009 : Merasa Tidak Pantas

10 4 0
                                    

Play :
Downpour – I.O.I

°°°

Suara rintik hujan memenuhi gendang telinga Haerin, gadis itu terbaring di kamarnya dengan kondisi kamarnya yang gelap.

Selama ini, hal yang ia percayai nyatanya tidak pernah terjadi. Ucapan Bibi Kang tempo hari benar-benar tidak bisa pergi dari ingatannya.

"Ibu..." gumamnya pelan.

Jika selama ini Taehyun yang selalu merasa tidak pantas bagi Haerin, maka kini ia yang merasa demikian. Haerin merasa tidak pantas untuk Taehyun. Seharusnya, sejak lama ia tidak boleh mendekati lelaki itu.

Seharusnya ia tidak usah memaafkan lelaki itu dan membenci lelaki itu seperti seharusnya.

Tetapi jalan yang ia pilih bukanlah itu, ia memilih jalan untuk memaafkan. Jalan yang akhirnya membuat Haerin tahu apa yang sebenarnya ibunya lakukan, dan dampak dari perbuatan ibunya.

"Mentalku dihancurkan oleh keluargaku sendiri, Haerin. Keluarga yang kuanggap rumah sebagai tempat berlindung nyatanya menjadi sumber sakit yang aku alami."

Ucapan itu kembali Haerin ingat, ucapan Taehyun dua tahun yang lalu. Saat dimana dirinya membuat Taehyun marah.

"Mentalmu lemah."

Kalimat tersebutlah yang membuat Taehyun marah. Ia ingat sekali saat dimana lelaki itu mengcapkan hal tersebut dengan nada marah dan tangan yang terkepal.

Seharusnya Haerin tahu jika kalimat itu adalah sebuah ungakapan rasa kesal Taehyun pada Haerin. Rasa kesal karena ibunya sudah menghancurkan keluarga Taehyun.

Selama ini ia selalu terlihat sebagai gadis baik hati yang selalu memaafkan kesalahan fatal yang lelaki itu lakukan. Namun pada nyatanya ialah penyebab Taehyun melakukan hal demikian. Jika saja ibunya tidak melakukan hal kotor itu, semuanya akan baik-baik saja.

Haerin menangis sambil memeluk lututnya. Jadi, secara tidak langsung Ibu Haerin-lah yang membuat Taehyun mengenal obat-obatan itu.

Kini gadis itu meremat dadanya yang terasa sesak, sakit sekali mengetahui yang sebenarnya. Disela tangisannya, Haerin teringat sesuatu yang membuat dirinya langsung menghapus air matanya dan bangkit dari kasurnya.

Kemudian ia menurunkan satu kardus usang yang berada di atas lemari, gadis itu terbatuk sedikit saat debu yang menempel pada kardus tersebut berterbangan. Mata gadis itu fokus mencari-cari sesuatu.

Saat tak menemukan apa yang dicarinya, Haerin menyandarkan tubuhnya ke lemari. Ia memandang kardus tersebut dengan teliti, kemudian matanya menangkap satu kertas yang terselip diantara album foto milik ibunya.

Kertas yang hanya berisikan gambar dua pasang manusia yang sedang berpelukan, tetapi Haerin tidak dapat melihat wajah keduanya. Dan Haerin tertawa dalam tangisnya begitu ia membalikan kertas tersebut dan menemukan satu tulisan.

Teruntuk kau, matahariku.
–K.J

Kang Jinhyuk, Haerin tahu jelas jika singakatan tersebut adalah inisial milik Tuan Kang. Haerin tahu karena saat dirinya tinggal di rumah Taehyun, ia selalu menemukan inisial itu pada beberapa buku dan ukiran guci disana. Pikirnya semakin kalut saat mendapati Taehyun menelepon dirinya, akan tetapi Haerin langsung mematikan ponselnya tanpa pikir panjang.

Gadis itu kini pergi keluar, kemana pun yang bisa membuat pikirannya sedikit tenang. Dan di bawah derasnya hujan, Haerin berjalan dengan pikirannya yang kosong. Gadis itu mengabaikan rasa sakit di kepalanya yang terhantam oleh derasnya air hujan.

