengambilnya lalu menyingkirkan sampah-sampah itu ke tepi.

"Kau yakin mayatmu disimpan di sini?" tanya Natalia sambil menutup hidungnya.

Sosok itu mengangguk.

Natalia pun berusaha lebih keras dan lebih cepat lagi mengorek-ngorek bak sampah. Meski segala bau sudah menusuk hidung dan lalat-lalat besar mengerubunginya.

"Tidak ada ada apa pun di sini. Kau pasti sengaja mempermainkanku, kan?" gerutu Natalia sambil melemparkan sekopnya. Ia menatap kesal pada sosok hitam di depannya.

"Aku ingat, terakhir kali aku mati di tempat ini," kata sosok hitam itu meyakinkan Natalia.

"Mungkin saja pembunuhnya sudah memindahkan mayatmu ke tempat lain atau membuangnya ke sungai," ucap Natalia ketus. Ia pun berlalu.

"Lalu bagaimana denganku? Aku tidak bisa pergi ke dunia roh. Aku terjebak di dunia manusia," ucap  sosok itu memelas.

"Aku tidak peduli, lagipula bukan salahku kau mati. Cari saja orang lain yang mau membantumu," ucap Natalia tanpa mau menghentikan langkahnya.

"Aku takut berada di dunia manusia sendirian. Hantu-hantu lain terus menjahatiku. Mereka juga menempel pada Rina," kata sosok itu.

Sesaat Natalia menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan berkata, "Kenapa kau harus takut? Kalian semua sama-sama hantu. Apa yang perlu ditakutkan? Meski mereka membunuhmu, kau tidak akan mati. Kau sudah mati."

Sosok hitam itu menunduk. "Justru karena aku tidak bisa mati, aku sangat takut. Mereka terus menggangguku tanpa henti dan tanpa akhir. Bayangkan ketakutan itu yang setiap hari aku alami."

Natalia mendengus kesal.

"Aku takut pada hantu jahat. Mereka juga sama dibunuh oleh Rina, tapi aku tidak mau mengikuti Rina seperti mereka," sambung sosok hitam itu.

Deg!

Natalia terdiam untuk sesaat. "Apa kau bilang? Siapa yang membunuhmu?"

Sosok hitam itu mendongkak menatap Natalia. "Rina yang membunuhku."

Sementara itu di konter HP.

"Ini kartu yang paling bagus. Sinyalnya kuat, tapi agak mahal, Neng," kata pelayan konter.

"Tidak apa-apa, Mas. tolong sekalian pasang, ya." Irgina menyodorkan ponselnya.

Pelayan konter dan Zyara melongo melihat layar ponsel Irgina yang retak parah.

"Apa HP-nya terjun bebas? Kenapa layarnya bisa retak begini?" tanya pelayan konter.

"Bukan HP-nya yang terjun bebas, tapi aku yang terjun bebas," jawab Irgina.

"Mau sekalian beli HP baru?" tawar pelayan konter.

"Lain kali saja, saya tidak punya uang," jawab Irgina.

Setelah membeli kartu untuk ponselnya, Zyara mengajak Irgina makan di warung bakso.

"Bakso di sini yang paling enak," rekomendasi Zyara.

Irgina mengangguk. "Tentu, ayo kita pesan."

Mereka pun menyantap bakso pesanan mereka. Tampaknya Irgina menyukainya.

"Ini enak sekali. Aku harus membeli satu untuk Natalia," ucap Irgina.

Zyara tersenyum. "Kakak dan Kak Natalia pasti sangat dekat."

MISANTHROPEWhere stories live. Discover now