01 - Berawal dari Hari itu

1.9K 86 9
                                    

"Hobi kamu apa?," tanya seorang psikiater, menatap ke arahku.

Aku terdiam. enak juga nih, kalau gue kerjain psikiaternya. Biar Bunda gak suruh gue datang lagi ke tempat beginian.

"Hobi saya? Menjadi pelakor, dok," ucapku, membuat sang Psikiater memberi raut wajah aneh.

"Pelakor?"

"Iya, biar semua orang kek saya, dok! J-O-M-B-L-O!," ucapku sambil menyilangkan kaki.

Psikiater tersebut tersenyum kecut, "hobi kamu beda dari yang lain ya."

"Kalau cita-cita, gimana?," sambung dokter tersebut, sambil mencatat apa yang aku katakan.

"Cita-cita? Nikah sama dokter deh!," ucapku sambil mengedipkan sebelah mataku.

"Ta-tapi saya wanita, saya sedang serius Eline," ucap sang Psikiater, menelan salivanya.

"Iya dok, Eline serius. Soalnya dokter cantik, saya suka wanita cantik," ucapku tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Ah begitu, jika begitu. Kita akan akhiri sesi tanya jawabnya sekarang," ucap sang Dokter.

Aku langsung berdiri dari kursiku, "kalau begitu, Eline pulang dulu ya. Dadah dok, sampai jumpa di pelaminan ya, muachhh."

"I-iya," kata dokter tersebut, tersenyum kaku. 

Malah iya lagi, ya kali gue beneran belok. Yang ada entar, dari Adam dan Hawa berubah jadi, Siti dan Hawa.

Aku berjalan pulang ke rumah, sampai didepan rumah. Aku menatap bunda yang sudah berdiri di depan pintu.

"Bunda ngapain?," tanyaku, menatap dia menangis.

Dia tiba-tiba memelukku erat, "maafin Bunda."

"Maafin kenapa, Bun? Kok tiba-tiba gini?," tanyaku bingung.

"Maafin Bunda yang terlalu sibuk kerja, sampai enggak tahu apa-apa tentang kamu," ucap Bunda, yang membuatku semakin bingung.

"Apa sih, Bun? Bunda kenapa?," tanyaku yang benar-benar bingung dengan situasinya.

"Kamu suka sesama jenis?," tanya Bunda, membuatku tertawa keras.

"Eline kira ada apa, ternyata-"

"Kamu suka merusak rumah tangga orang? Atau merebut suami orang? Salah-salah, maksud Bunda. Istri orang? Kamu suka rebut istri orang?"

"Ya kali Eline, ru-"

"Eline, Bunda harus nikahin kamu! Bunda enggak mau kamu suka sesama jenis, nanti Bunda enggak bisa punya cucu!," ucap Bunda, karena aku anak semata wayangnya.

"Bunda, Eline itu cuman bercan-"

Lagi-lagi perkataanku dipotong oleh Bunda.

"Bunda sudah nentuin pria yang tepat untuk kamu. Jadi cukup cintai suami kamu nanti, dan jangan berhubungan dengan wanita mana pun!"

"Maksud Bunda apa? Wanita? Eline cuman bercanda sama dokternya Bun," ucapku, berusaha untuk jujur.

"Bunda jodohin kamu, sama teman Bunda yang di facebook. Anaknya baik, tampan, kaya juga kok."

Seakan ada sebuah petir yang menyambar di kepalaku, "Bunda, Eline cuman bercanda loh. Gak mungkinlah Eline-"

Bunda meletakkan jari telunjuknya ke mulutku, "ssstttt..., Bunda enggak mau dengerin apa-apa lagi, dari mulut kamu! Kamu harus nikah!"

Aku terdiam, dan benar-benar menyesal atas perkataanku saat di psikiater. Andai waktu bisa diulang, mungkin aku akan menjawab dengan benar.

•••••

So, ini cerita aku yang bergenre romansa+comedy. Berusaha mencari nuansa baru. Semoga kalian suka ya❣

Tapi aku jamin, kalian bakal ketawa terus baca cerita ini❣☺.

See you besok, in next chaoter muachhh🥰❣

My Idiot Husband ❣Donde viven las historias. Descúbrelo ahora