[72] "Sang Paladin"

3K 540 47
                                    

Semenjak insiden lampau yang begitu membekas di Wilayah Henituse, Gereja Dewa Kematian mengalami perubahan pesat. Sehari setelah pertarungan, empat Paladin tersohor yang namanya hanya bisa didengar menggema, terlihat menunjukkan eksistensi mereka. Keempatnya dikirim langsung oleh sang Paus untuk mengawal kembali relikui suci—Kristal Penghakim Kegelapan—menuju katedral utama.

Benda itu dahulu tidak menarik perhatian siapa pun karena tak ada lagi yang mampu mengaktifkannya, dinilai sebagai benda suci yang telah kehilangan nilainya.

Namun, semuanya tidak lagi sama semenjak kehadiran Cale Henituse yang memecah riak ketenangan.

Relikui suci itu dianggap seperti ancaman besar yang membuat punggung setiap pengguna kegelapan dijalari kegamangan.

Sayangnya, para Paladin yang diutus ialah orang-orang yang mendapat gelar Tujuh Pedang Kematian—bukan eksistensi biasa yang mampu dikalahkan begitu saja.

Gelar tersebut jelas bukan sembarang gelar. Turun-temurun, Tujuh Pedang Kematian dari Gereja Dewa Kematian ialah barisan ksatria terkuat yang terpilih. Setiap dari mereka memiliki kemampuan yang bisa menyamai ksatria ternama. Terutama Pedang Pertama yang digadang-gadang sebagai calon Paus selanjutnya.

Silas sendiri sebagai Pedang Ketujuh tetap tinggal di Wilayah Henituse sebab hukuman yang diberi sang Paus padanya belum dicabut. Dia adalah yang terlemah dari tujuh paladin bergelar Pedang Kematian lainnya. Usianya juga merupakan yang termuda.

Dibanding Pedang Kematian lainnya, Silas tak lain sosok yang paling malas dan tak punya ambisi. Dia lebih sering mencari cara untuk kabur dari latihan dibanding terus mengasah pedangnya. Sikapnya yang sembrono selalu dianggap menyia-nyiakan bakat besarnya.

Kendati demikian, Silas mulanya tak seperti itu.

Silas adalah yatim piatu sejak lahir. Konon, kata Bibi Pengasuh, dia diletakkan dalam keranjang bayi di bawah pohon kamper dekat gereja saat musim gugur. Nama Silas sendiri diambil dari ukiran kata pada sebuah batu yang disimpan di dekat kaki bayi kecil itu.

Meski tumbuh sebagai yatim piatu, Silas tidak pernah bersedih sebab dia sadar ada banyak anak yang seperti dirinya. Dia tidak pernah merasa sendiri dan selalu sangat riang. Dia dibesarkan di panti asuhan dekat gereja dan secara rutin selalu datang berdoa pada Dewa Kematian. Setiap malam, Bibi Pengasuh yang dahulu merupakan pendeta wanita di Gereja Dewa Kematian akan bercerita banyak hal tentang kejayaan gereja di masa lampau dan bagaimana nama Tujuh Pedang Kematian akan membuat siapa pun gemetar.

Berkat itu, Silas tumbuh dalam angan-angan. Anak kecil yang tak pernah tahu bagaimana kerasnya dunia berangsur menggebu mengejar mimpi menjadi ksatria. Pada akhirnya, Silas berhasil terpilih dari segelintir anak panti lainnya untuk dididik menjadi ksatria gereja. Kegigihan dan kerja kerasnya membuat Silas terus beranjak naik. Dia dengan mudah mencapai posisi sebagai paladin termuda di gereja saat itu.

Satu pencapaian demi pencapaian membawa posisi Silas terus meningkat hingga dia mulai dianggap sebagai ksatria dengan masa depan cerah. Tidak menutup kemungkinan bahwa dia dapat menduduki kursi Tujuh Pedang Kematian.

Semuanya berjalan hampir sangat mulus tetapi kian terasa berat tiap kali Silas mulai diberi posisi yang lebih tinggi. Dia perlahan menyaksikan satu per satu rekannya mati mengenaskan dalam pertempuran.

Penganut Kegelapan rupanya telah menjaring begitu luas. Mereka bak serangga yang tak ada habisnya. Belum lagi, belakangan pergerakan mereka semakin berani dan kejam.

Lambat laun, puncak ketidakberdayaan Silas hadir ketika Silas dikirim memimpin sebuah ekspedisi dengan hampir seratus orang pendeta penyembuh dan paladin. Masa itu orang-orang yang kembali hidup kurang sepuluh termasuk Silas sendiri. Insiden tersebut membuat Silas sangat terpukul. Meski akhirnya dia diangkat sebagai Pedang Kematian Ketujuh, Silas tidak punya minat lagi untuk bertarung. Dia menghabiskan hari-harinya sebagai paladin muda yang punya beragam cara untuk kabur dari latihan.

[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant