7. STIGMA

899 74 25
                                    














Sesuatu yang indah itu harus dilukiskan secara apik pada kanvas putih bersih. Karena kanvas itu putih, Jungkook hanya ingin melukiskan sesuatu yang indah saja pada kanvas tersebut. Sama seperti saat ini ketika ia sedang melukis wajah seorang pemuda yang begitu indah di matanya dan saudaranya. Pemuda itu punya senyum yang merekah dengan kedua mata menyipit. Giginya yang seputih susu berkilau seperti masa depan manusia sukses di luar.

Jungkook sudah lama mengagumi manusia seindah Seokjin. Tapi sampai ia bertemu dengan Seokjin, tak ada seorang pun yang mirip dengan Seokjin. Seakan akan Seokjin adalah yang pertama dan terakhir. Makanya Jungkook begitu bersemangat ketika ia melukiskan wajah indah pemuda itu sambil membayangkannya.

Jimin menghampiri Jungkook ke kamar sekaligus menjadi galeri lukis Jungkook. Hanya ada kanvas, kuas, cat, kasur, lemari pakaian dan beberapa barang hasil lukisannya yang akan dia jual. Jimin begitu bosan dengan pemandangan kamar Jungkook dan lukisannya karena yang dia lukis adalah tema dengan cerita dark biasa. Tapi baru kali ini, Jimin betah bulak-balik kamar Jungkook karena sosok yang dia lukis sekarang adalah sosok yang sangat indah bagaikan malaikat.

Jungkook menginginkan cat berwarna merah. Dia selalu menaruh cat khusus warna merahnya dan tidak membeli ke toko. Tiba-tiba Jungkook terdiam. Ia tak segera melukis bibir itu dengan cat dan kuas miliknya. Ada sesuatu yang dia pikirkan.

"Kenapa berhenti Jungkook?" tanya Jimin. Jungkook sudah biasa dengan kehadiran Jimin yang suka masuk seenaknya itu.

"Ini darah milik laki-laki itu. Aku tidak mau dia bersanding dengan lukisanku, meski dengan setitik darahnya sekalipun." jawab Jungkook.

Jungkook mengambil belati di bawah meja kerjanya. Ia menggores telapak tangannya sendiri dan menuang darah miliknya ke dalam tempat cat minyak. Jimin melihat sendiri ketika Jungkook melukiskan darah miliknya ke bibir sosok itu. Begitu segar dan merona. Jimin ikut terpesona dengan lukisan Jungkook.

"Cantik sekali. Apa kau akan menjual lukisan ini?"

Jungkook malah tertawa. "Tentu, dijual dengan harga nyawa."

Jimin ikut tertawa. "Aku suka gaya gilamu Jungkook."

Jimin pergi ke kamarnya sendiri beberapa menit. Ia kembali lagi membawa kotak P3K untuk mengobati luka di tangan Jungkook. Kata Jungkook itu tidak sakit, karena ia melakukannya untuk orang yang ia sayangi. Jungkook menyayangi kehadiran pemuda itu di rumah ini dan ia tidak ingin pemuda itu pergi dari rumah ini. Atau meninggalkan mereka semua. Jungkook rasa, pemuda itu adalah cahaya baru untuk keluarga mereka yang selama ini gelap.

"Oh ya, dia sudah bangun?" tanya Jungkook.

"Belum. Sepertinya hyung memukul kepalanya terlalu keras. Memang tidak ada pendarahan tapi sudah semalaman Seokjin belum juga sadar."

"Terkadang hyung memang keterlaluan. Kita harus melindungi Seokjin darinya."

"Melindungi dengan apa? Kau mau hyung mengorbankan kita masuk penjara untuk semua pembunuhan? Walaupun kita melawan juga, hyung punya banyak uang untuk membeli hukum. Nanti kita yang akan bersalah." kata Jimin ketakutan.

"Itu dia. Kita bobol brankas dan segala kekayaan yang disimpan hyung. Dengan mengambil itu semua hyung tidak akan punya kuasa lagi."

"Tapi kan selama ini kita tidak tahu dia simpan itu dimana."

"Kita cari."

"Sudah ya Jungkook. Jangan kena air. Masalah itu, kita diskusikan dengan Taehyung agar dapat ide baru."

"Taehyung? Aku tidak suka hyung itu. Dia pernah mencoba membunuh Seokjin."

"Kau lupa? Aku juga terlibat."

DEAREST 🔞 [Harem]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang