3

12 1 0
                                    

"Kalian terlalu memikirkan perasaan orang lain sehingga lupa menanyakan apakah perasaanku baik-baik saja."

ೋ❀❀ೋ═══ ❀ ═══ೋ❀❀ೋ

Dear Diary

03 Agustus 2021

Aku bertemu kembali dengan Rendi, sahabat masa kecilku, aku senang sekali bisa bertemu lagi dengan dia, ya walaupun tadi aku sempat merasa sedih karena teringat kenangan masa lalu tapi yang jelas aku senang sekali. Semoga dengan kembalinya Rendi bisa membuat warna baru di hidupku.

Flashback on

"Rei, lo sekarang lagi sibuk apa?" tanya Rendi

"Hmm lagi sibuk mencari kesibukan, hehe," jawab Reina

"Lo gak kuliah?"

"Enggak."

"Kenapa? Apa ibu lo gak izinin lo kuliah ya? Atau lo gak kuliah karena gue gak satu kampus sama lo?"

Pertanyaan terakhir Rendi membuat Reina tersentak kaget.

"Hehe, kalimat terakhir gue itu gue cuma bercanda."

"Hmm iya."

"Enggak mungkin kan alasan lo gak kuliah cuman gara gara gue gak satu kampus sama lo, karena lo selama ini bisa bertahan kan hidup tanpa ada gue disisi lo."

"Kamu salah Ren, justru setelah kamu pindah hidupku mulai berubah, warna di hidupku mulai redup hanya tersisa kelabu," batin Reina

"Iya kan, Rei?"

"I-iya, lagipula alasan gue gak kuliah bukan itu, hehehe."

"Gue boleh tanya sesuatu?"

"Hmm boleh tanya aja."

"Rei, sejak gue pindah, apa lo benar benar baik baik aja? Karena selama gue di Austria, gue selalu kepikiran lo terus. Apakah Reina di Indonesia baik baik aja? Apakah Reina sakit? Apakah Reina sekarang lagi menangis atau tidak? Apakah di Indonesia ada yang berani jahat sama Reina? Pertanyaan pertanyaan itu ingin sekali gue tanyakan ke lo, Rei." Rendi menatap serius ke arah Reina

Reina tidak menyangka kalau ternyata Rendi selalu memikirkannya, bahkan disaat mereka sudah terpisahkan jarak yang sangat jauh.

"Ingin sekali aku bertanya ke kamu, Ren. Apakah kamu masih menyimpan lukisan yang dulu aku kasih ke kamu? Tapi lukisan itu sudah lama sekali, mungkin sekarang kamu sudah membuangnya," batin Reina

"Rei," panggil Rendi sambil menjentikkan jari didepan muka Reina

"Hah? I-iya, kenapa?"

"Lo dengar kan yang gue bilang tadi barusan, Rei?"

"I-iya gue denger kok, gue cuma kaget aja, lo masih bisa memikirkan tentang gue bahkan jarak diantara kita cukup sangat jauh, Ren." Reina menundukkan kepala

"Iya tentu saja. Lo sama gue ini kan sahabat dari kecil, jadi wajarlah kalau sahabatnya ini pergi jauh masih bisa memikirkan sahabatnya."

Reina mengangkat kepalanya dan menatap Rendi yang kini sedang tersenyum ke arahnya. Tanpa sadar ia pun ikut tersenyum.

Flashback off

Suara ketukan pintu kamar membuyarkan lamunan Reina, ia menutup buku diary miliknya lalu bergegas membuka pintu, ternyata ibu.

"Ada apa bu?"

"Apa benar kamu mengambil baju adik mu tanpa izin?"

"Baju? Aku gak pernah mengambil baju Maura bu."

"Berani ya kamu bohong sama ibu!!" bentak ibu

"Sumpah bu, aku gak mengambil apapun," ucap Reina gemetar

"Alasan aja tuh bu, orang tadi aku lihat gerak geriknya aneh dari tadi, dia pasti menyembunyikan sesuatu di lemarinya," timpal Maura

"Alah! Awas minggir, ibu mau periksa lemari kamu." Ibu mendorong Reina hingga terjatuh lalu langsung mengobrak-abrik isi lemari tanpa memperdulikan kondisi Reina.

Reina berusaha berdiri dengan tenaga yang tersisa, ia melihat isi lemarinya berantakan, baju baju miliknya berserakan di lantai.

"Kalau kamu tidak menyembunyikan sesuatu, terus ini apa?" tanya ibu sambil memperlihatkan salah satu dress ke Reina

"I-itu punya aku, bu, bukan punya Maura," jawab Reina

"Sejak kapan ka Reina punya dress sebagus ini? Emang ka Reina punya uang buat beli dress sebagus ini? Ibu itu punya aku, bu," ucap Maura

"Ya udah nih, kamu bawa ke kamar kamu," ucap ibu sambil kasih dress milik Reina ke Maura

Maura membawa dress itu, tapi sebelum keluar dari kamar Reina, ia melempar smirk smile ke arah Reina.

"Kamu itu sekarang berani ya berbohong sama ibu kamu sendiri, ditambah kamu sekarang sudah pandai mencuri barang milik orang lain, bahkan kamu tega mencuri barang milik adik mu sendiri!" jelas ibu. Reina hanya bisa menunduk, ia tidak berani melihat wajah ibu ketika marah.

"Dress itu adalah dress kesayangan ku. Kalau tidak salah dress itu pemberian sahabat ku, Tita, sahabat masa SMP ku yang sudah meninggal. Maafin aku Tita, aku tidak bisa menjaga pemberianmu," batin Reina

"Heh! Kamu dengar tidak apa yang ibu bicarakan barusan!!" sentak ibu

"I-iya aku dengar bu," gagap Reina

Ibu keluar dari kamar. Badan Reina gemetar hebat, seumur hidup baru kali ini ia melihat ibunya membentak nya dengan sangat penuh amarah.

"Apakah hari itu akan datang lagi? Hari yang pernah datang di bulan September tahun 2018?" gumam Reina. Air matanya perlahan mengalir.

UsikDonde viven las historias. Descúbrelo ahora