004 : Nostalgia Waktu

8 5 0
                                    

Siang berganti malam, dan matahari tergantikan oleh bulan. Jarum jam terus-menerus berputar tanpa tahu kapan akan berhenti, selagi ada kekuatan untuk menggerakan mekanisme jarum jam tersebut, maka selama itu juga jarum itu akan berputar. Suara dentingan jam terdengar jelas oleh Haerin.

Gadis itu berada di kasurnya sambil memandang ponselnya yang menampilkan rangkaian kata yang terbentuk menjadi kalimat. Sesekali Haerin mengucek matanya yang mulai terasa pegal, ia melihat jam yang kini sudah hampir tengah malam.

Haerin mendesah pelan seraya membanting ponselnya di kasur, ia bangkit dan mengeluarkan box yang sudah cukup usang yang terdapat di bawah kasurnya dan membukanya.

Air matanya mengalir begitu ia memegang syal rajut buatan ibunya yang masih setengah jadi. Matanya yang buram karena air mata kini melihat ke satu barang memliki banyak kenangan di dalamnya.

Handycam judul milik ibunya.

Haerin tersenyum kecil melihat benda tersebut, kemudian ia mengambilnya dan mencoba menyalakannya. Untungnya tidak ada masalah dengan barang milik ibunya itu.

Beberapa video Haerin putar untuk mengenang kepergian ayah dan ibunya, ia menangis begitu melihat video saat dimana dirinya dan kedua orang tuanya berada di Pulau Jeju. Di dalam putaran rekaman itu, mereka bertiga terlihat bahagia.

Haerin melihat dirinya yang berada di gendongan sang ayah, ia tertawa kecil di sela tangisannya saat melihat ekspresi kesulitan ayahnya saat mencoba menggendong dirinya di usia lima belas tahun.

"Aigo... Appa ttal-eun ije keoss-eo."

Kalimat itu ayahnya ucapkan dengan nada yang dibuat sesedih mungkin. Kemudian Haerin menjeda rekaman tersebut dan tersenyum kesekian kalinya sambil menutup mata.

"Ayah benar, aku sudah besar." gumamnya.

Di tengah lamunannya, Haerin dikejutkan oleh getaran ponselnya disusul dengan nada dering yang bersuara.

'Jungwonie'

Nama penelepon itu terpampang jelas di layar ponsel Haerin, gadis itu menggeser ikon berwarna hijau ke kanan untuk menjawab panggilan dari temannya itu.

"Noona."

"Ya? Ada apa?"

"Huh? Kenapa suara mu begitu? Kau habis menangis ya?"

"Tidak kok, aku hanya sedang tidak enak badan."

"Ah.. Begitu."

"Ngomong-ngomong, ada apa kau menelepon?"

"Ah.. Tidak, itu.. Eum..."

"Yang Jungwon..." panggil Haerin pelan.

"T-tidak ada apa-apa kok, aku serius. Aku hanya disuruh–tidak! Maksud ku,  aku hanya ingin memastikan kau baik -baik saja. Tadi wajah mu terlihat pucat soalnya." kilah anak di seberang sana.

"Begitukah?" tanya Haerin memastikan.

"I-iya, hanya itu. Aku takut terjadi sesuatu padamu."

"Baiklah kalau begitu, terima kasih atas perhatiannya. Aku baik-baik saja kok."

"Kalau begitu sampai jumpa besok, Noona."

"Hm..."

Haerin menggerutu pelan saat Jungwon memutuskan sambungan teleponnya.

"Lucu sekali, kita sama-sama berbohong untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi." monolognya.

Haerin menggeleng-gelengkan kepalanya saat mendengar jawaban Jungwon, gadis itu tentu bisa menilai jika anak kecil itu sedang berbohong.

Haerin tidak mau mengambil pusing dengan hal barusan, kini ia lebih memilih untuk membereskan barang-barang yang barusan ia keluarkan dan menaruh kembali ke tempatnya.

Selesai dengan itu, Haerin mengambil jaket kesayangannya dan mengantongi ponselnya. Ia memutuskan untuk mendinginkan kepalanya sejenak dengan berjalan-jalan di malam hari. Bukan pilihan yang buruk.

Udara malam bisa membantu Haerin untuk mendapatkan ketenangan untuk jiwanya. Langkah gadis itu membawa tubuh Haerin pada taman bermain yang berada di dekat minimarket tempatnya bekerja.

Gadis itu menatap sekitar dan tidak menemukan seorang pun disana, tanpa takut apapun Haerin berjalan ke taman tersebut dan menduduki salah satu ayunan disana.

Semilir angin menerpa wajah Haerin hingga menerbangkan beberapa helai rambutnya. Kakinya yang menapak sesekali mendorong agar ayunan yang di dudukinya bergerak dengan pelan.

Gadis itu menyandarkan kepalanya pada rantai ayunan tersebut sambil menutup matanya, udara malam benar-benar membuat dirinya tenang.  Dalam beberapa menit di posisi tersebut, Haerin dikejutkan dengan kedua tangan yang tiba-tiba memegang bahunya dan mendorong ayunan tersebut perlahan tetapi cukup membuatnya hampir terjatuh.

"Taehyun?!"

"Taehyun?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RUNTUH ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang