[BL] The Bride of Crown Prince (AlCale)

[63] "Parasit Racun"

Profesor Lyriz merupakan seorang wanita dewasa berambut pirang pendek yang bergelombang. Dia punya sepasang mata hijau tajam dan bibir yang dipoles gincu merah. Profesor itu terkenal akan kekhasannya sebab dia tidak akan mengenakan pakaian berwarna cerah dan selalu terlihat membungkus dirinya dalam gaun hitam.

Selain sebagai penyihir, Profesor Lyriz juga dikenal sebagai ahli racun. Itu sebabnya, kelas Detoksifikasi menjadi salah satu kelas wajib di Jurusan Sihir walau nyatanya Kepala Sekolah telah memintanya untuk mengajar Detoksifikasi di Jurusan Cendekiawan, Profesor Lyriz dengan tegas menolak, dia bersikeras hanya ingin meneruskan ilmunya pada para penyihir.

Berkat itu, Akademi kadang menggelar kelas khusus yang dapat dihadiri siapa saja di mana Profesor Lyriz diminta menjadi salah satu perwakilan Jurusan Sihir untuk materi Detoksifikasi. Itulah yang akhirnya membuatnya terkenal. Berbagai murid jurusan lain tanpa terikat tingkatan selalu tertarik menghadiri kelas umumnya.

Profesor Lyriz sedang memberi contoh di depan kelasnya bagaimana cara memberi penanganan pertama pada racun ketika pintu kelasnya ditendang terbuka.

"Mohon maaf kelancangan saya tapi ini masalah penting. Profesor, adik junior saya akan mati dalam lima menit jika racun di tubuhnya tak segera dinetralkan."

Rambut putih panjang yang mengalir di punggung serta jubah merah yang begitu mencolok. Semua murid di kelas itu terkesiap. Mustahil mereka tidak mengenali seorang senior dari Jurusan Spiritualist yang pernah membabat habis semua lawannya di turnamen. Suara bisikan segera berdesik dari segala arah, mereka tidak percaya bisa melihat seseorang dari Jurusan Spiritualist ada di sini. Bagaimanapun, di Tingkat Tiga tidak memiliki seorang pun Spiritualist.

Profesor Lyriz mengerutkan kening, dia tidak segera membantah justru lekas mengayunkan tangan, meminta muridnya di meja panjang terdepan untuk mundur.

"Baringkan dia di sini," ujarnya kemudian.

Semua murid Jurusan Sihir di kelas itu berdiri tanpa tanya. Bangku-bangku kelas yang memiliki model tribun menanjak memudahkan mereka yang berada di atas guna melihat ke bawah. Setiap anak memanjangkan lehernya dengan penasaran, menyisakan beberapa anak bangsawan yang masih mempertahankan keanggunannya dan tidak terpicu keingintahuan.

Profesor Lyriz meninjau sekilas tubuh yang dibaringkan Clopeh lantas segera menoleh pada salah satu muridnya. "Panggilkan Profesor Ansil! Lukanya perlu segera disembuhkan," perintahnya mendesak. Tatapan wanita itu lalu kembali bergeser pada Clopeh. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Clopeh tidak memberi jawaban, dia memperhatikan profesornya mulai membuka kemeja Cale. Di balik kemeja itu, kulit putih Cale terlihat dijalari tanda hitam yang mengerikan dari bahunya seperti jaring kusut. Nahas, racun itu telah menyebar di separuh tubuhnya dan mulai menyerang area jantungnya. Clopeh tetap memandang tenang seakan bukan dia pelaku utama yang meracuni juniornya beberapa menit lalu.

Profesor Lyriz menciptakan lingkaran sihir besar di bawah tubuh Cale. Dia berusaha mempertahankan suhu dingin untuk mencegah racun menyebar lebih cepat. Dia tidak lagi banyak berbicara dan fokus mengalirkan mana miliknya untuk memeriksa penyebaran racun.

"Ini lebih buruk dari yang kukira." Lyriz menggeram menyadari bagaiman racun itu terbenam sangat dalam, terus menyebar dengan kecepatan mencengangkan melalui sel darah.

Clopeh terus terang memberitahu, "Ada parasit racun dalam tubuhnya, itu mengalir dari luka di bahunya dan mungkin sekarang sudah berdiam di sini." Dia menunjuk area perbatasan leher di dekat tulang selangka. "Seiring waktu parasit itu akan memecah telur dan menanamnya di jantung. Jika parasitnya tiba di jantung, itu akan menjadi kematian instan."

Mendengar itu, Lyriz tanpa ragu mengeluarkan pisau bedahnya. Dia kemudian menggunakan mana untuk mencari lokasi tepatnya parasit.

Di saat yang bersamaan, pintu terbuka dan seorang pria berambut hitam dengan kantung mata gelap tergopoh berjalan masuk menggunakan langkah besar. Dia adalah Profesor Ansil.