[15] "Keganjilan Pangeran Pertama"

5.1K 877 96
                                    

Ruang asrama Cale dapat terbilang cukup luas yang mampu menampung empat ranjang dan perabotan tambahan lainnya untuk masing-masing anak seperti; meja nakas, meja belajar, lemari, dan rak buku. Semuanya tertata dengan pembagian di setiap empat sudut. Pada tengah ruangan terdapat sofa dengan langit-langit yang digantungi lampu kristal.

Bagi seorang rakyat biasa, fasilitas ini amat menakjubkan. Namun, untuk anak-anak bangsawan termasuk Cale yang memiliki satu paviliun khusus sebagai tempat tinggalnya dengan kamar pribadi yang bisa dua kali luasnya kamar asrama di Akademi, tentu saja ruang ini terlihat sempit. Belum lagi, mereka harus berbagi satu kamar mandi.

Cale tidak bisa memungkiri jika fasilitas pemilik darah kerajaan memang menggiurkan. Mereka punya ruang tamu yang terpisah dan kamar hanya akan berisi dua ranjang serta kamar mandinya tak perlu bergantian dengan tiga orang teman sekamar lainnya. Cale bahkan tahu Alver punya meja bar dengan rak-rak yang berisi koleksi daun teh.

Cale mengembuskan napas berat. Dia bahkan tidak bisa mengeluh karena dirinya masih terbilang berkecukupan sebagai salah satu bangsawan terkaya di Kerajaan Rowoon. Dia harus bersyukur karena hidupnya tidak akan kekurangan dan hanya perlu bertahan sejenak dengan kehidupan Akademi.

Helaan napasnya membuat langkah seorang anak yang hendak memasuki ruangan kian ragu.

Cale menyaksikan seorang anak laki-laki kurus berambut pirang yang tertahan di depan pintu. "Jangan berdiri di sana, kamu menghalangi orang lain," ujarnya menegur ringan.

Anak pirang itu tersentak dan dia bergegas menoleh ke belakang. Benar saja, seseorang berdiri di punggungnya, menunggunya melangkah lebih dulu. "Ah, maafkan aku." Dia mempercepat langkah, mengangkat sedikit susah payah koper kayu miliknya.

Seseorang yang berdiri di belakangnya tersenyum tipis. "Tak apa, biar kubantu." Diulurkannya tangan membantu mengangkat koper kayu tersebut. Berbeda dengan anak pirang itu, dia tidak punya bawaan apa pun.

Cale memperhatikan kantung yang tergantung di pinggang anak berambut biru. Kantung sihir bukanlah barang yang bisa dibeli sembarang orang. Jelas saja, anak laki-laki yang tampak baik hati itu bukan rakyat biasa yang kekurangan. Pun parasnya yang tak bercelah membuat sosoknya kian mengusik Cale.

Meski Cale sedikit penasaran siapa anak dengan penampilan menawan yang nyaris sebanding dengan tokoh utama itu, dia tidak mengajukan tanya dan memilih kembali berfokus membalik lembaran buku di tangannya.

"Itu bukan urusanku."

Buku tersebut berkisah tentang seorang pengembara tua yang menceritakan perjalanannya mencari desa elf. Pengembara tua menemukannya di akhir perjalanan tapi tidak menyebutkan di mana tepatnya, hanya mencirikan bahwa desa itu dilindungi oleh seseorang yang dipanggilnya Dewa Agung.

Konyol membaca ada Dewa yang turun ke dunia manusia, jelas saja itu hanya seseorang yang digambarkan nyaris sekuat Dewa.

"Keseimbangan akan hancur jika eksistensi Dewa turun."

Di masa lalu, bangkitnya Raja Iblis bahkan tidak membuat para Dewa berkenan ikut campur sejauh menunjukkan eksistensi mereka di muka bumi.

Kendati begitu, gelar Pelindung Desa Elf masih menarik perhatian Cale.

ーManusia, apakah buku itu sangat menarik? Aku juga ingin tahu.

Cale tak bisa melakukan apa pun tentang permintaan yang bergema dalam benaknya. Dia tidak mungkin membaca keras di ruangan yang diisi orang lain. Dalam hati, bangsawan muda itu mengingatkan dirinya untuk mengajarkan Naga Hitam membaca di lain kesempatan.

Sadar bahwa Cale tak tertarik membacakannya, Naga Hitam mengalihkan perhatiannya dengan cepat.

Manusia, beritahu aku. Siapa anak berambut biru itu? Dia terlihat cukup kuat! Lebih kuat dari Pangeran malang yang kamu tolak tadi.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant