7

12 0 0
                                    

Hari demi hari hubungan Reina dan Rendi semakin dekat. Benih benih cinta di hati Reina yang telah lama mati kini mulai tumbuh kembali.

"Ren, nanti kapan kapan gue ke rumah lo, ya? Gue kangen tau sama mama lo," ujar Reina. Kini ia dan Rendi sedang teleponan.

"Kangen sama mama gue atau kangen sama gue nih," ledek Rendi disebrang telepon

"Cih! Kangen sama mama lo, lah, ngapain juga gue kangen sama lo," ketus Reina

"Hahaha! Canda kali, Rei, gue cuma bercanda, hehe." Rendi terkekeh, "jadi kapan lo mau ke rumah gue?"

"Hmm kapan ya? Tapi nanti kalau gue ke rumah lo, ntar lo, nya, gak ada di rumah lagi."

"Loh! Katanya lo kangen sama mama gue, kok harus ada gue juga sih?"

"Iya, kan, gue gak enak ke rumah lo gitu aja, ntar gue dikira tamu tak diundang."

"Yaudah deh. Hmm gimana kalau lusa?"

"Emangnya lo gak ngampus?"

"Emangnya besok hari apa sih?"

"Hari Kamis tanggal 19 Agustus 2021."

"Lengkap banget, padahal tadi gue cuma tanya hari apa."

"Iya gak apa apa, kali aja lo lupa sama tanggal juga, hehe."

"Ya udah, lusa aja gimana?"

"Hmm oke deh, lusa nanti gue main ke rumah lo, tapi lo ada di rumah, kan, Ren?"

"Tenang aja, ada. Eh ya, gue tutup dulu ya, gue sekarang lagi ngerjain tugas kuliah. Dah."

"Oh ya udah, dah." Sambungan telepon berakhir.

Reina senang sekali. "Akhirnya setelah sekian lama aku ke rumah kamu lagi," gumamnya

Ting...

📩
"Rei, gue lupa kasih tau ke lo, kalau rumah gue bukan rumah yang dulu, sekarang rumah gue pindah di Jl. Kenari, blok M, no. 15 itu alamat rumah gue, jaraknya gak jauh kok dari rumah lo"

Ternyata chat dari Rendi. Lalu Reina mengetik balasan chatnya.

"Oke"

Hati Reina berbunga bunga, ia tak sabar rasanya ingin cepat cepat lusa. "Sabar Reina, kamu harus sabar. Eh iya aku kesana mau bawa apa ya? Masa gak mau bawa apa-apa sih. Gak bisa! Aku harus bawain sesuatu untuk mamanya Rendi, aku harus beli sesuatu."

Reina segera mengecek isi dompetnya, untung masih ada sisa uang didalamnya. "Tapi aku mau beli apa?"

Hari itu pun datang. Reina sudah membelikan bingkisan untuk mama nya Rendi. Ia akhirnya menemukan alamat rumah Rendi, ia mematung di depan gerbang hitam rumah Rendi.

"Duh, masuk gak ya? Kok gue jadi ragu ragu begini? Kan gue yang dari kemarin yang gak sabaran kesini," gumamnya

Jari Reina mengetik pesan untuk Rendi, memberitahu kalau dirinya sudah ada di depan rumahnya. Tak lama kemudian muncul lah Rendi dari balik pintu gerbang.

"Lo ngapain disitu? Udah nyampe bukannya masuk malah berdiri situ. Ayo masuk!" seru Rendi

Tetapi Reina masih berdiri mematung, hingga Rendi menarik tangan dan mengajaknya masuk. "Ayo masuk, Rei," ujar Rendi

"I-iya."

Reina melihat sekeliling, ternyata halaman depan rumah Rendi sangat luas dan terlihat rumahnya dengan gaya bangunan yang sangat besar, bahkan menurutnya, rumah Rendi yang sekarang jauh lebih besar dari rumahnya sewaktu dahulu. Perasaan minder muncul di hati Reina.

"Rumah Rendi besar banget, beda sekali dengan rumah gue. Ih! Mikirin apaan sih gue? Kok jadi iri begini sih, dari dulu kan Rendi itu keluarga kaya raya sudah pasti rumahnya pasti besar," batin Reina

"Rei!" ujar Rendi membuyarkan lamunan Reina

"Hah? Kenapa? Lo ngomong apa tadi?" tanya Reina

"Gue gak ngomong apa apa. Lagian kenapa dari tadi lo ngelamun?" tanya Rendi

"Gak apa apa, gue cuma speechless melihat rumah lo, besar banget ya rumah lo, Ren," ucap Reina

"Eits! Gue tau nih lanjutan kalimat lo, lo pasti mau membandingkan rumah lo dengan rumah gue kan?"

"E-nggak kok."

"Rei, gue itu kenal lo bukan sehari atau dua hari tapi gue udah kenal lo dari kecil, jadi gue tau kebiasaan lo kalau udah ngomong kayak tadi."

Reina menunduk sambil menggenggam erat kantong berisi bingkisan yang ia bawa. Tiba tiba tangan Rendi mengusap puncak kepalanya. "Rei, jangan pernah merasa minder ke gue, rumah gue itu rumah lo juga begitu pula sebaliknya. Jadi jangan membandingkan antara lo sama gue lagi ya, kita itu sama," ucap Rendi menghangatkan hati Reina

"Rendi, ada tamu kok dibiarkan di luar aja sih, disuruh masuk dong," ujar mama Nita, mama Rendi

Mendengar suara yang sangat tidak asing, Reina langsung mendongakkan kepalanya melihat mama Nita yang berdiri diambang pintu. Senyum Reina merekah. "Tante Nita," ujarnya

"Reina, kamu Reina kan?"

"Iya tante, ini aku Reina."

Mama Nita langsung memeluk Reina. "Ya ampun sayang, lama sekali gak ketemu kamu eh ternyata kamu udah besar aja, padahal dulu kamu itu masih kecil," ucapnya

"Ya ialah, ma, Reina udah besar, masa Reina mau kecil aja," celetuk Rendi

"Kamu ini," ucap mama Nita melepas pelukan dari memberi pukulan kecil di pundak Rendi

"Aduh! Sakit ma, main tabok aja," rintih Rendi

"Heleh! Gitu aja sakit, lebay! Orang tadi mama mukul nya aja gak kenceng kok," ucap mama Nita

Melihat perdebatan receh antara ibu dan anak ini membuat Reina tersenyum kecil, ia merasa iri karena ia tidak pernah bercanda dengan ibunya.

"Oh ya, tante lupa ajak kamu masuk, ayo masuk sayang," ujar mama Nita

"I-iya tante."

"Aku gak masuk juga nih?" tanya Rendi dengan muka memelas

"Gak! Kamu di luar aja!" seru mama Nita

Rendi menekuk mukanya, lalu Reina mengulurkan tangannya dan mengajaknya masuk. "Hehe, ini kan rumah lo gimana sih? Ayo masuk," ucap Reina

"Iya gue juga tau, gue tadi cuma bercanda kok. Hahaha," ucap Rendi sambil mengacak-acak rambut Reina lalu segera berlari masuk rumah sebelum Reina membalas keisengan nya

"Argh!! Rendi!! Awas lo ya gue kejar!!" teriak Reina lalu mengejar Rendi

"Ya walaupun aku tidak pernah merasakan kehangatan keluargaku tapi aku bisa mendapatkan kehangatan dari keluarga nya Rendi," batin Reina

UsikWhere stories live. Discover now