4

10 1 0
                                    

04 Agustus 2021

Reina melangkah masuk ke area TPU, ia ingin mengunjungi sahabat lamanya, Tita, yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu.

Reina terdiam ketika sampai di depan makam Tita, lalu ia berjongkok membersihkan daun daun yang berguguran di makam Tita, setelah bersih ia menaburkan bunga diatasnya.

"Hai Tita, apa kabar? Maaf ya akhir akhir ini aku jarang berkunjung kesini," monolog Reina

Rendi yang tak sengaja lewat depan area TPU matanya langsung menangkap sosok Reina yang sedang sendirian.

"Reina ngapain kesini?" Rendi pelan pelan mengendap-endap mendekati Reina, ia bersembunyi dibalik pohon yang didekat Reina. Samar samar Rendi mendengar apa yang diucapkan Reina.

"Aku kangen sama kamu, Ta. Aku kangen sama Tita yang selalu mendengarkan keluh kesah ku, yang selalu jadi penopang ketika aku mulai goyah ketika menghadapi masalah. Aku kangen sekali sama kamu, Ta," monolog Reina, ia mulai terisak

Hati Rendi tersayat mendengar isak tangis Reina, tapi posisinya ia tidak bisa menghampiri Reina, karena kalau ia tiba tiba muncul disampingnya nanti yang ada Reina pasti akan memarahinya.

"Dulu aku kehilangan sahabat masa kecilku dan sekarang aku juga harus kehilangan kamu untuk selamanya. Iya aku tau kok, kalau rasa sayang Tuhan lebih besar daripada rasa sayang aku ke kamu, makanya Tuhan ambil kamu. Semoga kamu selalu bahagia disana ya." Reina menghapus air matanya. "Ta, aku masih ingat ucapan kamu setiap aku selesai cerita semua masalah ku ke kamu. Kamu ingat kan, Ta, kamu selalu ngomong kek gini sama aku. Reina, kamu itu harus kuat, jangan goyah ketika ada badai menghampiri hidupmu, meskipun kamu seorang perempuan tapi bahu kamu harus kuat sekuat bahu laki laki, dan tunjukkan pada dunia bahwa kamu adalah perempuan terkuat di dunia ini." Air mata Reina mengalir deras

"Aku akan membuktikan bahwa aku adalah perempuan terkuat di dunia ini, sama seperti perkataan mu. Aku akan buktikan itu, Tita. Lihat Ta, sekarang aku bisa tersenyum ketika menghadapi masalah walaupun susah tapi aku harus bisa." Reina menghapus air matanya dan berusaha tersenyum

Tanda sadar Rendi ikut menangis. Ia baru sadar kalau sebenarnya setelah kepindahannya ke Austria keadaan Reina tidak baik baik saja.

"Kenapa lo gak bercerita ke gue ketika kemarin di taman, Rei? Apa lo merasa canggung untuk cerita ke gue," batin Rendi

"Tunggu aku disana ya, aku akan menyusul kamu," ucap Reina getir

Bagaikan tersambar petir, Rendi tidak menyangka kalimat tersebut akan terucap oleh bibir Reina.

"Bercanda, Ta, aku bercanda kok, hehe." Reina tersenyum getir. "Ya udah, aku pamit pulang dulu ya, Tita, nanti aku akan lebih sering berkunjung kesini. Bye bye Tita."

Terdengar langkah kaki Reina menjauh, Rendi segera keluar dari tempat persembunyiannya. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi di hidup lo setelah gue pindah, Rei?" monolog Rendi

Reina tidak langsung pulang, melainkan ia mampir dulu ke beberapa cafe ataupun restoran untuk menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan part time.

"Permisi mba. Apa disini sedang buka lowongan kerja part time?" tanya Reina

"Oh maaf mba, kita tidak membuka lowongan kerja part time," jawab salah satu kasir cafe

"Oh begitu ya. Ya udah makasih ya mba." Reina putus aja. Hampir seluruh cafe dan restoran sudah ia datangi tapi tidak ada yang membuka lowongan pekerjaan part time.

Reina beristirahat sebentar di halte bus. Ia kembali merenung nasib hidupnya yang suram. "Kenapa sih hidup gue begini? Apa gak ada waktu gitu buat gue bahagia? Huft," gumam Reina

"Pasti ada lah."

Reina kaget dan reflek segera menengok ke samping setelah mendengar suara yang ia kenal. "Rendi."

Rendi berdiri tepat disamping Reina, menatap dengan tatapan mata teduh.

"Sejak kapan lo disini?" tanya Reina

Rendi duduk disamping Reina. "Sejak tadi," jawabnya

"Tadi? Jadi dari tadi lo ngikutin gue, Ren?"

Rendi kaget. "Hahaha! Gue ngikutin lo? Gue? Ngikutin lo? Haha, iya gak lah, toh halte ini kan tempat umum jadi bebas dong siapapun bisa datang kesini, termasuk gue," ucapnya

"Maaf Rei, gue harus bohong sama lo, kalau gue bilang yang sejujurnya nanti lo pasti bakalan marah sama gue," batin Rendi

"Ya udah sana pergi," usir Reina

"Tega banget lo ngusir gue, Rei," ucap Rendi

"Ya udah kalau lo gak mau pergi, biar gue aja yang pergi." Reina berdiri lalu melangkah pergi

Rendi cuma bisa melihat punggung Reina pergi menjauh darinya, kali ini ia akan biarkan Reina sendiri untuk menenangkan diri, nanti kalau Reina sudah mulai tenang, pelan pelan ia akan mendekat dan meminta penjelasan atas pertanyaan yang sudah ia siapkan.

UsikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang