47.

91.8K 3.6K 588
                                    

Halo~

Happy reading<333

.

.

.

Beberapa Minggu telah berlalu, Valerie melihat Evelyn perlahan-lahan membaik. Beberapa kali ia menangkap Evelyn tersenyum dan tertawa bersama mereka.

Dengan melihatnya seperti itu, Valerie merasa bahwa apa yang dilakukannya ini bukan hal yang salah, tapi ia telah melakukan hal yang benar.

Ia menempatkan Evelyn di tempat di mana harusnya perempuan itu berada, di mana Evelyn bisa merasakan bahwa dirinya begitu berharga dan layak untuk mendapatkan kebahagiaan.

Lalu hari ini Valerie memutuskan untuk kembali. Wanita itu memeluk Evelyn dengan erat dan menciumnya.

"Evelyn harus hidup dengan bahagia di sini. Nggak boleh lagi merasa nggak berharga, nggak boleh nyakitin diri sendiri, karena sekarang ada banyak orang yang sayang sama kamu. Nanti mama sama papa juga akan datang sekali-kali buat ketemu kamu."

Setelahnya, Valerie mengurai pelukannya, diperhatikannya wajah Evelyn dengan teliti. Melihat Evelyn tidak lagi semenyedihkan sebulan lalu, Valerie bisa tersenyum dan tenang saat akan meninggalkannya. 

"Mama pulang ya?"

Evelyn mengangguk lalu memeluk wanita itu sekali lagi. "Evelyn beruntung punya mama dan papa. Titip salam buat papa ya, Ma."

Mengiyakan permintaan Evelyn, Valerie kemudian melirik ke arah Gio, putra dari Dania. "Tolong jaga Evelyn ya, Gio."

"Pasti, Tante. Evelyn pasti baik-baik aja di sini. Tante tenang aja, serahkan semuanya kepada kami." Lelaki itu menjawab dengan senyum manis terpatri di bibirnya.

Kemudian Valerie menggeret kopernya, meninggalkan dua orang yang kini melambai padanya. Setelah sosok Valerie tak lagi terlihat, Gio menautkan jemarinya dengan milik Evelyn sehingga perempuan muda itu menoleh.

"Pulang, yuk?" ajak Gio, yang kemudian disetujui Evelyn.

Di dalam mobil, Gio sesekali melirik ke arah Evelyn karena perempuan itu banyak diam. Kalau saja lagu favoritnya tidak mengalun, ia tidak tahu sesepi apa perjalanan mereka.

"Kamu udah janji sama beliau untuk bahagia, tapi masa baru aja ditinggal udah sedih lagi," kata Gio.

Evelyn menoleh ke samping, dilihatnya Gio fokus menyetir, kemudian laki-laki itu tertangkap meliriknya dengan tersenyum.

"Senyum dong, Manis."

Tertawa pelan, Evelyn kemudian mengangguk. Benar kata Gio, ia sekarang harus menepati janjinya. Ia harus bahagia, demi dirinya sendiri, demi Valerie dan Marvel, juga demi orang-orang baik yang ada bersamanya.

Badai itu sudah berlalu, dan sekarang saatnya ia melihat hari-hari cerah--bersama orang-orang yang mencintainya.

"Mas Gio, hari ini sibuk nggak?" tanya Evelyn, mulai menunjukkan antusiasnya.

"Tadinya sih mau nyari cewek, tau gak aku udah diteror bunda kapan nikah padahal masih 29 tahun belum juga setengah abad," jawab Gio berkeluh, tapi berhasil membuat Evelyn tertawa karenanya.

"Tapi kalau buat Evelyn sih, aku nggak akan sibuk." Lalu Gio tertawa pelan sambil mengedipkan matanya ke perempuan yang duduk di sebelahnya.

"Kalau gitu, ayo temani aku ketemu sahabatku," ajak Evelyn tersenyum lebih cerah.

Karena sama-sama di berada Yogyakarta, Evelyn ingin bertemu dengan Laras. Entah sahabatnya itu akan marah atau tidak setelah mendengar ceritanya nanti , Evelyn hanya ingin menemui gadis itu.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang