007 : Fakta Yang Tersembunyi

14 5 0
                                    

"Berhenti berpura-pura jika kau tidak mengetahuinya. Kau jelas-jelas tahu apa yang terjadi."

"Tae..."

"Aku yang membunuh orang tuamu, Haerin! Aku yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi, semua itu karena aku." ungkap Taehyun sambil terisak.

Kini Taehyun sudah bersimpuh di hadapan Haerin, lelaki itu tidak bisa lagi menahan semuanya. Ia tidak bisa lagi berpura-pura kuat, setiap kali Taehyun melihat Haerin hanya ada perasaan bersalah yang menghantuinya.

Haerin memandang Taehyun yang berada di depan kakinya.

"Aku itu tidak pantas, seorang pem–"

"Kang Taehyun!" jerit Haerin pada akhirnya.

"Berhenti, aku mohon berhenti. Aku tahu, tapi tolong hentikan semua perkataan itu." Haerin kini ikut bersimpuh di hadapan Taehyun. Ia mengangkat wajah lelaki itu yang sudah berurai air mata.

"Berhenti egois, Kang Taehyun. Sekali ini saja, tolong lihat aku."

"Kau terlalu fokus dengan rasa sakit mu sampai kau melupakan jika masih ada orang lain yang juga tersakiti."

"Kau yang meminta ku untuk bertahan di dunia ini, tapi kau juga yang selalu menjadi penyebab aku ingin menyerah."

"... Aku harus bagaimana, Taehyun? Semua ini melelahkan sekali."

Ucapan panjang lebar itu tentunya tak luput dari pendengaran Nyonya Kang, sedari tadi wanita paruh baya itu belum pergi dari sana setelah mengantar Haerin pada Taehyun.

Seora menghampiri kedua insan muda itu, ia mengelus kepala Taehyun dan Haerin.

"Bangun." perintah Seora.

Tanpa banyak bicara keduanya berdiri seperti apa yang ibunya Taehyun katakan. Seora memberi kode agar kedunya mengikuti wanita itu, kini mereka bertiga berjalan menuju perpustakaan pribadi milik keluarga Kang. Di dalam sana dapat Haerin lihat terdapat empat rak buku besar.

Seora meminta Taehyun dan Haerin duduk di depannya, kini mereka bertiga duduk berhadapan. Beberapa kali Haerin lihat Seora mengatupkan bibirnya seperti akan berbicara namun ragu.

Setelah keheningan yang cukup panjang, akhirnya Seora berdeham pelan, menarik perhatian Taehyun dan Haerin hingga keduanya menatap wanita paruh baya itu.

"Ibu, ada apa?" tanya Taehyun memulai percakapan.

Seora memejamkan matanya, kemudian ia menatap anak laki-lakinya.

"Tae, jika Ibu meminta kau berhenti mengawasi Haerin, kau siap?"

Raut terkejut tak luput dari wajah gadis Baek itu, ia menatap Seora lalu meminta penjelasan pada Taehyun.

"Maksudnya kau mengawasi.. Apa?"

Sejenak Taehyun memalingkan wajahnya sebelum dia menjawab pertanyaan Haerin. "Bukan apa-ap–"

"Taehyun selalu berada di sekitar mu sejak kejadian itu, Haerin. Dia yang selalu membantu mu mempermudah mencari pekerjaan dan beberapa urusan yang belum keluarga mu selesaikan."

Haerin kini menatap Taehyun dengan pandangan yang tidak bisa di artikan, ia memang menyadari jika ada beberapa orang yang pernah menawarinya bekerja secara cuma-cuma. Ia juga menyadari jika permasalahan yang ditinggalkan oleh ayahnya tidak mengintainya.

Dan apakah ini alasan gadis itu merasa tidak aman? Haerin juga beberapa kali pernah merasa jika ada yang mengikuti dirinya.

"Dan juga, bukan suami ku yang melecehkan ibu mu, tapi ibu–"

"Ibu, cukup!" potong Taehyun.

"Taehyun! Jangan berani kau memotong pembicaraan ibu! Haerin juga harus tahu yang sebenarnya!" marah Seora.

"Mau sampai kapan kau terus-menerus hidup dalam rasa bersalah?!"

Taehyun diam, dia tidak pernah berani melawan ibunya. Tapi kali ini lelaki itu merasa gelisah dengan apa yang akan ibunya katakan, terlebih Haerin masih ada disini.

"Aku akan menye–"

"Menyelesaikannya sendiri?" potong Seora.

Ditengah perdebatan Taehyun dan ibunya, Haerin menyela keduanya dengan bertanya sesuatu.

"Bibi Kang, ucapan mu barusan. Boleh kau katakan selengkapnya?"

Saat Seora akan membuka mulut, Taehyun terlebih dahulu menarik lengan gadis itu untuk keluar dari ruangan.

"Taehyun, lepas!" pekik Haerin.

"Jangan dengarkan apapun."

"Tae, aku belum selesai."

Lelaki itu terus menarik Haerin hingga kini mereka berada di kamar Taehyun. Haerin menghempas cengkraman Taehyun dengan kasar.

"Kenapa memaksa ku pergi?!" kesal gadis itu.

"Noona, jangan mencampuri masalah ini terlalu dalam. Ibumu memang dilecehkan oleh ayah ku."

"Tapi, Bibi Kang bilang..."

"Tidak usah ditanggapi."

Haerin tidak percaya Taehyun, gadis itu menggapai gagang pintu kamar Taehyun dan berusaha membukanya, "Biarkan aku pergi." desis Haerin saat Taehyun menahan pintu itu.

"Tidak." tegas Taehyun.

Kini lelaki itu mendorong Haerin dan mengunci tubuh Haerin di antara dirinya dan pintu kamarnya.

"Baek Haerin, kuperingatkan kau untuk tidak mencampuri masalah ini. Cukup percayai apa yang kau percaya selama ini."

Ucapan itu menjadi kalimat terakhir Taehyun sebelum ia menempelkan bibirnya pada bibir Haerin.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
RUNTUH ✓Where stories live. Discover now