2

16 1 0
                                    

"Sejak kapan lo kembali ke Indonesia?" tanya Reina

"Belum lama sih, 1 minggu yang lalu," jawab Rendi

Kini mereka sedang beristirahat di kafe yang terdapat di taman.

Hampir saja Reina tersedak. "1 minggu yang lalu? Kok lo gak kasih kabar ke gue?"

"Yah gimana mau kasih kabar ke lo, orang gue aja gak punya nomor telepon lo," jawab Rendi

"Oh iya benar, lo kan gak tau nomor telepon gue, hehe," ucap Reina

Rendi mengeluarkan hp dari saku celananya. "Nih!" ujarnya

Kening Reina membentuk kerutan. "Apaan nih?"

"Minta nomor telepon lah, masa minta tanda tangan."

"Oh." Reina mengambil hp Rendi lalu mulai mengetik nomor teleponnya.

"Nih udah."

"Makasih Rei." Rendi kembali memasukkan hpnya ke saku celananya lagi.

"Btw, lo sekarang tinggal dimana Ren?"

"Gue tinggal di bumi."

"Ish! Kalau itu mah gue tau. Maksud gue itu sekarang lo ditinggal di komplek perumahan mana? Soalnya rumah dulu lo masih sepi gitu."

"Cie yang masih suka kangen sama gue, sampai sampai selalu pantau rumah lama gue, hehe."

"Pliss deh, Ren, lo bisa gak serius sedikit aja, ini gue lagi serius nanya ke lo."

"Hahaha! Bercanda kali Rei. Hidup itu jangan terlalu serius, sesekali diwarnai sama candaan receh."

Suasana hati Reina berubah lagi, ia berdiri dan siap meninggalkan taman, namun dicegah Rendi.

"Ehh lo kemana?"

"Pulang."

"Ish! Judes amat bu jawabnya."

Reina yang udah badmood ditambah lebih lebih badmood dengan ucapan Rendi. Ia berusaha melepaskan genggaman tangan Rendi, namun tidak berhasil.

"Bentar dulu dong, Rei, jangan pulang dulu. Ya udah, oke, gue minta maaf atas sikap dan ucapan gue barusan. Plis ya jangan marah sama gue. Duduk lagi yuk! Duduk lagi." Reina menuruti permintaan Rendi

"Nah gini dong, nurut. Maafin kesalahan gue ya, Reina yang cantik, manis, ya maafin gue ya."

Reina berusaha menahan tawanya, ia merasa geli dipuji puji sama Rendi.

"Udahan dong marahnya, gue kan pengen ngobrol banyak sahabat kecil gue ini."

"Ya udah," ujar Reina

"Ya udah?"

"Iya, ya udah, mau gue maafin lo."

"Hah? Beneran, Rei? Ahh! makasih ya Reina," ujar Rendi yang langsung memeluk Reina

Reina tersentak kaget. "Rendi peluk gue? Rendi? Peluk gue? Ini gue pasti lagi mimpi, gak mungkin seorang Rendi peluk gue? Seingat gue, terakhir Rendi peluk gue waktu dia mau pindah, dan waktu itu gue sama Rendi masih umur 9 tahun," batinnya

Flashback on

"Nanti besok kita main lagi ya, Reina," ucap Rendi kecil

"Iya, hari kita pulang dulu, udah sore nanti mama sama papa kamu cariin kamu, dan ibu ku juga pasti cariin aku," ucap Reina kecil

"Ya udah, yuk! kita pulang!" ujar Rendi kecil

"Sebentar, aku punya sesuatu untuk kamu." Reina mengambil lukisan yang tadi ia gambar

"Waw ini kamu yang lukis, Rei?"

"Iyalah aku yang lukis, bagus kan? Ini buat kamu, Rendi,"

"Bagus banget Reina, kamu memang paling jago kalau masalah gambar menggambar. Tapi kenapa kamu lukis ini?"

"Kalau suatu hari nanti kita berpisah karena mengejar cita-cita, lukisan ini akan membuat kamu selalu ingat sama aku."

"Oh ya udah, aku janji akan menyimpan lukisan ini supaya aku selalu ingat terus sama kamu, Rei."

"Ya udah, yuk! Kita pulang."

"Ayo!"

Reina dan Rendi pulang ke rumah masing-masing karena sudah sore, besok mereka janji akan main lagi.

Keesokan harinya. Semua barang barang di rumah Rendi diangkut ke dalam mobil truk.

"Kita mau kemana ma?" tanya Rendi

"Kita mau pindah sayang, ke Austria, papa dipindah tugaskan disana," jawab mama Nita

"Tapi ma, Rendi mau disini, aku masih mau main sama Reina."

"Iya mama ngerti, tapi kamu harus ikut mama sama papa. Mama yakin disana kamu pasti dapat banyak teman."

Rendi mau tidak mau harus mengiyakan permintaan mamanya.

Semua sudah beres dan bersiap untuk pergi, namun Rendi tidak mau masuk mobil karena ia sedang menunggu Reina datang.

"Rendi!" panggil Reina

"Reina!" Rendi langsung menghampiri Reina dan memeluknya erat

"Rendi, kamu mau kemana? Kok barang barang rumah kamu semuanya masuk ke mobil?" tanya Reina

"Maafin aku, aku gak bisa nemenin kamu main lagi," ucap Rendi

"Kenapa?"

Mama menghampiri mereka. "Rendi, yuk! Kita harus pergi sekarang sayang," ujarnya

"Maafin aku, Reina, aku harus pindah ke Austria, dan mungkin aku gak tau apakah aku bisa kembali Indonesia lagi atau gak," ucap Rendi

"Maaf ya, Reina. Rendi harus ikut om dan tante pindah. Kamu jaga diri baik baik ya disini, tante titip salam untuk ibu kamu. Ayo sayang, kita pergi," ucap mama Nita

"Selamat tinggal Reina," ucap Rendi

Reina terdiam dengan air mata yang mengalir deras, ia melihat perlahan mobil keluarga Rendi menghilang dari pandangannya.

Flashback off

"Hei!" seru Rendi membuyarkan lamunan Reina

Tak terasa air matanya mengalir, segera Reina hapus sebelum Rendi melihat. Namun sepertinya Rendi sudah terlanjur melihat Reina menitikan air mata.

"Hei, lo kenapa? Kok nangis?"

Reina menerka air matanya. "Gak kok, gue gak apa apa, hehe," jawabnya

"Beneran lo gak apa apa?"

"Iya, aku gak apa apa. Eng maksud gue, gue gak apa apa, gak apa apa."

"Reina kenapa ya? Kok dia tiba-tiba menangis begitu? Apa dia ada masalah ya? Tapi gue gak enak nanyain ke dia, takut nanti dia tambah sedih," batin Rendi

UsikWhere stories live. Discover now