Biarkan air hujan yang menyamarkan air matanya, biarkan suara hujan yang menutupi suara tangisnya. Kali ini Haerin hanya ingin sendirian.

Langkah demi langkah membawa Haerin taman Yeouido yang terletak di sebelah Sungai Han. Cuaca malam yang cukup dingin tidak membuat Haerin merasa kedinginan sedikit pun, pakaian yang sudah basah kuyup juga tidak membuat Haerin ingin kembali ke rumahnya.

Gadis itu mengeluarkan ponsel sambil menyalakannya, ia melihat tiga notifikasi panggilan tidak terjawab dari Taehyun. Haerin tersenyum kecil, gadis itu sangat suka ketika Taehyun meneleponnya seperti ini. Ia merasa diperhatikan. Perhatian yang sudah lama tidak pernah ia dapatkan.

Jemari Haerin kini memencet kontak Taehyun untuk menghubungi lelaki itu, pada dering kedua Haerin langsung bisa mendengar suara Taehyun.

"Noona! Kau dimana?!" tanya Taehyun dengan nada tinggi.

"Halo?!"

"Noona?!"

"Aku baik-baik saja Taehyun." jawab Haerin pada akhirnya.

"Persetanan dengan omong kosong itu! Aku tanya, sekarang kau dimana?!"

Haerin meremat ponselnya sambil menatap aliran sungai di depannya. Tanpa berniat menjawab pernyataan Taehyun, Haerin malah kembali melemparkan pertanyaan pada Taehyun.

"Taehyun, kau pernah memintaku untuk berhenti mengganggumu, bukan?" tanyanya dengan suara parau.

Dapat Haerin dengar jika Taehyun sedang mengumpat di seberang sana, Haerin bisa membayangkan bagaimana Taehyun yang sedang kesal.

"Baek Haerin, aku bersumpah demi apapun jika aku akan membakar buku diari-mu. Sebelum itu terjadi, katakan kau ada dimana?" geram Taehyun.

Lelaki itu merasa kalut saat sore tadi Bibi Ryu menarik Taehyun ke dapur dan memberi tahu jika Ibunya sudah mengatakan fakta yang Taehyun sembunyikan selama ini pada Haerin. Rasa marah tidak dapat lelaki itu tahan lagi, Taehyun dan Ibunya bertengkar besar sebelum lelaki itu pergi untuk mencari keberadaannya Haerin.

"Lakukan saja, aku sudah tidak membutuhkannya."

Taehyun terkejut dengan respon Haerin yang seperti itu, ia tahu jelas jika buku dengan sampul warna pink itu sangat berharga bagi Haerin.

"Taehyun..." panggil Haerin.

Taehyun meresponnya dengan gumaman.

"Kali ini, aku akan menuruti permintaanmu yang baru saja kusebutkan."

Tubuh Taehyun menegang saat mendengar itu.

"M-maksudmu?"

"Kau tahu, kita akan terus-menerus merasa terluka jika kita tetap bersama. Aku minta maaf, seharusnya dari awal aku menuruti perkataanmu untuk menjauh."

Sejenak Haerin menejeda ucapannya sebelum melanjutkannya.

"Baek Haerin yang menjadi pengganggumu akan berhenti sekarang, aku akan berhenti untuk mencoba mengisi kekosongan dalam dirimu."

"Aku senang bisa mengenalmu, terima kasih kerena kau sudah mengisi bagian kosong di lembar cerita milikku. Aku akan menutup bukuku sekarang."

Kalimat itu menjadi pengakhir sambungan telepon sebelum akhirnya Haerin kembali mematikan ponselnya. Haerin tidak mau memberikan kesempatan Taehyun untuk berbicara, karena ia tahu, ucapan lelaki itu akan membuatnya goyah.

Haerin menatap langit malam yang kelam, hujan yang membasahi dirinya tak kunjung berhenti.

"Setidaknya aku harus berhenti egois."

"

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
RUNTUH ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن